Rabu, 14 September 2011
Ibu Bijak, Anak Bahagia
Firman: Amsal 14:1 & 31: 26-31 Penulis Amsal menyatakan “Perempuan yang bijak mendirikan rumahnya tetapi yang bodoh meruntuhkannya dengan tangannya sendiri” (Ams 14:1). Ini adalah gambaran peran seorang wanita yang mampu mendirikan dan juga yang mampu meruntuhkan dengan kekuatannya sendiri. Pilihan ada ditangan seorang wanita atau ibu rumah tangga! Memilih bijak (berhikmat) atau bodoh (tidak berhikmat). Dinyatakan “istri yang cakap” (Ams 31:1) (Engl: noble character), yang memiliki karakter yang indah, bijaksana dan berhikmat, “Anak-anaknya bangun dan menyebutnya berbahagia, pula suaminya memuji dia” (ay 28). Mari kita perhatikan apa yang dilakukannya, ibu bijak!. 1. Berkata-kata dengan hikmat ”Ia membuka mulutnya dengan hikmat” (ay 26a) Bukan asal tetapi pertimbangkan apakah yang dikatakan itu betul, baik dan berguna. “Dengan hikmat”, “hikmat yang dari atas” (Yak 3:17), benar dan tepat, bukan untuk menghancurkan tetapi untuk membangun. Rasul Paulus berkata “pakailah perkataan yang baik untuk membangun….” (Ef 4:29). Pemazmur berkata “Awasilah mulutku ya Tuhan, berjagalah pada pintu bibirku” (Maz 141:3). Banyak perkataan yang indah yang dapat kita katakan diantaranya yang menghargai, yang positif dan yang memuji. Rasul Yakobus mengingatkan “Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah…” (Yak 1:5). 2. Mengajar dengan lemah lembut “Pengajaran yang lemah lembut ada di lidahnya” (ay 26b). Lemah lembut (Engl: kindness) adalah salah satu gambaran sifat kewanitaan. Panggilan wanita untuk mengajarkan kebenaran seperti yang dilakukan nenek dan ibu Timotius, Lois dan Eunike, yang meletakan dasar iman dalam kehidupan Timotius “sejak kecil” (2 Tim 3:15) sehingga Timotius menjadi seorang “yang setia dalam Tuhan” (1 Kor 4:17). Wanita juga dipanggil untuk mengajar dan menjadi teladan di dalam hal “mendidik perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya, hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya, agar Firman Allah jangan dihujat orang” (Tit 2: 4-5). Itu kehendakNya dan harus dilakukan agar Firman tidak dicemoh oleh dunia karena pelaku Firman akan menjadi saksi di dalam memiliki rumah tangga bahagia. 3. Rajin mengatur rumah tangga. “Ia mengawasi segala perbuatan rumah tangganya, makanan kemalasan tidak dimakannya” (ay 27) Julukan seorang ibu atau istri adalah ibu rumah tangga yang akan mengatur dan melengkapi rumah tangga sehingga menjadi tempat yang nyaman dan memenuhi kebutuhan keluarganya. Dikatakan “ia mendatangkan makanannya. Ia bangun kalau masih malam lalu menyediakan makanan untuk seisi rumahnya dan membagi-bagikan tugas kepada pelayan-pelayannya perempuan” (Ams 31:15). Semua dilakukannya dengan keberanian berkorban untuk anak-anak dan suaminya tanpa ada kemalasan tetapi rajin dan bersuka cita. Inilah ibu teladan yang patut “dipuji-puji ….biarlah perbuatannya memuji dia” (ay 30-31) dan kita yang menjadi anak dari seorang ibu, Firman berkata “Hormatilah ayahmu dan ibumu…supaya kamu bahagia dan panjang umur” (Ef 6: 2-3).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar