Seperti  kata  pepatah, "Cinta itu BUTA ! ! " dan itulah  yang aku alami, karena   cinta  aku  diusir dari rumah ; orang tuaku tidak mengakuiku lagi sebagai  anaknya ! itu semua karena  aku  "murtad" ! aku  menjual imanku hanya karena seorang laki-laki  yang saat ini menjadi suamiku !. 
  
Saat  Bang  Ramadan   melamarku, dia berjanji bahwa aku mengikuti keyakinannya  hanya  pada saat  Ijab Kabul,  setelah itu aku bisa kembali menjadi orang Kristen,  aku percaya  pada ucapannya,   yap ... . . cinta membuatku  BUTA !.  Tapi apa yang terjadi, janji   hanya tinggal janji, setelah kami menikah dengan keras dia melarangku untuk  pergi kegereja.
Jangankah pergi kegereja  mendengar lagu rohani  atau membaca Alkitabpun tidak diperbolehkan, belum lagi  Ibu mertuaku sering kali membandingku dengan  menantu-menantunya yang lain, aku dikatakan  kafir karena  aku beragama Kristen dan kondisi ini  tidak hanya mempengaruhi  diriku  tapi aku tau  Bang Ramadan juga  tertekan  dengan  gesekan-gesekan dari keluarganya. 
  
Sekali waktu aku kedapatan membaca  Alkitab, tampa   berkata apa-apa dia mengambil Alkitab  yang ada ditanganku  dan membakarnya  didepan mataku! bahkan dia mengancam akan menceraikanku jika  melihatku membaca Alkitab atau mendengar lagu  rohani. 
  
Dalam kondisi seperti ini aku butuh teman untuk mendengar  keluh kesahku, tapi   aku tidak punya siapa-siapa. Apa kata  mama, papa dan adik-adikku kalau  mereka tau  betapa  tersiksanya aku. 
  
Sering kali aku menangis jika mengingat kebodohan yang aku lakukan, saat berpacaran Bang Ramadan begitu  baik, pengertian dan sabar, tak jarang dia mengantarkku ke gereja  untuk mengikuti  kegiatan kereja,  tidak hanya itu terkadang dia ikut  masuk dan duduk dikursi paling belakang, karena itulah aku percaya  saat  dia melamarku  dan berjanji  setelah menikah kami berjalan sesuai keyakinan kami masing-masing. 
  
Satu tahun setelah kami menikah, kami  dititipin Tuhan seorang  putri, namanya  Siti Aminah.  Sebenarnya aku  tidak setuju nama yang di berikan untuk putriku, tapi kembali aku tak mampu merubah keputusan bang Ramadan,apalagi nama itu  pemberian Ibu mertuaku. 
  
Karir  bang Ramadan semakin hari semakin  meningkat, selama 3 tahun pernikahan kami  sudah berapa kali dia di promosikan dan dikirim ke luar negeri.  Rencananya,  dalam waktu dekat  perusahaan  akan mengirimnya kembali  ke Australian selama 2 minggu. Aku percaya  ini bagian dari rencana  Tuhan dalam hidupku, karena  disaat  suamiku   selama dua minggu tidak di rumah,  Tuhan menegurku  untuk berbalik kepadaNya setelah tiga tahun  hidup dalam kebimbangan. 
  
Walau  sikap suamiku  sering melukai hatiku, tapi  baru ditinggal  dua hari aku merasa kehilangan. Untuk menghilangkan  rasa sepi  aku dan  Siti jalan ke Plaza, dia sangat  senang  melihat  permainan yang ada di Time Zone. 
  
Ketika di mall, kakiku  berhenti  tepat  di sebuah toko munggil, toko itu dulu sering aku kunjungi bersama  Mama, tapi  itu sudah lama berlalu ! ! Aku  ingin sekali  masuk ke toko itu  tapi ada rasa bersalah, aku merasa tidak pantas masuk kedalam Toko itu. Saat bingung,  tiba-tiba aku mendengar bisikan dihatiku,"masuklah anakKu, kenapa engkau ragu ?" aku sangat yakin kalau Roh Kuduslah yang  berbicara  bagikul 
  
Setelah melihat kiri dan kanan, dan  aku yakin orang tak ada orang  yang aku kenal  disekitarku,  perlahan-lahan aku masuk ke Toko Buku  & Kaset Rohani tersebut, walau  pramuniaga menyambutku dengan ramah, aku merasa asing didalam toko tersebut. Sesaat mataku  tertuju pada  sebuah Alkitab mungil,  dengan ragu-ragu aku ambil dan mulai membukanya. 
   
Aku tidak tau, apa  yang membuatku nekat siang ini, aku membeli  Alkitab tersebut  dan  beberapa buah  CD lagu rohani.  Aku sadar penuh, kalau suamiku tau apa  yang aku lakukan siang ini, dia pasti akan marah  atau bahkan menceraikanku seperti ancamannya beberapa tahun yang lalu. 
  
Setibanya dirumah, aku  memasang  CD lagu rohani yang baru aku beli ; ada rasa  damai dihatiku,  ada suka cita yang memenuhi relung hatiku, sesuatu yang sudah lama hilang dalam hidupku.  Untuk pertama kalinya setelah 3 tahun menikah, aku  kembali memegang Alkitab.  Aku gemetar  dan  tak kuasa menahan tangis, aku mulai membaca  Alkitab  baruku  dan mencoba mengingat- ngingat  ayat favoritku  ketika masih aktif digereja. 
  
Mataku terhenti di ayat ini, tak kuasa aku menahan tangis, rasanya terlalu lama aku  melukai Tuhan  Yesus. Kisah Para Rasul 4:11 Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan -- yaitu kamu sendiri --, namun ia telah menjadi batu penjuru.
4:12 Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan. 
  
Aku tidak ingin kehilangan suamiku dan putriku, jika aku berontak suamiku tidak hanya marah  tapi  akan menceraikannku dan mengambil anakku satu-satunya. 
  
Kemarin malam bang  Ramadan telephone  dan mengatakan kalau  dia pulang lebih awal dari yang direncanakan,  ternyata  dalam waktu  sepuluh hari dia bisa menyelesaikan  tugas  yang  diberikan perusahaan padanya. 
  
Satu sisi aku  ingin kembali kepada  Kristus,  tapi satu sisi lagi  aku takut kehilangan  orang-orang yang aku cintai, dan seandainya aku di usir dari rumah,  kemana aku harus berlindung karena sampai saat ini papa masih belum memaafkanku. 
  
Akhirnya suamikupun kembali keIndonesia,  untuk menghindari pertengkaran semua lagu-lagu rohani dan Alkitab yang baru aku beli, terpaksa aku simpan di gudang, aku tidak mau untuk kedua kalinya  suamiku membakar Firman Tuhan. 
  
Satu minggu pertama setelah  suamiku kembali ke tahan air, aku masih mencoba  bertahan untuk tidak mengungkapkan keinginan- ku untuk menagih janjinya  yang tertunda, aku bebas menjalankan keyakinanku. Yang membuat aku bingung untuk melangkah, aku melihat  dia  berubah,  menjadi lebih perhatian  dan  penyabar  sekembalinya dari   Australia . 
  
Tapi semakin aku mencoba melawan hasratku untuk mengutarakan keinginanku, maka semakin besar tingkat stressku; aku gelisah ! gimana ngak stress . . . .  hampir tiap malam aku mimpi bertemu dengan seseorang yang  mengingatkanku  untuk  berbalik kepada  Kristus. 
  
Satu bulan aku bergumul, aku berdoa dan berpuasa  meminta kekuatan dari Tuhan, dan aku  berpegang pada  Firman Tuhan yang mengatakan, "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.".  Aku yakin dan percaya suatu saat  Tuhan akan menjamah suamiku dan melunakkan hatinya. 
  
Menjelang malam,sepulang dari  kantor  suamiku  bilang dia mau bicara hal penting dan  usahkan  Siti  bisa  cepat tidur   supaya tidak menggangu. Aku jadi  ketakutan sendiri,  pikirku apakah suamiku tau saat dia pergi aku mendengarkan lagu rohani  dan membaca  Alkitab ? atau jangan-jangan dia menemukan  Alkitab  atau CD rohani yang aku simpan digudang ?. 
  
Aku cukup kenal sifat  Bang  Ramadan, aku  bisa membaca dari raut wajahnya kalau dia sedang ada masalah dikantor, aku tau kalau dia sedang marah tapi berusaha menahan diri. Sebenarnya bang Ramadan adalah suami yang baik, kalaupun selama ini dia melarangku  ikut  ibadah digereja  itu karena tekanan dari keluarganya, karena adik-adiknya semuanya  menikah  dengan wanita  yang  berkerudung, dan sebagai  anak lelaki tertua  dia malu istrinya  beda dengan istri adik-adiknya. 
  
"Apakah mama bahagia menikah dengan papa ?", ini pertanyaan  pertama yang dilontarkan oleh bang Ramadan  setelah kami duduk diruang tamu. Pertanyaan  ini membuat aku bingung dan gugup, kenapa suamiku tiba-tiba memberiku pertanyaan seperti  ini.  Aku hanya mengangguk, aku harap anggukan sudah  menjawab pertanyaannya dan pembicaraan  selesai.. "Apakah mama  tidak dendam karena  papa pernah membakar  Alkitab dan lagu-lagu rohani  diawal kita menikah dulu ?', kembali bang Ramadan bertanya padaku. 
  
Aku pikir  inilah kesempatan untuk bicara padanya, "Pa, kalau aku mau jujur aku kecewa saat  dilarang mendengar lagu rohani, apalagi saat  Alkitab yang aku baca  dirampas dan dibakar didepan mataku,  apalagi  sebelum menikah  kita sepakat  untuk menjalankan keyakinan masing-masing kan ? tapi aku  sangat mengasihi papa dan Siti dan mama  tau kalau  papa pun sangat mengasihi mama. Keadaan yang membuat  papa  bersikap kasar padaku, tekanan keluarga  yang membuat  papa mampu melukaiku, padahal aku tau kalau papa sangat cinta  pada mama". 
  
Lidahku kelu, saat aku melihat suamiku  bersimpuh, bahkan mencium kakiku! ups. ... bang Ramadan menangis !!! bang Ramadan  minta ampun karena melukai hatiku  selama  tiga tahun pernikahan kami. Untuk pertama kalinya aku melihat suamiku menangis, masih dengan tersedu-sedu dia berkata,"Saat aku  di Australia , Ridho menelphoneku, (Ridho adik bungsu suamiku, dan istrinya adalah menantu kebanggaan  Ibu mertuaku, dia tidak hanya cantik tapi  juga kaya dan selalu  pembawaannya lemah lembut dan bertutur kata sopan), Ridho berniat untuk  menceraikan  istrinya, karena kedapatan selingkuh dengan rekan bisnisnya. 
  
Terus terang Papa malu pada mama, selama ini  papa selalu membanding-bandingkan mama dengan istri adik-adikku yang  kelihatan saleh, tunduk pada suami, rajin sholat tapi ternyata kelakuan mereka tidak sesuai dengan  apa yang kelihatan selama ini, belum lagi Ibu sering membandingkan  mama dengan menantu-menantu yang lainnya ! dan ternyata tidak hanya  istri  Ridho yang bermasalah, minggu lalu  istri Fadli juga di tangkap polisi karena  ketahuan memakai Narkoba bersama teman-temannya." 
  
Setelah  agak tenang  dan mulai  bisa mengendalikan emosi,  Bang Ramadan mengambil sesuatu dari  lemari, dan memberikannya padaku. Mataku terbelalak, ternyata  isi dari amplop itu adalah Alkitab  yang aku simpan digudang  satu bulan  yang lalu. 
  
"Papa menemukan  Alkitab ini, saat mencari  barang bekas digudang kita, mama jangan takut karena  mulai saat ini  mama bebas mendengar  lagu rohani dirumah kita, membaca  Alkitab  atau  kalaupun mama mau pergi ke gereja dengan Siti, papa tidak akan melarang". Ini rumah mama, jadi  berbuatlah sekehendak mama, papa tidak akan melarang  kalau  apa yang mama lakukan membuat mama bahagia". 
   
Aku tidak mampu berkata-kata, apa yang aku alami malam ini   seperti mimpi! ! !   Seperti Firman Tuhan katakan, "Tuhanlah yang berperang  bagi orang yang berharap dan berbalik padaNya". 
  
Aku memeluk suamiku  dan kami menangis bersama dan  minta maaf  karena selama ini kami  ijinkan orang lain  mengatur kehidupan rumah tangga kami, dan   tampa kami sadari semua itu melukai hati pasangan kami. 
  
Untuk pertama kali setelah tiga tahun membina rumah tangga, aku pergi kegereja,  tidak hanya aku yang semangat tapi putriku pun kelihatan suka cita, sepertinya dia tau kalau mamanya sangat bahagia. 
  
Yang membuatku heran Bang Ramadan yang rencananya mengantar kami kegereja juga berpakaian sangat rapi, tapi aku tidak banyak tanya, jangan sampai pertanyaanku membuat dia berubah pikiran. 
  
Saat  aku  hendak turun dari mobil, bang Ramadan memegang tanganku, Dengan tatapan penuh harap dia berkata,"Mama, apakah papa layak bertemu TuhanYesus ?".
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar