Jadilah pas tahu soal clodi, saya langsung semangat browsing.
Cari tahu soal tipe dan harga. Pas tahu harganya, saya lapor dong ke
suami, dan alhamdulillah disambut dengan baik, dengan catatan belinya
nyicil :D Jadi sejak hamil 4 bulan, saya nyicil beli clodi 1 atau 2 buah
per bulan, dan kalau ada yang tanya mau kado apa, saya bilang aja,
kalau clodi (apalagi merk Blueberry atau Rumparooz) boleh banget
dijadiin kado (hahaha, nggak tahu malu!) In the end of my third trimester,
saya sudah punya 10 clodi campuran lokal dan impor. Tambahan di lemari
baju Menik, sudah ada 3 lusin popok kain biasa, 6 buah celana pendek
bayi, dan nol stok pospak. Entahlah, saya seperti punya keyakinan kalau
saya bisa bertahan tanpa pospak seperti ibu dan semua tante saya.
Long story short, tanggal 17 Oktober 2011, Menik
lahir. Ternyata karena RSIA tempat saya melahirkan punya aturan yang
ketat soal ASI, bayi saya tidak dipakaikan pospak. Karena penggunaan
popok kain biasa akan membantu perhitungan frekuensi BAK si newborn yang
saat itu minimal 6x dalam 24 jam. Ini untuk mengukur kecukupan ASI.
Selama di RS, suster-suster jaga itu terus-terusan bilang, “jangan lupa
dicek popoknya 2 jam sekali ya, bu. Hitung popoknya sudah berapa yang
basah, jadi ketahuan cukup ASI atau tidak”. Sepulang dari RS, kegiatan
utama saya adalah nyusuin, ganti popok, dan menggendong, setiaaappp
hari! Kalau suami, kerjaannya adalah mencuci seember popok dan kain alas
yang sudah menunggu di pojokan kamar mandi. Paginya, jika jemuran sudah
kering, saya menyetrika. Seru banget, ya, ternyata punya newborn yang kerjaannya pipis melulu. Haha!
Seminggu kemudian, Menik dan saya harus kontrol ke RS. Jadi
untuk pertama kalinya, Menik memakai clodi yang ukuran newborn. Tapi
ternyata saya masih kurang pengetahuan, saya tidak tahu kalau ke luar
rumah sama bayi itu, at least bawa tiga clodi dengan enam inserts, wet bag untuk
clodi dan ingat, ya, maksimal 6 jam diluar rumah dengan persediaan
seperti tadi. Saya pergi melenggang ke RS tanpa clodi, tapi saya bawa
baju ganti dan bedong, sih. Hasilnya, saya terpaksa belanja kain muslin
segi empat dan peniti besar di sebuah toko baju anak yang ada di RSIA
saya, untuk mengganti clodi Menik yang sudah basah. Iya, Menik pakai
kain dipenitiin gitu pas di RS, dan semua orang memandang heran :p
Seiring waktu, saya belajar, dong, soal clodi ini. Jadi saya
sudah biasa ke mal dengan Menik tanpa pospak. Satu tambahan bawaan
adalah baju untuk saya, untuk jaga-jaga jika Menik gumoh atau insert geser dan ada insiden diompolin.
Setelah tiga bulan terbiasa dengan clodi, popok kain biasa (FYI,
popoknya Menik jahit sendiri, nih. Karena menurut saya potongan popok
kain yang beli di toko-toko bayi di ITC itu ganggu, kelamin si anak bisa
terlihat kalau terlipat), dan celana pendek bayi, tibalah long trip
pertama Menik, yaitu ke Bandung. Inilah awal saya kenalan sama pospak.
Karena mau naik mobil menuju Bandung, agar tidak repot di tengah jalan,
saya memutuskan untuk membeli pospak ukuran kecil. Tapiiiii, ini rupanya
awal saya keracunan pospak. Praktis, ya, bok! Pasang, lepas,
buang. Akhirnya saya mulai memakai pospak jika bepergian dan malam hari.
Clodi hanya dipakai jika dirumah dari pagi hingga sebelum tidur.
Rencana toilet training ala keluarga saya, bubar jalan, dan hinggal usia 17 bulan saat ini, Menik belum mulai toilet training, hehe.
Urusan popok ini memang dilematis, ya. Di satu pihak,
kita semua pasti ingin menjaga bumi demi kelangsungan hidup anak-anak,
kan? Tapi di pihak lain, kepraktisan si pospak dengan potensi menumpuk
sampah sulit diurai ini, sangat membantu siklus hidup si ibu dalam
mengurus anak. Harus diakui juga, penggunaan popok kain ini sungguh
membantu pengiritan ketika belanja bulanan. Keuntungan lainnya adalah
Menik tidak pernah kena diaper rash sama sekali. Kemarin juga
sempat demam seminggu, saya sudah khawatir soal ISK (Infeksi Saluran
Kencing), tapi ternyata tidak, karena saya yakin sekali, area vital
Menik selalu dalam keadaan kering.
Konon kabarnya selain bisa menghemat biaya pembelian pospak, kita juga
bisa mengurangi tingginya angka sampah limbah popok sekali pakai yang
setiap tahunnya mencapai 900 kg sampah/ bayi! Tenang, saya bukan clodi
nazi :)) Kan masih pakai pospak kalau pergi keluar rumah dan malam hari,
tapi setidaknya saya ingin mengurangi sampah di bumi ini. Let’s save our earth, let’s reused and reduced!
di share ya mbak... by sazqueen — Thursday, April 11th, 2013 at 7:30 am
in Little Gears
Tidak ada komentar:
Posting Komentar