Kata Yunani "Magdalene" berarti "Orang dari Magdala". Jadi nama Yunani "Mariam he Magdalene" (bdk Mat 28:1) atau "Maria he Magdalene" (bdk Mrk 16:1) berarti "Maria, Orang dari Magdala". Hal ini dijelaskan dengan baik oleh Lukas, yang menuliskan dalam Injilnya: "Maria he kaloumene Magdalene" yang berarti "Maria yang disebut Orang dari Magdala" (bdk Luk 8:2). Kota "Magdala", yang namanya tidak disebutkan dalam Injil, terletak di pantai sebelah barat danau Galilea, di sebelah selatan kota Gennesaret atau Ginnesar. Pada zaman Perjanjian Baru, nama Yunani untuk "Magdala" adalah "Tarikhaea", suatu kota yang terkenal dengan industri perikanan dan perkapalan atau perperahuannya. Kota "Magdala"juga menjadi pusat perdagangan untuk hasil bumi dari sekitar danau Galilea, sehingga kota itu ramai dikunjungi oleh para penjual dan pembeli. Dibandingkan dengan kota-kota lain di sekitarnya, kota "Magdala" termasuk suatu kota yang sangat kaya dan makmur. Oleh Matius, kota "Magdala" ini disebut "Magadan" (bdk Mat 15:39); sedangkan oleh Markus, ia disebut "Dalmanoutha" (bdk Mrk 8:10). Mayoritas penduduk kota "Magdala" adalah orang-orang bukan Yahudi, yang datang untuk berbisnis di situ. Apakah "Maria Magdalena" adalah seorang Yahudi atau bukan Yahudi, tidak dapat diketahui dengan pasti.
Kapan dan di mana Yesus Kristus pertama kali berjumpa dengan "Maria Magdalena", tidak dijelaskan dalam Injil. Juga tidak disebutkan bahwa Yesus Kristus pernah mengunjungi kota "Magdala". Hanya dikisahkan bahwa Yesus Kristus pernah mengunjungi kota Gennesaret atau Ginnesar, kota tetangga kota "Magdala", dan menyembuhkan banyak orang sakit di sekitar daerah itu (bdk Mat 14:34-36; Mrk 6:53-56). Ada kemungkinan bahwa pada waktu itu "Maria Magdalena" adalah salah seorang yang disembuhkan oleh Yesus Kristus, karena baik Markus maupun Lukas menjelaskan bahwa dari padanya Yesus Kristus pemah mengusir tujuh setan atau rohjahat (bdk Mrk 16:9; Luk 8:2). Akan tetapi tidak ada dasar yang kuat untuk menganggap "Maria Magdalena" sebagai seorang perempuan berdosa, seperti yang dikisahkan dalam Luk 7:36-50. Sebab dalam kisah tersebut, nama "Maria Magdalena" sama sekali tidak disebutkan. Namanya baru disebutkan dalam kisah selanjutnya, yaitu kisah mengenai perjalanan keliling Yesus bersama kedua belas murid-Nya dan beberapa orang perempuan (bdk Luk 8:1-3). Andaikata perempuan berdosa itu memang adalah "Maria Magdalena", Lukas tentu tidak perlu menjelaskan lagi identitasnya secara formal (bdk Luk 8:2). Lagi pula Yohana, isteri seorang pejabat tinggi kerajaan (bdk Luk 8:3), pasti tidak suka bergaul dengan seorang yang terkenal sebagai perempuan berdosa (bdk Luk 7:37).
Dalam Injil, kedekatan "Maria Magdalena" dengan Yesus terbatas pada karya pelayanan evangelisasi. Ia ikut berpartisipasi dalam usaha Yesus untuk memberitakan Injil Kerajaan Allah di wilayah Galilea dengan menyumbangkan kekayaannya (bdk Mrk 15:40-41; Luk 8:1-3). Ia ikut pergi ke Yerusalem bersama Yesus dan rombonganNya untuk memberitakan Injil kepada orang banyak yang tinggal dan datang ke ibu kota tersebut (bdk Mat 27:55; Mrk 15:41; Luk 23:49). Bahkan ia ikut terus sampai pada peristiwa penyaliban Yesus di Golgota (bdk Mat 27:56; Mrk 15:40; Yoh 19:25). Ia juga ikut mengantar jenazah Yesus sampai ke kubur (bdk Mat 27:61; Mrk 15:47; Luk 23:55). Dan setelah mempersiapkan rempah-rempah dan minyak mur (bdk Luk 23:56a), ia ikut pula pergi ke kubur untuk meminyaki jenazah Yesus (bdk Mat 28:1; Mrk 16:1; Luk 24:1; Yoh 20:1). Akhirnya ia pun ikut menyaksikan kubur terbuka dan mendapati jenazah Yesus sudah tidak ada di sana (bdk Mrk 16:4; Luk 24:2-3; Yoh 20:1-2). Selain itu, ia juga ikut berjumpa dengan malaikat yang menjelaskan kebangkitan Yesus dan menugaskan dia untuk pergi menyampaikan kabar gembira itu kepada para murid-Nya (bdk Mat 28:5-7; Mrk 16:5-7; Luk 24:4-7; Yoh 20:11-13). Selanjutnya ia ikut pula berjumpa dengan Yesus sendiri yang mengutus dia untuk pergi mewartakan kebangkitan-Nya kepada para murid-Nya (bdk Mat 28:9-10; Yoh 20:14-17). Bahkan menurut Markus dan Yohanes, ia adalah saksi langsung pertama mengenai kebangkitan Yesus (bdk Mrk 16:9-11; Yoh 20:14-18). Jadi dari kisah-kisah tersebut di atas, memang dapat disimpulkan bahwa "Maria Magdalena" mempunyai hubungan sangat dekat dengan Yesus. Namun demikian, kedekatan ini tidak boleh serta merta diartikan sebagai suatu hubungan asmara yang menjurus ke jenjang perkawinan.
Sumber : Buku “Mengenal Maria Magdalena dan Maria Lain”
oleh Hidup Baru pada 22 Juli 2011 jam 9:13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar