Saat Hidup tidak lagi bersahabat dengan kita... Tetap lah "pegang erat Tangan Tuhan" Jangan pernah kau berpaling dari NYA, sebab TUHAN lah sumber pertolongan kita kemarin, hari ini , besok dan untuk selama-lama nya...

Kamis, 07 Mei 2009

He Arrived This Morning


He arrived this morning

We had prayer spent time just talking

And He held me for a while because

I was having a bad morning

Then,He on His way to your place


When He gets to your PC, escort Him to the next stop

Please don’t allow Him to sleep on your PC

The message He is carrying is very important and needs to go round

May GOD bless you as you do this

Amen..


Amazing Rain Painting

Make sure you keep this open a minute or so and forward on so that you can see the rain in the paintings..
The Rain - Thomas Kinkade

Stop at the picture for a second, and watch the Rain . . . then read on . .. .


487cc3.gif


487cd2.gif


Hope the water flows when you get the picture



487ce2.gif

This is a Thomas Kinkade painting.
It is rumored to carry a miracle!

The water is supposed to be running, so if it's not moving then the picture didn't come through entirely.



487cf2.gif


487d01.gif




Eye From The Outer Space

This is AWESOME!

Dear All:

This photo is a very rare one, taken by NASA.

This kind of event occurs once in 3000 years.
This photo has done miracles in many lives.
Make a wish ... you have looked at the eye of God.
Surely you will see the changes in your life within a day.
Whether you believe it or not, don't keep this mail with you.
Pass this at least to 7 persons.

This is a picture NASA took with the hubble telescope.
Called "The Eye of God".
Too awesome to delete. It is worth sharing.





During the next 60 seconds, Stop whatever you are doing, and take this opportunity.
(Literally it is only One minute!)




Just send this to people and see what happens. Do not break this, please.

Di Balik Nikmatnya Es Pinggir Jalan





Setelah pengungkapan- pengungkapan peristiwa-peristiwa yang cukup mengagetkan seperti, pemakaian boraks pada beberapa jajanan favorit dipinggir jalan, pemakaian formalin yang berlebihan, pemakaian deterjen pada ikan asin biar keliatan lebih bersih dan putih atau pemakaian pewarna pada ikan kakap putih biar menjadi kakap merah yang di pasaran lebih mahal.

Nah tayangan kali ini mengungkap kasus es batu yang banyak digunakan di warung-warung seluruh Jakarta . Es batu ini ternyata berasal dari air "SUNGAI CILIWUNG" yang kinclong banget warnanya itu. Pada awalnya mereka menggunakan zat pemutih agar air keliatan lebih jernih.. Kemudian dimasukkan kedalam pendingin dan jadilah peti-peti es yang besar dan bening. Awalnya es ini hanya digunakan untuk mengawetkan makanan (ikan, buah dan sayuran) atau mendinginkan minuman botol pada kotak2 yang tidak memiliki sistem refrigerator. Tapi sialnya, para penjaja makanan dan minuman di jakarta (bahkan warung-warung yang besar) menggunakan es ini pada minuman dingin yang mereka jual. Es teh manis, aneka juice, es campur, es doger, dan lainnya yang membuat kita menelan ludah ketika melihat minuman ini kala terik menyengat.. HANYA dengan alasan MURAH, OMG!
Taukah kalian, setelah tim investigasi TransTV mencoba mengambil sampel secara acak di beberapa penjual yang menggunakan es ini pada aneka minuman, dan kemudian mengetesnya di laboratorium, terbukti dalam es itu mengandung bakteri E-COLI jauh diatas batas normal (10.000 - 20.000 per 100 mL).. Dengan kata lain es ini mengandung bakteri ham pir setara dengan (maaf) kotoran manusia.
Nah... Masih mau jajan sembarangan? ?? Emang Home made jauhhhhh lebih enak dan Sehat!!!!

Es Batu Lebih Kotor Ketimbang Air Toilet 28-02-2006.

Anda suka meminum minuman dingin dari restoran siap saji? Mulai sekarang Anda harus berhati-hati karena lewat penelitian telah terbukti es batu yang disediakan restoran fast food mengandung lebih banyak kuman daripada air toilet. Ihh....
Anda kerap merasa kurang nyaman menggunakan air yang berada di kamar mandi umum? Tentunya Anda tak bisa menjamin kebersihan air tersebut bukan? Tapi apakah Anda pernah berpikir dari mana asal air yang dibekukan menjadi es batu di restoran siap saji?
Sepertinya Anda harus mengubah anggapan bahwa es batu yang berasal dari restoran siap saji aman untuk dikonsumsi. Sebuah penelitian baru-baru ini membuktikan bahwa 70% es batu restoran siap saji lebih memiliki banyak kuman dibandingkan air toilet. Penelitian ini dilakukan oleh seorang anak perempuan yang baru berusia 12 tahun, Jasmine Roberts. Lewat penelitian ini Jasmine berhasil mendapatkan penghargaan proyek sekolah menengah.
Jasmine membuktikan penelitian ini dengan mengambil contoh es batu dan air toilet dari lima restoran siap saji yang berada di wilayah Florida Selatan. Setelah lengkap, ia melakukan pengecekan bakteri dari contoh es batu dan air toilet itu di University of South Florida . Dari hasil tes positif ditemukan bakteri E..coli yang biasanya terdapat dari sisa air pembuangan yang menyebabkan timbulnya beberapa jenis penyakit. 'Bakteri ini seharusnya tak berada di dalam es batu. Jasmine membantu kita memperingatkan adanya bahaya kesehatan yang bisa disebabkan oleh es batu ini,' ungkap Dr. David Katz kontributor masalah kesehatan 'Good Morning Amerika' seperti dilansir detikhot dari ABC News, Senin (27/2/2006).




Baik Jasmin dan Dr. David mengatakan bahwa
"ES BATU TERSEBUT DINILAI LEBIH KOTOR DARI AIR TOILET" karena mesin es batunya tidak bersih dan orang menggunakan tangan yang kotor untuk mengambil es. Sedangkan air toilet dinilai lebih bersih karena berasal dari sumber air yang telah melalui proses penyaringan
(diambil dari detikHot)





Cara Menolak Lamaran Kerja Ala Orang Djawa...

G : Manajer HRD
A : Wong sing susah uripe arep nggolek Gawean...

G : Kowe nduwe omah opo ora?
A : dereng....
G : Wah kowe ora iso ketompo nang kene
a : Lho kok ngaten........?
G : Mengko kowe mesthi ngajukne utang nang perusahaan.
a : Ah.. mboten kok, Sak janipun tiyang sepuh kulo niku sampun sugih.
G : Yo malah ora ketompo
a : Lho kok ngaten.....?
G : Mengko kowe kerjo mung nggo hiburan, nongkrang nongkrong wae.
G : Kowe nduwe motor opo ora....?
b : Mboten.
G : Ora ketompo
b : Lho kok mboten ketompo ?
G : Mengko kowe mesthi njaluk bantuan kredit.
b : Sak janipun gadhah, ning tasih ten kampung, gampil mangke kulo beto ngriki.
G : Wah malah ra ketompo....
b : lho kok ngoten
G : Tempat parkire wis ra cukup.
G : Kowe wis lulus sarjana tenan.....?
c : sampun pak....
G : Ora ketompo, kene iki golek sing SMA wae, luwih manutan lan ben mbayare murah
c : Sak janipun kulo tasih badhe skripsi
G : Malah ora ketompo.....
c : Lho kados pundi to....?
G : Mengko kowe kerjo mung ngetik skripsi, lek wis lulus mesti golek kerjo neng perusahaan liyo.
G : Kowe seneng guyon opo ora ?
d : Mboten pak, kulo serius nek nyambut gawe.
G : Ra ketompo.....
d : waa.......kok ngoten?
G : Engko konco koncomu lan anak buahmu podho stress.
d : Sak jane nggih sekedhik sekedhik seneng guyon.
G : Malah ora ketompo.
d : Lho kok......
G : Engko kowe ora serius kerjo

G : Kowe mau mrene numpak opo ?
e : Nitih mobil
G : Kowe ora ketompo
e : Sebabipun ?
G : Saiki BBM mundhak terus, mengko kowe njaluk mundhak bayar terus
e : Wo, kulo wau namung mbonceng, kok
G : Tambah ora ketompo
e : Lho, lha kok ... ?
G : Mengko mung gawene mbonceng mobil kantor. Ngrusuhi !
G : Anakmu akeh opo sithik ?
f : Kathah pak
G : Kowe ora ketompo
f : Sebabipun ?
G : Nyambut gawemu ora jenjem, mung mikir gawe uanaak wae
f : Lha wong namung anak adopsi, kok.
G : Tambah ora ketompo
f : Lho, lha kok ... ?
G : Gawe anak bae aras2en, opo maneh nyambut gawe
G : Kowe wis ngerti gaweyanmu durung ?
h : Dereng
G : Kowe ora ketompo
h : Sebabipun ?
G : Arep nyambut gawe kok ora ngerti gaweyane ?
h : Oo, nek damelan niku mpun ngertos kok
G : Tambah ora ketompo
h : Lho, lha kok ... ?
G : Kowe rak mung arep keminter, to ?
G : Kowe ngerti kahanan kantor kene durung
k : Dereng
G : Kowe ora ketompo
k : Sebabipun ?
G : Arep nyambut gawe kok ora ngerti kantore ?
k : Wo, sekedhik2 mpun ngertos kok
G : Tambah ora ketompo
k : Lho, lha kok ... ?
G : Kowe senengane ngudhal-udhal wewadi kantor, to ?
G : Kowe kerep loro ?
m : Mboten
G : Kowe ora ketompo
m : Sebabipun ?
G : Mesthi kerep mbolos, wong arang2 gering
m : Wah, sakjanipun nggih asring
G : Tambah ora ketompo
m : Lho, lha kok ... ?
G : Kantor iki ora nompo karyawan pileren.
G : Kowe biso main Internet ?
n : mBoten
G : Kowe ora ketompo
n : Sebabipun ?
G : Perusahaan ora nompo BI (Buta Internet)
n : Wah, sakjanipun nggih saged
G : Tambah ora ketompo
n : Lho, lha kok ... ?
G : Mesthi ora bakal nyambut gawe, kakehan dolanan Internet, to?
Ngentek-entekke pulsa !
G : Kowe waras opo ora?
o : Lha, kulo nggih waras to Pak.
G : Ra ketompo.......
o : Kenging nopo .....?
G : Mengko kowe mesthi ora krasan neng kene.
o : Niku rumiyin Pak, sakmeniko sampun rodo edan.
G : Malah ra ketompo......
o : Pripun to niki....?
G : Mengko aku duwe saingan..........

It's Funny n True

pic24909.jpg
pic27009.gif
pic16029.jpg

KISAH PAHIT SEORANG GIGOLO

Teman-teman, Bacalah kisah di bawah ini:
(Cobalah ambil hikmahnya.. jangan terburu-buru silau oleh harta)


"Aku terpaksa menjadi gigolo"


Seorang pemuda frustasi mencoba-coba jadi gigolo.
Pengalaman pertamanya bertemu seorang ibu muda perlente dengan mobil mewah.
Pemuda itu dibawa dengan mobil mewah menuju ke sebuah rumah besar milik wanita itu.
Sesampainya dirumah, Dia dimasukkan ke dalam sebuah kamar.
Si pemuda itu merasa nevous karena ini adalah pertama kalinya masuk ke kamar wanita lain.
Pikirannya sudah macam-macam, bingung dan juga kikuk.
Semakin berpikir seperti itu, birahinya juga makin muncul.
Sebelum melakukan apa-apa, wanita itu berkata,
"Kamu lepas dulu baju kamu dan tunggu disini dulu ya, jangan ke mana-mana,"
ujar wanita itu kemudian keluar dari kamar.
Pemuda itu makin bingung karena ditinggal sendirian.
Sebetulnya dia malu untuk telanjang karena tubuhnya kurus.
Akhirnya dia melepas semua bajunya,dan menunggu di kamar.
"Ah sudah kepalang tanggung," pikirnya.
Tak lama kemudian, ibu itu masuk ke dalam kamar.
Kali ini diikuti oleh dua orang anak kecil.
Ibu itu berkata kepada kedua anak kecil itu,
"Nah, Wati dan Budi, harus banyak makan. Kalau tidak, nanti badannya kurus seperti Om ini"


Hua..ha...ha..ha...ha..

Serius Amat Bacanya...

Ayo kerja.. kerja

ANUGERAH TERBESAR : KUASA SALIB

“Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah.” 1 Korintus 1:18

Yesus adalah Allah Mahatinggi, Allah yang bertahta di Sorga, namun rela meninggalkan semua itu dan menjadi manusia. Tujuan utamaNya ke dunia adalah mati bagi keselamatan manusia, seperti tertulis: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.” (Yohanes 3:16-17). Yesus mengorbankan statusNya sebagai Allah, direndahkan manusia sedemikian rupa seperti domba sembelihan. Sesungguhnya Dia berkuasa memerintahkan malaikat untuk menolongNya atau membinasakan manusia yang menganiaya Dia, lalu mengangkatNya kembali ke sorga. Itu tidak dilakukanNya karena Dia tahu bahwa berkorban bagi keselamatan manusia adalah misiNya datang ke dunia.

Salib lebih dari sekedar gambaran kasih Ilahi, ia merupakan dasar kasih Ilahi itu sendiri. Salib membuka jalan untuk pengampunan dan belas kasih Allah bagi manusia. Berbagai upaya dilakukan manusia untuk beroleh keselamatan: perbuatan baik, ibadah, beramal dan segala kesalehan, namun semua usaha itu tetap gagal. Kita tidak dapat menyelamatkan diri sendiri, karena pada dasarnya kita adalah “...orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain.” (Efesus 2:3). Keselamatan hanya dapat diperoleh melalui iman dalam Yesus yang disalibkan yang menebus dosa sekali untuk selamanya. Ia bukan hanya menyelamatkan kita dari hukuman mati, melainkan juga dari hukuman api neraka kekal, karena manusia berdosa dan dosalah yang menyebabkan manusia harus dihukum dalam kematian kekal.

Karya Yesus di kayu salib membuat setiap orang yang percaya berhak atas sorga dan hidup kekal. Banyak orang menutup mata, meremehkan, menolak berita salib. Namun salib menyadarkan manusia akan dosa dan penghukuman.

Karena Dia, kita diperdamaikan dengan Allah dan beroleh pengampunan.

SHI SANG CHI YOU MAMA HAU

Di Dunia ini Hanya Ibu Seorang Yang Baik

Link Video : http://www.youtube.com/watch?v=IvHwN9MtBng

Alkisah, ada sepasang kekasih yang saling mencintai. Sang pria berasal dari keluarga kaya, dan merupakan orang yang terpandang di kota tersebut. Sedangkan sang wanita adalah seorang yatim piatu, hidup serba kekurangan, tetapi cantik, lemah lembut, dan baik hati. Kelebihan inilah yang membuat sang pria jatuh hati.

Sang wanita hamil di luar nikah.. Sang pria lalu mengajaknya menikah dengan membawa sang wanita ke rumahnya. Seperti yang sudah mereka duga, orang tua sang pria tidak menyukai wanita tersebut. Sebagai orang yang terpandang di kota tersebut, latar belakang wanita tersebut akan merusak reputasi keluarga. Sebaliknya, bahkan mereka telah mencarikan jodoh yang sepadan untuk anaknya. Sang pria berusaha meyakinkan orang tuanya bahwa ia sudah menetapkan keputusannya, apapun resikonya bagi dia.

Sang wanita merasa tak berdaya, tetapi sang pria meyakinkan wanita tersebut bahwa tidak ada yang bisa memisahkan mereka. Sang pria terus beragumen dengan orang tuanya bahkan membantah perkataan orang tuanya, sesuatu yang belum pernah dilakukannya selama hidupnya. (di jaman dulu, umumnya seorang anak sangat tunduk pada orang tuanya).

Sebulan telah berlalu, sang pria gagal untuk membujuk orang tuanya agar menerima calon istrinya. Sang orang tua juga stress karena gagal membujuk anak satu-satunya agar berpisah dengan wanita tersebut yang menurut mereka akan sangat merugikan masa depannya.

Sang pria akhirnya menetapkan pilihan untuk kawin lari. Ia memutuskan untuk meninggalkan semuanya demi sang kekasih. Waktu keberangkatan pun ditetapkan. Akan tetapi rupanya rencana ini diketahui oleh orang tua sang pria. Maka ketika saatnya tiba, sang orang tua mengunci anaknya di dalam kamar dan dijaga ketat oleh para bawahan di rumahnya yang besar.

Sebagai gantinya, kedua orang tua datang ke tempat yang telah ditentukan sepasang kekasih tersebut untuk melarikan diri. Sang wanita sangat terkejut dengan kedatangan ayah dan ibu sang pria….. Mereka kemudian memohon pengertian dari sang wanita agar meninggalkan anak mereka satu-satunya.

Menurut mereka, dengan perbedaan status sosial yang sangat besar, perkawinan mereka hanya akan menjadi gunjingan seluruh penduduk kota, reputasi anaknya akan tercemar, orang-orang tidak akan menghormatinya lagi. Akibatnya, bisnis yang akan diwariskan kepada anak mereka akan bangkrut secara perlahan-lahan.

Mereka bahkan memberikan uang dalam jumlah banyak, dengan permohonan agar wanita tersebut meninggalkan kota ini, tidak bertemu dengan anaknya lagi, dan menggugurkan kandungannya. Uang tersebut dapat digunakan untuk membiayai hidupnya di tempat lain.

Sang wanita menagis tersedu-sedu. Dalam hati kecilnya, ia sadar bahwa perbedaan status sosial yang sangat jauh akan menimbulkan banyak kesulitan bagi kekasihnya. Akhirnya ia setuju untuk meninggalkan kota ini tetapi menolak untuk menerima uang tersebut. Ia mencintai sang pria, bukan uangnya.. Walaupun ia sepenuhnya sadar jalan hidupnya ke depan akan sangat sulit.

Ibu sang pria kembali memohon kepada wanita tersebut untuk meninggalkan sepucuk surat kepada mereka yang menyatakan bahwa ia memilih berpisah dengan sang pria. Ibu sang pria kuatir anaknya akan terus mencari kekasihnya dan tidak mau meneruskan usaha orang tuanya. “Walaupun ia kelak bukan suamimu, bukankan Anda ingin melihatnya sebagai seorang yang berhasil? Ini adalah untuk kebaikan kalian berdua”, kata sang ibu.

Dengan berat hati, sang wanita menulis surat. Ia menjelaskan bahwa ia sudah memutuskan untuk pergi meninggalkan sang pria. Ia sadar bahwa keberadaannya hanya akan merugikan sang pria. Ia minta maaf karena telah melanggar janji setia mereka berdua bahwa mereka akan selalu bersama dalam menghadapi penolakan-penolakan akibat perbedaan status sosial mereka. Ia tidak kuat lagi menahan penderitaan ini dan memutuskan untuk berpisah.

Tetesan air mata sang wanita tampak membasahi surat tersebut.

Sang wanita yang malang tersebut tampak tidak punya pilihan lain. Ia terjebak antara moral dan cintanya. Sang wanita segera meninggalkan kota itu, sendirian. Ia menuju sebuah desa yang lebih terpencil. Di sana, ia bertekad untuk melahirkan dan membesarkan anaknya.

Tiga tahun telah berlalu….

Ternyata wanita tersebut telah menjadi seorang ibu. Anaknya seorang laki-laki. Sang ibu bekerja keras siang dan malam untuk membiayai kehidupan mereka. Di pagi dan di siang hari, ia bekerja di sebuah industri rumah tangga, malamnya ia menyuci pakaian-pakaian tetangga dan menyulam sesuai dengan pesanan pelanggan. Kebanyakan ia melakukan semua perkerjaan ini sambil menggendong anaknya di punggungnya.

Walaupun ia cukup berpendidikan, ia menyadari bahwa pekerjaan lain tidak memungkinkan karena ia harus berada di sisi anaknya setiap saat. Akan tetapi sang ibu tidak pernah mengeluh dengan pekerjaannya.

Di usia tiga tahun, suatu saat, sang anak tiba-tiba sakit keras. Demamnya sangat tinggi. Ia segera dibawa ke rumah sakit setempat. Anak tersebut harus menginap di rumah sakit selama beberapa hari. Biaya pengobatan telah menguras habis seluruh tabungan dari hasil kerja kerasnya selama ini dan itupun belum cukup. Ibu tersebut akhirnya juga meminjam ke sana-sini kepada siapapun yang bermurah hati untuk memberikan pinjaman.

Saat diperbolehkan pulang, sang dokter menyarankan untuk membuat sup ramuan untuk mempercepat kesembuhan putranya. Ramuan tersebut terdiri atas obat-obat herbal dan daging sapi untuk dikukus bersama. Akan tetapi sang ibu hanya mampu membeli obat-obat herbal tersebut. Ia tidak punya uang sepeserpun lagi untuk membeli daging. Untuk meminjam lagi, rasanya tak mungkin karena ia telah berutang kepada semua orang yang ia kenal dan belum terbayar.

Ketika di rumah, sang ibu menangis. Ia tidak tau harus berbuat apa untuk mendapatkan daging. Toko daging di desa tersebut telah menolak permintaannya untuk membayar di akhir bulan saat gajian.

Di antara tangisannya, ia tiba-tiba mendapatkan ide. Ia mencari alkohol yang ada di rumahnya, sebilah pisau dapur, dan sepotong kain. Setelah pisau dapur dibersihkan dengan alkohol, sang ibu nekad mengambil sekerat daging dari pahanya. Agar tidak membangunkan anaknya yang sedang tidur, ia mengikat mulutnya dengan sepotong kain. Darah berhamburan… Sang ibu tengah berjuang mengambil dagingnya sendiri sambil berusaha tidak mengeluarkan suara kesakitan yang teramat sangat.

Hujan lebatpun turun. Lebatnya hujan menyebabkan rintihan kesakitan sang ibu tidak terdengar oleh para tetangga terutama oleh anaknya sendiri. Tampaknya langit juga tersentuh dengan pengorbanan yang sedang dilakukan sang ibu….

Enam tahun telah berlalu…

Anaknya tumbuh menjadi seorang anak yang tampan, cerdas, dan berbudi pekerti. Ia juga sangat saying ibunya… Di hari minggu mereka sering pergi ke taman di desa tersebut, bermain bersama, dan bersama-sama menyanyikan lagu “Shi Sang Chi You Mama Hau” (=di dunia ini, hanya ibu seorang yang baik)

Sang anak juga sudah bersekolah.. Sang ibu sekarang bekerja sebagai penjaga toko karena ia sudah bisa meninggalkan anaknya di siang hari.

Hari-hari terlewatkan dengan kebersamaan, penuh kebahagiaan. Sang anak terkadang memaksa ibunya agar ia bisa membantu ibunya menyuci di malam hari. Ia tau ibunya masih menyuci di malam hari karena perlu tambahan biaya untuk sekolahnya. Ia memang seorang anak yang cerdas.

Ia juga tau bulan depan adalah hari ulang tahun ibunya. Ia berniat membelikan sebuah jam tangan yang sangat didambakan ibunya selama ini. Ibunya pernah mencobanya di sebuah toko tetapi segera menolak setelah pemilik toko menyebutkan harganya. Jam tangan itu sederhana, tidak terlalu mewah, tetapi bagi mereka itu masih terlalu mahal. Masih banyak keperluan lain yang harus dibiayai.

Sang anak segera pergi ke toko tersebut yang tidak jauh dari rumahnya. Ia meminta kepada kakek pemilik toko agar menyimpan jam tangan tersebut karena ia kaan membelinya bulan depan. “Apakah kamu punya uang?” , tanya sang pemilik toko. “Tidak sekarang, nanti saya akan punya”, kata sang anak dengan serius.

Ternyata bulan depannya sang anak benar-benar muncul untuk membeli jam tangan tersebut. Sang kakek juga terkejut, kiranya sang anak hanya main-main.

Ketika menyerahkan uangnya, sang kakek bertanya, “Dari mana kamu mendapatkan uang itu? Bukan mencuri, kan?”. “Saya tidak mencuri, kakek”. “Hari ini adalah hari ulang tahun ibuku. Saya biasanya naik becak pulang pergi ke sekolah. Selama sebulan ini saya berjalan kaki saat pulang dari sekolah. Uang jajan dan uang becaknya saya simpan untuk beli jam ini. Kakiku sakit tapi ini semua untuk ibuku. O ya, jangan bertahu ibuku tentang hal ini. Ia akan marah”, kata sang anak. Sang pemilik toko tampak kagum pada anak tersebut.

Seperti biasanya, sang ibu pulang dari kerja di sore hari. Sang anak segera memberikan ucapan selamat pada ibunya dan menyerahkan jam tangan tersebut. Sang ibu terkejut bercampur haru, ia bangga dengan anaknya. Jam tangan ini memang adalah impiannya. Akan tetapi sang ibu tiba-tiba tersadar, akan dari mana uang untuk membeli jam tangan tersebut. Sang anak tutup mulut, tidak mau menjawab.

“Apakah kamu mencuri, nak?”. Sang anak diam seribu bahasa. Ia tidak ingin ibunya mengetahui bagaimana ia mengumpulkan uang tersebut. Setelah ditanya berkali-kali tanpa ada jawaban, sang ibu menyimpulkan bahwa anaknya telah mencuri. “Walaupun kita miskin, kita tidak boleh mencuri. Bukankah ibu sudah mengajari kamu tentang hal ini?”, tanya sang ibu.

Lalu ibu mengambil rotan dan mulai memukuli anaknya. Biarpun ibu sayang anaknya, ia harus mendidiknya sejak kecil. Sang anak menangis, sedangkan air mata sang ibu mengalir keluar. Hatinya begitu perih karena ia sedang memukul belahan hatinya. Akan tetapi ia harus melakukannya demi kebaikan anaknya.

Suara tangisan sang anak terdengar keluar. Para tetangga menuju ke rumah tersebut dengan heran dan kemudian prihatin setelah mengetahui kejadiannya. “Ia sebenarnya anak yang baik”, kata salah satu tetangganya.

Kebetulan sekali, sang pemilik toko sedang berkunjung ke rumah salah satu tetangganya yang merupakan familinya.

Ketika ia keluar melihat ke rumah itu, ia segera mengenal anak itu. Ketika mengetahui persoalannya, ia segera menghampiri ibu itu untuk menjelaskan. Akan tetapi tiba-tiba sang anak berlari ke arah pemilik toko untuk memohon agar tidak menceritakan yang sebenarnya pada ibunya.

“Nak, ketahuilah, anak yang baik tidak boleh berbohong, dan tidakboleh menyembunyikan sesuatu dari ibunya”. Sang anak mengikuti nasihat kakek itu. Maka kakek itu mulai menceritakan bagaimana sang anak tiba-tiba muncul di tokonya sebulan yang lalu, memintanya untuk menyimpan jam tangan tersebut, dan sebulan kemudian akan membelinya. Anak itu muncul siang tadi di tokonya, katanya hari ini adalah hari ulang tahun ibunya. Ia juga menceritakan bagaimana sang anak berjalan kaki dari sekolahnya pulang ke rumah dan tidak jajan di sekolah selama sebulan ini untuk mengumpulkan uang untuk membeli jam tangan kesukaan ibunya.

Tampak sang kakek meneteskan air mata saat selesai menjelaskan hal tersebut, begitu pula dengan tetangganya. Sang ibu segera memeluk anak kesayangannya. Keduanya menangis tersedu-sedu. “Maafkan saya, nak”. “Tidak bu… saya yang bersalah”

Sementara itu…

Ternyata sang ayah dari sang anak sudah menikah, tetapi istrinya mandul. Mereka tidak punya anak. Orang tuanya sangat sedih akan hal ini karena tidak akan ada yang mewarisi usaha mereka kelak.

Ketika sang ibu dan anaknya berjalan-jalan ke kota, dalam sebuah kesempatan, mereka bertemu dengan sang ayah dan istrinya. Sang ayah baru menyadari bahwa sebenarnya ia sudah punya anak dari darah dagingnya sendiri.. Ia mengajak mereka berkunjung ke rumahnya, bersedia menanggung semua biaya hidup mereka, tetapi sang ibu menolak. “Kami bisa hidup baik tanpa bantuanmu”.

Berita ini segera diketahui oleh orang tua sang ayah. Mereka begitu ingin melihat cucunya tetapi sang ibu tidak mengijinkan.

Di pertengahan tahun, penyakit sang anak kembali kambuh. Dokter mengatakan bahwa penyakit sang anak butuh operasi dan perawatan yang konsisten. Kalau kambuh lagi, akan membahayakan jiwanya.

Keuangan sang ibu sudah agak membaik dibandingkan sebelumnya. Akan tetapi biaya medis tidaklah murah. Ia tidak sanggup membiayainya.

Sang ibu kembali berpikir keras.. Akan tetapi ia tidak menemukan solusi yang tepat. Satu-satunya jalan keluarnya adalah menyerahkan anaknya kepada sang ayah karena sang ayahnyalah yang mampu membiayai perawatannya.

Maka di hari Minggu ini sang ibu kembali mengajak anaknya berkeliling kota, bermain-main di taman kesukaan mereka. Mereka gembira sekali menyanyikan lagu Shi Sang Chi You Mama Hau, lagu kesayangan mereka. Untuk sejenak, sang ibu melupakan semua penderitaannya. Ia hanyut dalam kegembiraan bersama sang anak.

Sepulang ke rumah, sang ibu menjelaskan keadaannya pada sang anak. Sang anak menolak untuk tinggal bersama ayahnya karena ia hanya ingin dengan ibunya. “Tetapi ibu tidak mampu membiayai perawatan kamu, nak”, kata ibunya. “Tidak apa-apa bu, saya tidak perlu dirawat. Saya sudah sehat bila bisa bersama-sama dengan ibu. Bila sudah besar nanti, saya akan mencari banyak uang untuk biaya perawatan saya dan untuk ibu. Nanti ibu tidak perlu bekerja lagi”, kata sang anak. Akan tetapi ibunya memaksa akan berkunjung ke rumah sang ayah keesokan harinya. Penyakitnya memang bisa kambuh setiap saat.

Di sana sang anak diperkenalkan dengan kakek dan neneknya. Keduanya sangat senang melihat anak imut tersebut. Ketika ibunya hendak pulang, sang anak meronta-ronta ingin ikut pulang dengan ibunya. Walaupun diberikan mainan kesukaan sang anak, yang tidak pernah ia peroleh saat bersama ibunya, sang anak menolak. “Saya ingin ibu, saya tidak mau mainan itu”, teriak sang anak dengan nada yang polos. Dengan hati sedih dan menangis, sang ibu berkata ,”Nak, kamu harus dengar nasihat ibu. Tinggallah di sini. Ayah, kakek, dan nenek akan bermain bersamamu.”. “Tidak, aku tidak mau mereka. Saya hanya mau ibu, saya sayang ibu, bukankah ibu juga sayang saya? Ibu sekarang tidak mau saya lagi”, sang anak mulai menangis.

Bujukan demi bujukan ibunya untuk tinggal di rumah besar tersebut tidak didengarkan anak kecil tersebut. Sang anak menangis tersedu-sedu. “Kalau ibu sayang padaku, bawalah saya pergi, bu”. Sampai pada akhirnya, ibunya memaksa dengan berkata, “Benar, ibu tidak sayang kamu lagi. Tinggallah di sini”, ibunya segera berlari keluar meninggalkan rumah tersebut. Tampak anaknya meronta-ronta dengan ledakan tangis yang memilukan.

Di rumahnya, sang ibu kembali meratapi nasibnya. Tangisannya begitu menyayat hati. Ia telah berpisah dengan anaknya. Ia tidak diperbolehkan menjenguk anaknya tetapi mereka berjanji akan merawat anaknya dengan baik. Di antara isak tangisnya, ia tidak menemukan lagi arti hidup ini. Ia telah kehilangan satu-satunya alasan untuk hidup: anaknya tercinta.

Kemudian ibu yang malang itu mengambil pisau dapur untuk memotong urat nadinya. Akan tetapi sesaat sebelum ia melakukannya, ia sadar bahwa anaknya mungkin akan tidak diperlakukan dengan baik. “Tidak, aku harus tetap hidup untuk mengetahui bahwa anaknya diperlakukan dengan baik.” Segera, niat bunuh diri itu dibatalkan. Demi anaknya juga….

Setahun berlalu...

Sang ibu telah pindah ke tempat lain. Ia mendapatkan pekerjaan yang lebih baik lagi. Sang anak telah sehat walaupun belum menjalani perawatan medis secara rutin tiap bulan.

Seperti biasa, sang anak ingat akan hari ulang tahun ibunya. Uang pun dapat ia peroleh dengan mudah tanpa perlu bersusah payah mengumpulkannya. Maka pada hari tersebut, sepulang dari sekolah, ia tidak pulang ke rumahnya. Ia segera naik bus menuju ke desa tempat tinggal ibunya yang memakan waktu beberapa jam. Sang anak telah mempersiapkan setangkai bunga, sepucuk surat yang menyatakan ia setiap hari merindukan sang ibu, sebuah kartu ucapan selamat ulang tahun, dan nilai ujian yang sangat bagus. Ia akan memberikan semuanya untuk sang ibu.

Sang anak berlari riang gembira melewati gang-gang kecil menuju rumahnya dulu. Akan tetapi ketika ia sampai di rumah, ia mendapati rumah itu telah kosong. Tetangga mengatakan ibunya telah pindah dan tidak ada yang tau ke mana ibunya pergi. Sang anak tidak tau harus berbuat apa. Ia duduk di depan rumah tersebut, menangis. “Ibu benar-benar tidak menginginkan saya lagi.”

Sementara itu, keluarga sang ayah begitu cemas ketika sang anak sudah terlambat pulang ke rumah selama lebih dari 3 jam. Gurunya mengatakan bahwa semuanya sudah pulang. Semua tempat sudah dicari tetapi tidak ada kabar.

Mereka panik. Sang ayah menelepon ibunya, yang juga sangat terkejut. Polisipun dihubungi untuk melaporkan anak hilang.

Ketika sang ibu sedang berpikir keras, tiba-tiba ia teringat sesuatu. Hari ini adalah hari ulang tahunnya. Ia terlalu sibuk sampai melupakannya. Anaknya mungkin pulang ke rumah. Maka sang ayah dan sang ibu segera naik mobil menuju rumah tersebut. Sayangnya, mereka hanya menemukan kartu ulang tahun, setangkai bunga, nilai ujian yang bagus, dan sepucuk surat anaknya. Sang ibu tidak mampu menahan tangisannya saat membaca tulisan-tulisan imut anaknya dalam surat itu.

Hari mulai gelap. Mereka sibuk mencari di sekitar desa tersebut tanpa mendapatkan petunjuk apapun. Sang ibu semakin resah. Kemudian sang ibu membakar dupa, berlutut di hadapan altar Dewi Kuan Im. Sambil menangis ia memohon agar bisa menemukan anaknya.

Seperti mendapatkan petunjuk, sang ibu tiba-tiba ingat bahwa ia dan anaknya pernah pergi ke sebuah kuil Kuan Im di desa tersebut. Ibunya pernah berkata bahwa bila kamu memerlukan pertolongan, mohonlah kepada Dewi Kuan Im yang welas asih. Dewi Kuan Im pasti akan menolongmu jika niat kamu baik.

Ibunya memprediksikan bahwa anaknya mungkin pergi ke kuil tersebut untuk memohon agar bisa bertemu dengan dirinya.

Benar saja, ternyata sang anak berada di sana. Akan tetapi ia pingsan, demamnya tinggi sekali. Sang ayah segera menggendong anaknya untuk dilarikan ke rumah sakit. Saat menuruni tangga kuil, sang ibu terjatuh dari tangga, dan berguling-guling jatuh ke bawah…

Sepuluh tahun sudah berlalu…

Kini sang anak sudah duduk di bangku kuliah. Ia sering beradu mulut dengan ayahnya mengenai persoalan ibunya. Sejak jatuh dari tangga, ibunya tidak pernah ditemukan. Sang anak telah menghabiskan banyak uang untuk mencari ibunya kemana-mana tetapi hasilnya nihil.

Siang itu, seperti biasa sehabis kuliah, sang anak berjalan bersama dengan teman wanitanya. Mereka tampak serasi. Saat melaju dengan mobil di sebuah persimpangan sebuah jalan, ia melihat seorang wanita tua yang sedang mengemis. Ibu tersebut terlihat kumuh dan tampak memakai tongkat. Ia tidak pernah melihat wanita itu sebelumnya. Wajahnya kumal dan ia tampak berkomat-kamit.

Didorong rasa ingin tau, ia menghentikan mobilnya dan turun bersama pacarnya untuk menghampiri pengemis tua tadi. Ternyata sang pengemis tua sambil mengacungkan kaleng kosong untuk meminta sedekah, ia berucap dengan lemah, “Di manakah anakku? Apakah kalian melihat anakku?”.

Sang anak merasa mengenal wanita tua itu. Tanpa disadari, ia segera menyanyikan lagu Shi Sang Chi You Mama Hau dengan suara perlahan. Tak disangka, sang pengemis tua ikut menyanyikannya dengan suara lemah. Mereka berdua menyanyikan bersama. Ia segera mengenal suara ibunya yang selalu menyanyikan lagu tersebut saat ia kecil. Sang anak segera memeluk pengemis tua itu dan berteriak dengan haru “Ibu, ini saya bu”.

Sang pengemis tua itu terkejut. Ia meraba-raba muka sang anak lalu bertanya, “Apakah kamu anakku?” “Benar bu, saya adalah anak ibu”

Keduanyapun berpelukan dengan erat. Air mata keduanya berbaur membasahi bumi…

Karena jatuh dari tangga, sang ibu yang terbentur kepalanya menjadi hilang ingatan. Akan tetapi setiap hari ia selama sepuluh tahun terus mencari anaknya tanpa peduli dengan keadaan dirinya. Sebagian orang menganggapnya sebagai orang gila.

Dalam kondisi kritis, ibu kita akan melakukan apa saja demi kita. Ibu bahkan rela mengorbankan nyawanya…

Di antara lebih dari 6 milyar manusia, di antara orang-orang di sekeliling anda, di antara orang-orang yang anda kenal, siapakah yang rela mengorbankan nyawanya untuk anda kapanpun, di manapun, dengan cara apapun?

Tidak diragukan lagi ibu kita adalah orang yang paling mulia di dunia ini.

Ingin bergabung dengan sebuah MISI MULIA

Ada 2 tindakan yang dapat Anda lakukan:

1. Bila anda beruntung (ibu anda masih ada di dunia ini) ajaklah ia untuk keluar makan atau jalan-jalan MALAM INI JUGA. Jangan ditunda-tunda. Bila ibu anda tinggal di tempat yang terpisah jauh dengan anda, telponlah dia malam ini juga just to say ‘hello’. Catatlah hari ulang tahunnya, rayakan, dan bahagiakanlahh dia semampu anda. Hidangkan makanan favoritnya, dst.

2. Kirimkanlah kisah ini kepada saudara-saudara anda, teman-teman anda, maupun rekan-rekan kerja anda. Bagi sebagian dari mereka, bisa jadi kisah ini akan menjadi seperti setetes embun yang menyegarkan jiwa mereka yang terkadang terlalu sibuk dengan aktivitasnya sendiri.

Mom, my beloved, I love you mom. Forever… deep in my heart.. I always missing you mom

Ma, apakah Papa layak bertemu Tuhan Yesus ?

Seperti kata pepatah, "Cinta itu BUTA ! ! " dan itulah yang aku alami, karena cinta aku diusir dari rumah ; orang tuaku tidak mengakuiku lagi sebagai anaknya ! itu semua karena aku "murtad" ! aku menjual imanku hanya karena seorang laki-laki yang saat ini menjadi suamiku !.

Saat Bang Ramadan melamarku, dia berjanji bahwa aku mengikuti keyakinannya hanya pada saat Ijab Kabul, setelah itu aku bisa kembali menjadi orang Kristen, aku percaya pada ucapannya, yap ... . . cinta membuatku BUTA !. Tapi apa yang terjadi, janji hanya tinggal janji, setelah kami menikah dengan keras dia melarangku untuk pergi kegereja.
Jangankah pergi kegereja mendengar lagu rohani atau membaca Alkitabpun tidak diperbolehkan, belum lagi Ibu mertuaku sering kali membandingku dengan menantu-menantunya yang lain, aku dikatakan kafir karena aku beragama Kristen dan kondisi ini tidak hanya mempengaruhi diriku tapi aku tau Bang Ramadan juga tertekan dengan gesekan-gesekan dari keluarganya.

Sekali waktu aku kedapatan membaca Alkitab, tampa berkata apa-apa dia mengambil Alkitab yang ada ditanganku dan membakarnya didepan mataku! bahkan dia mengancam akan menceraikanku jika melihatku membaca Alkitab atau mendengar lagu rohani.

Dalam kondisi seperti ini aku butuh teman untuk mendengar keluh kesahku, tapi aku tidak punya siapa-siapa. Apa kata mama, papa dan adik-adikku kalau mereka tau betapa tersiksanya aku.

Sering kali aku menangis jika mengingat kebodohan yang aku lakukan, saat berpacaran Bang Ramadan begitu baik, pengertian dan sabar, tak jarang dia mengantarkku ke gereja untuk mengikuti kegiatan kereja, tidak hanya itu terkadang dia ikut masuk dan duduk dikursi paling belakang, karena itulah aku percaya saat dia melamarku dan berjanji setelah menikah kami berjalan sesuai keyakinan kami masing-masing.

Satu tahun setelah kami menikah, kami dititipin Tuhan seorang putri, namanya Siti Aminah. Sebenarnya aku tidak setuju nama yang di berikan untuk putriku, tapi kembali aku tak mampu merubah keputusan bang Ramadan,apalagi nama itu pemberian Ibu mertuaku.

Karir bang Ramadan semakin hari semakin meningkat, selama 3 tahun pernikahan kami sudah berapa kali dia di promosikan dan dikirim ke luar negeri. Rencananya, dalam waktu dekat perusahaan akan mengirimnya kembali ke Australian selama 2 minggu. Aku percaya ini bagian dari rencana Tuhan dalam hidupku, karena disaat suamiku selama dua minggu tidak di rumah, Tuhan menegurku untuk berbalik kepadaNya setelah tiga tahun hidup dalam kebimbangan.

Walau sikap suamiku sering melukai hatiku, tapi baru ditinggal dua hari aku merasa kehilangan. Untuk menghilangkan rasa sepi aku dan Siti jalan ke Plaza, dia sangat senang melihat permainan yang ada di Time Zone.

Ketika di mall, kakiku berhenti tepat di sebuah toko munggil, toko itu dulu sering aku kunjungi bersama Mama, tapi itu sudah lama berlalu ! ! Aku ingin sekali masuk ke toko itu tapi ada rasa bersalah, aku merasa tidak pantas masuk kedalam Toko itu. Saat bingung, tiba-tiba aku mendengar bisikan dihatiku,"masuklah anakKu, kenapa engkau ragu ?" aku sangat yakin kalau Roh Kuduslah yang berbicara bagikul

Setelah melihat kiri dan kanan, dan aku yakin orang tak ada orang yang aku kenal disekitarku, perlahan-lahan aku masuk ke Toko Buku & Kaset Rohani tersebut, walau pramuniaga menyambutku dengan ramah, aku merasa asing didalam toko tersebut. Sesaat mataku tertuju pada sebuah Alkitab mungil, dengan ragu-ragu aku ambil dan mulai membukanya.

Aku tidak tau, apa yang membuatku nekat siang ini, aku membeli Alkitab tersebut dan beberapa buah CD lagu rohani. Aku sadar penuh, kalau suamiku tau apa yang aku lakukan siang ini, dia pasti akan marah atau bahkan menceraikanku seperti ancamannya beberapa tahun yang lalu.

Setibanya dirumah, aku memasang CD lagu rohani yang baru aku beli ; ada rasa damai dihatiku, ada suka cita yang memenuhi relung hatiku, sesuatu yang sudah lama hilang dalam hidupku. Untuk pertama kalinya setelah 3 tahun menikah, aku kembali memegang Alkitab. Aku gemetar dan tak kuasa menahan tangis, aku mulai membaca Alkitab baruku dan mencoba mengingat- ngingat ayat favoritku ketika masih aktif digereja.

Mataku terhenti di ayat ini, tak kuasa aku menahan tangis, rasanya terlalu lama aku melukai Tuhan Yesus. Kisah Para Rasul 4:11 Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan -- yaitu kamu sendiri --, namun ia telah menjadi batu penjuru.
4:12 Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.

Aku tidak ingin kehilangan suamiku dan putriku, jika aku berontak suamiku tidak hanya marah tapi akan menceraikannku dan mengambil anakku satu-satunya.

Kemarin malam bang Ramadan telephone dan mengatakan kalau dia pulang lebih awal dari yang direncanakan, ternyata dalam waktu sepuluh hari dia bisa menyelesaikan tugas yang diberikan perusahaan padanya.

Satu sisi aku ingin kembali kepada Kristus, tapi satu sisi lagi aku takut kehilangan orang-orang yang aku cintai, dan seandainya aku di usir dari rumah, kemana aku harus berlindung karena sampai saat ini papa masih belum memaafkanku.

Akhirnya suamikupun kembali keIndonesia, untuk menghindari pertengkaran semua lagu-lagu rohani dan Alkitab yang baru aku beli, terpaksa aku simpan di gudang, aku tidak mau untuk kedua kalinya suamiku membakar Firman Tuhan.

Satu minggu pertama setelah suamiku kembali ke tahan air, aku masih mencoba bertahan untuk tidak mengungkapkan keinginan- ku untuk menagih janjinya yang tertunda, aku bebas menjalankan keyakinanku. Yang membuat aku bingung untuk melangkah, aku melihat dia berubah, menjadi lebih perhatian dan penyabar sekembalinya dari Australia .

Tapi semakin aku mencoba melawan hasratku untuk mengutarakan keinginanku, maka semakin besar tingkat stressku; aku gelisah ! gimana ngak stress . . . . hampir tiap malam aku mimpi bertemu dengan seseorang yang mengingatkanku untuk berbalik kepada Kristus.

Satu bulan aku bergumul, aku berdoa dan berpuasa meminta kekuatan dari Tuhan, dan aku berpegang pada Firman Tuhan yang mengatakan, "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.". Aku yakin dan percaya suatu saat Tuhan akan menjamah suamiku dan melunakkan hatinya.

Menjelang malam,sepulang dari kantor suamiku bilang dia mau bicara hal penting dan usahkan Siti bisa cepat tidur supaya tidak menggangu. Aku jadi ketakutan sendiri, pikirku apakah suamiku tau saat dia pergi aku mendengarkan lagu rohani dan membaca Alkitab ? atau jangan-jangan dia menemukan Alkitab atau CD rohani yang aku simpan digudang ?.

Aku cukup kenal sifat Bang Ramadan, aku bisa membaca dari raut wajahnya kalau dia sedang ada masalah dikantor, aku tau kalau dia sedang marah tapi berusaha menahan diri. Sebenarnya bang Ramadan adalah suami yang baik, kalaupun selama ini dia melarangku ikut ibadah digereja itu karena tekanan dari keluarganya, karena adik-adiknya semuanya menikah dengan wanita yang berkerudung, dan sebagai anak lelaki tertua dia malu istrinya beda dengan istri adik-adiknya.

"Apakah mama bahagia menikah dengan papa ?", ini pertanyaan pertama yang dilontarkan oleh bang Ramadan setelah kami duduk diruang tamu. Pertanyaan ini membuat aku bingung dan gugup, kenapa suamiku tiba-tiba memberiku pertanyaan seperti ini. Aku hanya mengangguk, aku harap anggukan sudah menjawab pertanyaannya dan pembicaraan selesai.. "Apakah mama tidak dendam karena papa pernah membakar Alkitab dan lagu-lagu rohani diawal kita menikah dulu ?', kembali bang Ramadan bertanya padaku.

Aku pikir inilah kesempatan untuk bicara padanya, "Pa, kalau aku mau jujur aku kecewa saat dilarang mendengar lagu rohani, apalagi saat Alkitab yang aku baca dirampas dan dibakar didepan mataku, apalagi sebelum menikah kita sepakat untuk menjalankan keyakinan masing-masing kan ? tapi aku sangat mengasihi papa dan Siti dan mama tau kalau papa pun sangat mengasihi mama. Keadaan yang membuat papa bersikap kasar padaku, tekanan keluarga yang membuat papa mampu melukaiku, padahal aku tau kalau papa sangat cinta pada mama".

Lidahku kelu, saat aku melihat suamiku bersimpuh, bahkan mencium kakiku! ups. ... bang Ramadan menangis !!! bang Ramadan minta ampun karena melukai hatiku selama tiga tahun pernikahan kami. Untuk pertama kalinya aku melihat suamiku menangis, masih dengan tersedu-sedu dia berkata,"Saat aku di Australia , Ridho menelphoneku, (Ridho adik bungsu suamiku, dan istrinya adalah menantu kebanggaan Ibu mertuaku, dia tidak hanya cantik tapi juga kaya dan selalu pembawaannya lemah lembut dan bertutur kata sopan), Ridho berniat untuk menceraikan istrinya, karena kedapatan selingkuh dengan rekan bisnisnya.

Terus terang Papa malu pada mama, selama ini papa selalu membanding-bandingkan mama dengan istri adik-adikku yang kelihatan saleh, tunduk pada suami, rajin sholat tapi ternyata kelakuan mereka tidak sesuai dengan apa yang kelihatan selama ini, belum lagi Ibu sering membandingkan mama dengan menantu-menantu yang lainnya ! dan ternyata tidak hanya istri Ridho yang bermasalah, minggu lalu istri Fadli juga di tangkap polisi karena ketahuan memakai Narkoba bersama teman-temannya."

Setelah agak tenang dan mulai bisa mengendalikan emosi, Bang Ramadan mengambil sesuatu dari lemari, dan memberikannya padaku. Mataku terbelalak, ternyata isi dari amplop itu adalah Alkitab yang aku simpan digudang satu bulan yang lalu.

"Papa menemukan Alkitab ini, saat mencari barang bekas digudang kita, mama jangan takut karena mulai saat ini mama bebas mendengar lagu rohani dirumah kita, membaca Alkitab atau kalaupun mama mau pergi ke gereja dengan Siti, papa tidak akan melarang". Ini rumah mama, jadi berbuatlah sekehendak mama, papa tidak akan melarang kalau apa yang mama lakukan membuat mama bahagia".

Aku tidak mampu berkata-kata, apa yang aku alami malam ini seperti mimpi! ! ! Seperti Firman Tuhan katakan, "Tuhanlah yang berperang bagi orang yang berharap dan berbalik padaNya".

Aku memeluk suamiku dan kami menangis bersama dan minta maaf karena selama ini kami ijinkan orang lain mengatur kehidupan rumah tangga kami, dan tampa kami sadari semua itu melukai hati pasangan kami.

Untuk pertama kali setelah tiga tahun membina rumah tangga, aku pergi kegereja, tidak hanya aku yang semangat tapi putriku pun kelihatan suka cita, sepertinya dia tau kalau mamanya sangat bahagia.

Yang membuatku heran Bang Ramadan yang rencananya mengantar kami kegereja juga berpakaian sangat rapi, tapi aku tidak banyak tanya, jangan sampai pertanyaanku membuat dia berubah pikiran.

Saat aku hendak turun dari mobil, bang Ramadan memegang tanganku, Dengan tatapan penuh harap dia berkata,"Mama, apakah papa layak bertemu TuhanYesus ?".