Jean Ducuing, direktur sebuah kebun binatang di Pessac, Prancis, memiliki seekor kuda nil bernama Komir yang berusia 26 tahun. Ducuing bersahabat dengan binatang ini sejak binatang ini berusia tiga tahun. Usia Ducuing 62 tahun. Selama 23 tahun, setiap hari, Ducuing bermain-main dengan kuda nil itu.
Mereka bermain air bersama. Bahkan Ducuing melakukan guyonan yang keterlaluan. Dia sering memasukkan kepalanya ke mulut binatang yang bermulut lebar itu.
Namun persahabatan yang berlangsung hangat dan mesra itu berubah menjadi tragedi yang mengerikan. Hal itu dimulai, ketika Ducuing membeli sebuah traktor yang dipakainya untuk bekerja di sekeliling kebun binatang itu. “Kami memperhatikan bahwa setiap kali Ducuing mengendarai traktornya, Komir menjadi marah,” kata Jean-Claude Marchais, teman dekan Jean Ducuing.
Puncaknya terjadi pada minggu pertama November 1999. Mungkin karena merasa cemburu dengan mainan baru Ducuing, yaitu traktor, kuda nil itu melompati pagar listrik yang mengelilingi kandangnya. Ia kemudian mengunyah sahabat kentalnya itu sampai mati.
“Inilah kisah cinta yang berakhir dengan buruk,” kata Marchais.
Cinta yang berlebihan ternyata menumbuhkan kecemburuan. Ini cinta yang posesif. Cinta yang egois. Tentu orang tidak akan menyalahkan begitu saja kuda nil itu. Karena itulah naluri kebinatangannya yang tidak mau perhatian terhadapnya diambil oleh sesuatu yang lain.
Namun kalau cinta manusia terhadap sesama dikuasai oleh cinta yang posesif, manusia hanya akan terbenam dalam egoisme. Manusia dikuasai oleh rasa keinginan pribadinya yang begitu kuat untuk memiliki yang lain. Kecemburuan dan iri hati sering menyertai orang seperti ini. Ia bisa berbuat nekat, kalau cintanya untuk menguasai orang lain dihalang-halangi. Tragedi menyedihkan bisa saja terjadi. Banyak kisah cinta yang berakhir dengan tragedi kematian orang lain.
Sebagai orang beriman, tentu kita ingin mengembangkan suatu cinta yang lebih luas. Suatu cinta yang peduli terhadap hidup orang lain. Suatu cinta yang menghargai orang yang dicintai sebagai pribadi yang memiliki kebebasan dalam mengekspresikan cintanya.
Kalau kita mampu mengembangkan cinta yang tidak egois, kita akan dapat menjadi sahabat bagi banyak orang di sekitar kita. Cinta seperti ini akan bertahan lama. Cinta seperti ini tidak lekang oleh pengaruh jaman. Cinta seperti ini tidak terpengaruh oleh berbagai cobaan di sekitarnya.
Setiap hari kita mengalami betapa hidup ini begitu indah. Tentu saja indahnya hidup ini tidak tercipta hanya dari yang baik-baik saja. Hidup ini juga tercipta dari kesulitan-kesulitan hidup. Karena itu, mari kita syukuri aneka pengalaman hidup ini. Kita mengsyukurinya karena aneka pengalaman itu mampu membentuk hidup kita seperti sekarang ini. Tuhan memberkati.
Frans de Sales, SCJ
sumber: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com/2010/01/menumbuhkan-cinta-yang-mampu-menghargai.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar