Saat Hidup tidak lagi bersahabat dengan kita... Tetap lah "pegang erat Tangan Tuhan" Jangan pernah kau berpaling dari NYA, sebab TUHAN lah sumber pertolongan kita kemarin, hari ini , besok dan untuk selama-lama nya...

Sabtu, 27 Agustus 2011

Mencari Suaramu,Honey

Percik Bijak Tentang Perkawinan.......

Saya pernah mengutarakan bahwa saya selalu berusaha “menangkap” suatu makna dari peristiwa baik dari pengalamanku sendiri maupun orang lain. Memang itulah salah satu kemuarahan Allah menganugerahkan kita pesan bijak lewat kisah kasih hidup. Hanya memang kita kadang kura peka.

Setelah pulang dari kampus tadi saya mampir di restoran sederhana untuk makan siang. Asyik menunggu pesanan, saya melihat pasangan suami isteri bersama anak laki-kali mereka sekitar 4 tahun sedang berjalan masuk restoran yang sama. Saya yakin dari wajah yang rada mendung berhiaskan cemberut, mereka itu sedang perang dingin alias tidak cakapan. Barangkali masalah mereka sudah masuk dalam taraf tingkat tinggi. Sikap saat masuk restoran pun mereka seperti tidak saling mengenal. Duluan isteri bersama anak mereka dan beberapa saat kemudian suaminya menyusul. Diam dan bungkam seribu bahasa pun terutama sang isteri terjadi saat keryawan membawa daftar menu. Suami masih mau mengeluarkan “suara” emasnya saat karyawan itu bertanya.

Kemudian saya berpikir apakah nanti mereka ini juga BBM (bayar masing-masing). Kalau itu jadi berarti mereka ini sudah butuh seorang romo ahli untuk mendamaikan. Saya kagum dan salut dengan kepekaan sang anak itu yang “pintar” mencairkan kebekuan suasana orang tuanya itu. Ia asyik bicara, sibuk bertanya. Saya tidak tahu apakah ia mengerti masalah orang tuanya, tetapi yang jelas ia berhasil membuat orang tua bicara lewat pertanyaan yang ia lontarkan secara bergiliran kepada ayahnya dan kemudian ibunya. Dan yang membuat suasana makin akrab saat mereka “kecelakaan” tidak sengaja serempak menjawab pertanyaan anak mereka. Mereka tersenyum sendiri dan saya pun hampir tidak bisa menahan ketawa.

Kejadian “menarik” lain terjadi waktu makan. Si anak itu meminta tolong ibunya untuk memisahkan daging ayam itu dari tulang-tulangnya. Barangkali karena kurang hati-hati, tulang ayam itu terlempar ke piring suaminya. Saya cemas barangkali akan terjadi “perang” karena hal itu sudah melewati perbatasan. Rupanya apa yang terjadi? Suaminya malah senyum dan menyisihkan tulang ayam itu. Sejak itu, suasana pun makin cair berkat “kelihaian dan kepintaran” anak mereka. Dan terakhir, isterilah yang membayar biaya makanan itu.

Saudara-I terkasih beberapa poin “indah” yang saya perlu bagi dari kisah ini ialah kendati mereka dalam situasi perang dingin, atau marah tingkat tinggi, namun mereka masih berusaha menjaga kebersamaan demi anak mereka. Hal bijak lain ialah barangkali mereka berprinsip tidak boleh perang kalau anak sedang bersama mereka karena ini menjadi “pendidikan” yang buruk untuknya kelak.

Mampukah keluargamu tetap bertahan dalam goyangan ombak dan hempasan badai hidup. Masih kamu tetap mecoba berjuang dan membuat yang terbaik demi keutuhan keluarga dan masa depan anak-anakmu? Saya yakin kamu mampu. Saya yakin kamu masih berniat luhur membawa bahtera itu sampai ke tujuannya. Saya optimis kamu (suami-isteri) tetap masih punya iman, harap dan kasih (cinta)

Ilustrasi singkat. Pasangan suami isteri sudah lama tidak cakapan karena masalah yang terjadi di antara mereka. Pokoknya mereka perang dingin sementara gencatan senjata masih lama. Karena tidak tahan berdiam dalam kebisuan, sang suami membuat suatu trik bagaimana memancing isterinya ngomong. Maka di siang bolong ia menyalakan senter dan pura-pura mencari sesuatu. Isterinya heran dan campur bingung, “Kog pake lampu senter di siang-siang bolong” Maka ia pun memberanikan diri dan membuang rasa malu, bertanya, “Sedang mencari apa, kog pake lampu senter segala di siang bolong begini? Suaminya menjawab, “MENCARI SUARAMU HONEY. Setelah itu aman sentosa. (di tulis : IVO)

oleh Hidup Baru pada 22 Agustus 2011 jam 10:43

Tidak ada komentar:

Posting Komentar