Saat Hidup tidak lagi bersahabat dengan kita... Tetap lah "pegang erat Tangan Tuhan" Jangan pernah kau berpaling dari NYA, sebab TUHAN lah sumber pertolongan kita kemarin, hari ini , besok dan untuk selama-lama nya...

Senin, 05 September 2011

St. Filipus Neri

St. Filipus Neri tidak tahan melihat seseorang berwajah murung. Jika sampai ia melihat seseorang dengan muka masam, maka ia akan dengan senang hati menamparnya - dan jika orang itu protes, ia akan menjelaskan bahwa bukan dia yang melakukannya, tetapi setan!

Filipus Neri dilahirkan pada tanggal 22 Juli 1515 di Florence, Italia. Ayahnya, Fransiskus Neri, bekerja sebagai seorang notaris. Ia termasuk golongan bangsawan, tetapi keluarganya sendiri hidup miskin.

Filipus kecil suka sekali berkelakar! Bagi teman-temannya, sentuhan tangan Filipus atau bahkan kehadirannya saja sudah cukup untuk menyembuhkan hati siapa saja yang sedang berduka. Filipus kecil juga suka bertindak seturut kata hatinya. Karena kelakuannya itu hampir saja sebuah kecelakaan merenggut nyawanya. Filipus melihat seekor keledai beban dengan gerobaknya yang sarat dengan buah-buahan; tiba-tiba saja ia meloncat naik ke atas punggung keledai. Keledai yang terkejut itu kehilangan keseimbangannya dan terpeleset. Sedetik kemudian, keledai, gerobak dan buah-buah muatannya serta Filipus jatuh terguling-guling ke gudang bawah tanah dengan Filipus tertindih keledai dan gerobak!

Pada tahun 1533, ketika usianya delapan belas tahun Filipus dikirim ke San Germano, kepada seorang sanak, untuk belajar berdagang. Tetapi tidak ada sama sekali minatnya dalam berdagang. Ia malahan lebih sering menggunakan waktunya untuk berdoa di sebuah kapel di atas bukit. Filipus memperoleh nubuat dalam suatu penglihatan bahwa ia mendapat panggilan merasul di Roma, jadi ia meninggalkan keluarganya dan pindah ke Roma.

Di Roma, Filipus belajar Filsafat dan Teologi selama tiga tahun, sebelum akhirnya memutuskan untuk hidup layaknya seorang pertapa. Suatu ketika, sedang Filipus berdoa di Katakomba St. Sebastianus di jalan Appian Way, sebuah bola api masuk ke dalam hatinya. Pengalaman mistik ini memberinya kekuatan yang luar biasa hingga ia mulai mewartakan Tuhan dengan penuh semangat kepada semua orang.

Pada tahun 1548, Filipus membentuk kelompok Persaudaraan Tritunggal Maha Kudus. Kelompok tersebut beranggotakan kaum awam yang menawarkan bantuan bagi para peziarah yang datang ke Roma. Organisasi ini berjalan baik dan kelak menjadi rumah sakit Santa Trinita dei Pellegrini yang terkenal di Roma.

Karena merasakan panggilan yang kuat untuk menjadi imam, Filipus masuk biara dan pada tahun 1551 ditahbiskan menjadi seorang imam. Kemudian Rm Neri ditugaskan di gereja San Girolamo.

Bagi umatnya, Rm Neri adalah seorang imam yang spontan, tak dapat ditebak, menyenangkan serta penuh humor. Semua orang kudus selalu penuh pengharapan dan sukacita, tetapi pada Neri pengharapan dan sukacita itu tampak lebih nyata. Ia selalu melihat sisi baik dari semua peristiwa, baik peristiwa gembira maupun sedih yang dialaminya. Lelucon-leluconnya, biasanya idenya sendiri, selalu dikenang.

Demi pertumbuhan rohani umatnya, Rm Neri senantiasa menyediakan waktu bagi siapa saja dan kapan saja. Ia memperhatikan mereka dan memberikan dukungan serta nasehat menurut kepentingan mereka masing-masing. Nasehat-nasehatnya itu membawa dampak yang besar sehingga berguna bagi perkembangan gereja secara menyeluruh. Rm Neri amat popular sebagai seorang bapa pengakuan sebab ia pandai membaca hati orang dan memberikan penitensi yang membantu mereka berbalik dari dosa-dosa mereka. Ia membantu umatnya mengatasi kelemahan-kelemahan mereka dengan membuat mereka tertawa!

Sukacita Rm. Neri segera memikat hati umatnya, terutama kaum muda. Ia mengadakan kegiatan-kegiatan untuk membimbing hidup kerohanian mereka: doa, Misa, diskusi, pendalaman iman, paduan suara, dsbnya. Ia mengadakan prosesi kunjungan ke Tujuh Gereja di Roma dengan perhentian-perhentian di masing-masing gereja untuk berdoa, devosi, menyanyi, menari dan berpiknik (piknik yang dihadiri oleh ± 6000 orang)! Jumlah kaum muda yang bergabung semakin lama semakin banyak, di antara mereka banyak pula yang kemudian tertarik untuk menjadi imam, hingga pada akhirnya terbentuklah Konggregasi Oratorian. Nama Oratorian dipilih karena mereka biasa berkumpul secara teratur di sebuah ruang kecil yang disebut oratory (“ora” adalah bahasa Latin yang berarti “berdoa”; oratory artinya tempat doa). Rm Neri dan Oratorian segera menjadi pusat kehidupan beriman di Roma.

Beberapa penguasa gereja yang iri kepada Rm Neri merasa terancam dengan berkembangnya gerakan Oratorian. Oleh karena itu Rm Neri diperintahkan untuk menghentikan segala kegiatan Oratorian. Rm Neri tentu saja kecewa, tetapi ia menghadapi semua rintangan itu dengan humor, kerendahan hati dan ketaatan. Akhirnya, pada tahun 1575, Paus Gregorius XIII merestui Konggregasi Oratorian dan mengijinkannya untuk melakukan segala kegiatannya kembali. Mereka bahkan dihadiahi gereja Santa Maria dari Vallicella, tetapi lebih dikenal hingga sekarang sebagai “Chiesa Nuova” (artinya gereja baru). Pada hari mereka memasuki gereja baru mereka pada tahun 1577, para Oratorian melakukan arak-arakan di kota dengan membawa serta segala tetak-bengek peralatan rumah tangga mereka (sendok, mangkuk, kursi yang seluruhnya terbuat dari kayu). Di barisan depan parade yang aneh ini tampaklah Rm Neri, berarak sambil menendang-nendang bola sepak.

Rm Neri memahami betapa pentingnya berbicara dengan bijaksana. Suatu hari seseorang datang kepadanya. Orang itu mempunyai masalah tidak dapat menghentikan kebiasaan buruknya yaitu bergosip dan menceritakan keburukan-keburukan orang lain. Rm Neri menyuruhnya naik ke atap rumah dengan satu tas besar penuh dengan bulu burung. Kemudian Romo memintanya untuk membuka tas serta menggoncang-goncangkan tas tersebut agar bulu-bulu itu dapat keluar semuanya. Baru saja ia melakukannya, maka angin segera meniup bulu-bulu itu dan membawanya terbang hingga jauh menyebar ke seluruh penjuru kota. Sesudahnya, Rm Neri memintanya untuk pergi mengumpulkan setiap bulu yang telah terbang terbawa angin. Orang itu memandang Rm Neri dengan terkejut dan gugup. Rm Neri berkata, “Kata-kata yang jahat sama seperti bulu-bulu itu. Begitu keluar dari tas, mereka menyebar ke segala penjuru kota dan tidak pernah bisa ditarik kembali!”

Suatu hari seorang anak muda yang dibimbingnya datang kepada Rm Neri dan bertanya apakah ia diperkenankan mengenakan baju kasar (dalam upacara kuno wajib dikenakan oleh pendosa berat yang belum diampuni dosanya oleh gereja). Rm Neri menyadari bahwa kegiatan yang tampak seperti “laku silih” pun dapat menjadi sumber kesombongan, padahal Rm Neri senantiasa menjauhi sikap bangga dan tinggi hati. Oleh karenanya Rm Neri memberinya ijin dengan syarat bahwa baju kasar tersebut harus dikenakan di luar kemejanya! Dengan demikian baju kasar tersebut bukan saja menyebabkan ketidaknyamanan di tubuhnya tetapi juga menyebabkannya diperolok dan ditertawakan orang-orang di sekitarnya. Kisah ini menjadi terkenal, karena kelak di kemudian hari, pemuda itu menyatakan dengan penuh syukur bahwa “laku silih” yang dianjurkan Rm Neri mengajarkan kepadanya arti sebenarnya dari penderitaan dan dengan demikian mengubah hidupnya.

Seorang pemuda bangsawan jatuh sakit dan mendadak meninggal. Ibunya sangat sedih, sebab puteranya belum menerima Sakramen Pengurapan Orang Sakit serta Sakramen Pengakuan Dosa. Ia memohon agar Rm Neri berdoa bagi puteranya. Rm Neri mendekati jenasah pemuda itu dan memegang tangannya seraya berkata, "Paulo, Paulo!" Maka pemuda itu pun bangun dan hidup kembali selama setengah jam sehingga dapat menerima kedua sakramen yang amat diperlukan bagi perjalanannya menuju surga.

Tuhan melakukan banyak mukjizat-Nya melalui Rm Neri. Namun demikian yang ingin dilakukan Rm Neri hanyalah membawa sebanyak-banyaknya orang kepada Yesus. Oleh karena itulah, guna menghindari rasa kagum umatnya, Rm Neri seringkali berlagak tolol. Ia mengenakan pakaian yang modelnya menggelikan atau pernah suatu ketika ia mencukur separuh janggutnya sebelum pergi ke suatu pesta perjamuan yang diselenggarakan khusus untuk menghormatinya. Atau, ketika para tamu dari Polandia datang untuk bertemu dengan orang kudus yang amat popular ini, mereka malahan mendapatkan Rm Neri sedang duduk mendengarkan seorang imam lain membacakan lelucon dari buku-buku humor. Rm Neri ingin orang lain menertawakannya dan dengan segera lupa bahwa ia adalah seorang kudus.

Kepada para pengikutnya Rm Neri sering berkata, “Bersukacitalah senantiasa, karena sukacita adalah jalan untuk berkembang dalam kebajikan.” Meskipun Rm Neri seorang yang penuh humor, tetapi ia sangat serius dalam kehidupan doanya. Rm Neri mudah sekali mengalami `ekstase' (keadaan orang yang sedang terpengaruh Roh Kudus, sehingga berbuat sesuatu yang luar biasa); berjam-jam dalam sehari dihabiskannya untuk berdoa. Jika seseorang bertanya bagaimana caranya berdoa, Rm Neri akan menjawab, “Rendah hati serta taat, maka Roh Kudus akan membimbingmu.”

Pada tanggal 26 Mei 1595, setelah menderita sakit cukup lama, Rm Neri meninggal dunia dalam usia delapan puluh tahun. Ia dimakamkan di Chiesa Nuova. Seluruh kota Roma berduka. Namun, sekarang kota Roma tampak amat berbeda dibandingkan 60 tahun sebelumnya. Ada iman yang tumbuh dari kota tersebut yang segera menyebar dan mempengaruhi umat Katolik di seluruh dunia. Sebagai ungkapan syukur, Paus menyatakan Rm Filipus Neri sebagai Rasul kota Roma yang kedua sesudah Santo Petrus.

Rm Filipus Neri dibeatifikasi pada tahun 1615 oleh Paus Paulus V dan dikanonisasi pada tahun 1622 oleh Paus Gregorius XV. Pesta St Filipus Neri dirayakan setiap tanggal 26 Mei.


FILIPUS DAN BOLA API
Filipus memiliki semangat doa yang luar biasa. Tidak peduli di mana pun ia berada, ia dapat dengan mudah berkomunikasi dengan Tuhan - bahkan dikatakan bahwa hatinya seolah-olah siap meledak karena cintanya yang meluap-luap kepada Tritunggal Maha Kudus! Pernyataan tersebut memang tidak berlebihan karena didasarkan pada suatu kejadian yang amat menakjubkan:

Pada tahun 1544, menjelang Hari Raya Pentakosta, Filipus sedang berlutut dan berdoa memohon Karunia-karunia Roh Kudus di Katakomba St Sebastianus. Tiba-tiba sebuah bola api muncul dan secepat kilat masuk ke dalam mulutnya, lalu meluncur ke dalam hatinya. Filipus merasakan hatinya membesar, tetapi ia sendiri tidak merasa sakit. Sejak itu, setiap kali Filipus mengalami suatu peristiwa mistik (persatuan dengan Tuhan secara mendalam), maka hatinya akan berdebar kencang menyebabkan seluruh tubuhnya bergetar. Di saat-saat seperti itu Filipus akan memohon kepada Tuhan untuk menenangkan hasratnya atau membawanya pulang ke surga. Kadang kala dada Filipus menjadi demikian panas terbakar sehingga ia harus melemparkan dirinya ke dalam salju.

Sesudah Filipus wafat pada tahun 1595, para dokter membedah dadanya. Hati orang kudus itu sedemikian besarnya hingga dua tulang rusuk di atasnya patah dan menonjol keluar. Namun demikian para dokter tidak menemukan adanya tanda-tanda suatu penyakit.

Seluruh kota Roma menghormati Filipus, kita pun juga. Dengan teladan St. Filipus Neri kita semua disadarkan bahwa masing-masing dari kita dipanggil bukan saja untuk menjadi kudus, tetapi juga untuk senantiasa penuh sukacita.

"Santo Filipus Neri, kami bertindak terlalu serius hampir sepanjang waktu. Bantulah kami untuk menambahkan humor dalam pikiran kami - karena humor adalah juga karunia dari Tuhan."

“disarikan dan diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya”Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan




oleh Hidup Baru pada 25 Mei 2011 jam 16:51

Sebatang Bambu

Sebatang bambu yang indah tumbuh di halaman rumah seorang petani. Batang bambu ini tumbuh tinggi menjulang di antara batang-batang bambu lainnya. Suatu hari datanglah sang petani yang empunya pohon bambu itu.

Dia berkata kepada batang bambu, ”Wahai bambu, maukah engkau kupakai untuk menjadi pipa saluran air yang sangat berguna untuk mengairi sawahku?”

Batang bambu menjawabnya, ”Oh, tentu aku mau bila dapat berguna bagi engkau, Tuan. Tapi ceritakan apa yang akan kau lakukan untuk membuatku menjadi pipa saluran itu”.

Sang petani menjawab, ”Pertama, aku akan menebangmu, lalu aku akan membuang cabang-cabangmu yang dapat melukai orang yang memegangmu. Setalah itu, aku akan membelah-belah engkau sesuai dengan keperluanku. Terakhir, aku akan membuang sekat-sekat yang ada di dalam batangmu, supaya air dapat mengalir dengan lancar. Apabila aku sudah selesai dengan pekerjaanku, engkau akan menjadi pipa yang akan mengalirkan air untuk mengairi sawah sehingga padi yang ditanam dapat tumbuh dengan subur”.

Mendengar hal ini, batang bambu lama terdiam…..kemudian dia berkata kepada petani, ”Tuan, tentu aku akan merasa sangat sakit ketika engkau menebangku. Juga pasti akan sakit ketika engkau membuang cabang-cabangku, bahkan lebih sakit lagi ketika engkau membelah-belah batangku yang indah ini dan pasti tak tertahankan ketika engkau mengorek-ngorek bagian dalam tubuhku untuk membuang sekat-sekat penghalang itu. Apakah aku akan kuat melalui semua proses itu, Tuan?”

Petani menjawab, ”Engkau pasti kuat melalui semua ini karena aku memilihmu justru karena engkau yang paling kuat dari semua batang pada rumpun ini. Jadi tenanglah”.

Akhirnya batang bambu itu menyerah.

Setelah petani selesai dengan pekerjaannya, batang bambu indah yang dulu hanya menjadi penghias halaman rumah petani, kini telah berubah menjadi pipa saluran air yang mengairi sawah sehingga padi dapat tumbuh dengan subur dan berbuah banyak.

Pernahkah kita berpikir bahwa dengan tanggung jawab dan persoalan yang sarat, Tuhan sedang memproses kita untuk menjadi indah di hadapan-Nya? Sama seperti batang bambu itu, kita sedang ditempa. Tapi jangan kuatir, kita pasti kuat karena Tuhan tak akan memberi beban yang tak mampu kita pikul. Jadi maukah kita berserah pada kehendak Tuhan, membiarkan Dia bebas berkarya di dalam diri kita untuk menjadikan kita alat yang berguna bagi sesama.

Sumber: unknown
oleh Hidup Baru pada 25 Mei 2011 jam 18:28

Hiduplah dalam pembelajaran

Belajar ketulusan dari kebohongan

Belajar setia dari pengkhianatan

Belajar cinta dari kehancuran

Belajar memberi dari kekurangan

Belajar berharap dari kekosongan

Belajar beriman dari kemanusiaan

Belajar kuat dari kelemahan



Mari belajar dan terus belajar dari berbagai hal dalam hidup ini



Petrusp

oleh Hidup Baru pada 29 Mei 2011 jam 18:15

Terima Kasih

Lepaskan bebanmu
Berbaringlah di tempat tidurmu dan katakan satu kalimat saja yaitu, "terima kasih".
Semua akan menjadi baik.
Terima kasih akan menjadi kata terindah dalam setiap langkah kehidupan.

Terima kasih untuk hal baik
Terima kasih untuk hal buruk
Terima kasih untuk senyuman
Terima kasih untuk tangisan
Terima kasih untuk setiap luka
Terima kasih untuk setiap cinta
Terima kasih: Kata terindah yang pernah ada di dunia.



Semoga dunia dipenuhi kata terima kasih.



Terima kasih untuk persahabatan kita.


Petrusp

oleh Hidup Baru pada 31 Mei 2011 jam 6:06

Tulus

Setiap kita pasti pernah memberikan atau melakukan seusuatu dengan tulus murni. Namun, tidak banyak yang memahaminya. Karena ketulusan bukanlah rasa, apalagi untuk dirasa-rasakan.

Ketulusan adalah rasa yang tidak terasa, sebagaimana ketika seorang teman Anda yang masuk ke tempat kerja Anda, melihat sebuah pensil yang jatuh di samping meja kerja Anda, ia langsung mengambil pensil Anda yang jatuh itu dan menyerahkannya kepada Anda tanpa banyak berkata apa-apa. Tiada setitik keberatan. Tiada setitik pun permintaan terimakasih. Tiada setitik pun rasa berjasa. Semuanya lenyap dalam ketulusan.

Sayangnya tidak mudah bagi kita untuk memandang dunia ini, sehingga selalu ada rasa keberatan atau berjasa saat kita saling berbagi dan memberi. Tulus berarti tidak berpu-pura, tidak munafik,tidak liicik, tidak bohong atau terpaksa. Ia terjadi secara spontan, wajar dan tidak dimanipulasi.



Saudari-saudariku, apa pun yg kita lakukan, dari hal yg kecil : senyuman, tatapan mata, berbicara, bertegur sapa, membantu & berkorban, semuanya menjadi begitu indah & sangat menggugah jika dilakukan dengan ketulusan.



Hari indah buatmu semua. GBU dan doaku serta



Rm YusTL pr


oleh Hidup Baru pada 31 Mei 2011 jam 20:58

Tinggallah di dalam kasih-Ku

Sebelum kita bisa mengasihi, mencintai diri dan kehidupan kita sendiri, kita TIDAK PERNAH SUNGGUH-SUNGGUH belajar untuk mengasihi dan memperhatikan orang lain dengan baik, dan tulus sebagaimana yang dikehendaki Allah untuk kita lakukan. Kita tidak bisa memberikan cinta kasih kepada orang lain, kalau kita sendiri tidak memiliki cinta kasih itu. Dan kita tidak bisa berdiri dan berjalan tegak untuk menolong orang yang sakit, bila kita sendiri secara fisik sakit, dan tidak sehat secara emosional. Kita juga tidak bisa mengatakan bahwa kita tulus mencintai kalau kita sendiri tidak memiliki cinta tulus itu.

Untuk bisa memiliki hidup dan cinta kasih yang sesungguhnya, hidup kita haruslah diisi oleh cinta Kristus sendiri, sebagaimana Yesus mengatakan, "Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. Jikalau kamu menuruti perintah-KU, kamu akan tinggal di dalam kasih-KU, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. Semuanya itu KU-katakan kepadamu, supaya sukacita-KU ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh" (Yoh 15:9-11). Yesus mengundang kita untuk tinggal di dalam kasih-NYA, menimba kekuatan cinta dari-NYA, karena di dalam DIA kita memperoleh kasih yang utuh dan total. Ketika kita memliki kasih Yesus dan kasih-NYA hidup dalam diri kita, maka kita pun dengan bisa membagikan kasih itu kepada sesama.



Hari indah buatmu semua. GBU all



Rm YusTL pr



oleh Hidup Baru pada 01 Juni 2011 jam 19:02

Doa mohon 7 karunia Roh Kudus

Datanglah, ya, Roh Hikmat, turunlah atas diri kami, ajarlah kami menjadi orang bijak, terutama agar kami dapat menghargai, mencintai, dan mengutamakan cita-cita surgawi dan semoga kami Kau lepaskan dari belenggu dosa dunia ini.

Datanglah, ya, Roh Pengertian, turunlah atas diri kami. Terangilah budi kami, agar dapat memahami ajaran Yesus, Sang Putera, dan melaksanakannya dalam hidup sehari-hari.

Datanglah, ya, Roh Nasihat, dampingilah kami dalam perjalanan hidup yang penuh gejolak ini. Semoga kami melakukan yang baik dan menjauhi yang jahat.

Datanglah, ya, Roh Keperkasaan, kuatkanlah hambaMu yang lemah ini, agar tabah menghadapi segala kesulitan dan derita. Semoga kami Kau kuatkan dengan memegang tanganMu yang senantiasa menuntun kami.

Datanglah, ya, Roh Pengenalan akan Allah. Ajarlah kami mengetahui bahwa semua yang ada di dunia ini sifatnya sementara saja. Bimbinglah kami, agar tidak terbuai oleh kemegahan dunia. Bimbinglah kami agar dapat menggunakan hal-hal duniawi untuk kemuliaanMu.

Datanglah, ya, Roh Kesalehan, bimbinglah kami untuk terus berbakti kepadaMu. Ajarlah kami untuk menjadi orang yang tahu berterima kasih atas segala kebaikanMu dan berani menjadi teladan kesalehan bagi orang-orang di sekitar kami.

Datanglah, ya, Roh Takut akan Allah, ajarlah kami untuk takut dan tunduk kepadaMu di mana pun kami berada. Tegakkanlah kami agar selalu berusaha melakukan hal-hal yang berkenan kepadaMu.

oleh Hidup Baru pada 03 Juni 2011 jam 7:27

Belajarlah kepada-KU, karena AKU lemah lembut dan rendah hati (Mat 11:29)

Kerendahan hati selalu merupakan kesadaran manusia yang mendalam untuk bersahabat, hadir sebagai saudara-saudari bagi yang lain, dan dengan bebas mengatakan: “saya seperti semua orang lain, pribadi yang agung dan istimewa di hadapan Allah, dicintai dan diberkati Allah, dan saya berterima kasih kepadanya”. Selama keberbedaan kita menjadi pusat perhatian yang tinggi, maka kita menempatkan diri kita sendiri di jalan pembedaan dan persaingan yang berbahaya, hingga berusaha untuk saling mematikan satu dengan yang lain.



Akan tetapi ketika kita bersedia mengakui dan bahkan menghargai hubungan kita yang intim sebagai manusia dan sebagai saudara dan saudari bagi yang lain, maka kita menciptakan kehidupan yang damai, penuh sukacita dan kegembiraan. Saudara-saudariku, Jalan Yesus adalah jalan kerendahan hati. Dia memanggil kita, dengan sabdaNYA, “Belajarlah kepada-KU, karena AKU lemah lembut dan rendah hati (Mat 11:29).



GBU dan doaku serta



Rm YusTL pr


oleh Hidup Baru pada 03 Juni 2011 jam 18:56

Mendengarkan Suara Tuhan

Ada seorang anak muda yang bersahabat akrab dengan seorang pengkhotbah tua. Suatu hari, anak muda ini kehilangan pekerjaannya dan tidak tahu lagi harus

berbuat apa. Akhirnya, dia memutuskan untuk mencari si pengkhotbah tua itu

Ketika berada di ruang belajar si pengkhotbah, si pemuda ini berteriak-teriak tentang problem hidupnya. Akhirnya dengan kalap dia mengepal-ngepalkan tinjunya, sambil berteriak, "Saya memohon Tuhan agar menolong saya. Tapi hai pengkhotbah, mengapa Dia tidak menjawab saya?"

Si pengkhotbah tua itu pergi ke ruang lain dan duduk di sana. Lalu dia berbicara sesuatu dan menanti jawaban si pemuda. Tentu saja si pemuda itu tidak mendengarkan dengan jelas, sehingga dia ikut-ikutan pindah ruangan.

"Apa sih katamu?" tanya si pemuda penasaran. Si pengkhotbah itu mengulangi kata-katanya dengan perlahan sekali, seperti sedang bergumam sendiri. Tetapi si pemuda belum menangkap bisikan si pengkhotbah. Dia terus mendekati si pengkhotbah tua ini dan duduk di bangku sebelahnya.

Si pemuda itu lagi-lagi bertanya, "Apa katamu? maaf, saya tadi belum mendengarnya."

Dengan lembut, si pengkhotbah memegang pundak si pemuda, "Saudaraku, Allah kadang-kadang berbisik, jadi kita perlu lebih dekat menghampiriNya, agar dapat mendengar Dia dengan lebih jelas lagi." Si pemuda itu tertegun dan akhirnya dia mengerti.

Kita seringkali menginginkan jawaban Tuhan bak petir yang menggelegar di udara dan sekaligus meneriakkan jawaban dariNya. Tetapi Allah sering diam, kadang Dia bicara dengan lembut, bahkan berbisik. Hanya dengan satu alasan: agar Anda mau menghampiri takhta kemuliaanNya dan lebih dekat kepadaNya. Setelah Anda berada di dekatNya, Anda baru bisa mendengar jawaban Tuhan dengan jelas.

Indah sekali untuk mengetahui bahwa kita melakukan sesuatu yang tepat, pada waktu yang tepat, di tempat yang tepat, dengan cara yang tepat dan bersama orang-orang yang tepat. Itulah yang terjadi apabila kita dipimpin oleh Roh Kudus.

sumber: unknown

oleh Hidup Baru pada 04 Juni 2011 jam 14:51

Pendaki Gunung

Suatu ketika, ada seorang pendaki gunung yang sedang bersiap-siap melakukan perjalanan. Di punggungnya, ada ransel carrier dan beragam carabiner (pengait) yang tampak bergelantungan. Tak lupa tali-temali yang disusun melingkar di sela-sela bahunya. Pendakian kali ini cukup berat, persiapan yang dilakukan pun lebih lengkap.

Kini, di hadapannya menjulang sebuah gunung yang tinggi. Puncaknya tak terlihat, tertutup salju yang putih. Ada awan berarak-arak disekitarnya, membuat tak seorangpun tahu apa yang tersembunyi didalamnya. Mulailah pendaki muda ini melangkah, menapaki jalan-jalan bersalju yang terbentang di hadapannya. Tongkat berkait yang di sandangnya, tampak menancap setiap kali ia mengayunkan langkah.

Setelah beberapa berjam-jam berjalan, mulailah ia menghadapi dinding yang terjal. Tak mungkin baginya untuk terus melangkah. Dipersiapkannya tali temali dan pengait di punggungnya. Tebing itu terlalu curam, ia harus mendaki dengan tali temali itu. Setelah beberapa kait ditancapkan, tiba-tiba terdengar gemuruh yang datang dari atas. Astaga, ada badai salju yang datang tanpa disangka. Longsoran salju tampak deras menimpa tubuh sang pendaki. Bongkah-bongkah salju yang mengeras, terus berjatuhan disertai deru angin yang membuat tubuhnya terhempas-hempas ke arah dinding.

Badai itu terus berlangsung selama beberapa menit. Namun, untunglah tali-temali dan pengait telah menyelamatkan tubuhnya dari dinding yang curam itu. Semua perlengkapannya telah lenyap, hanya ada sebilah pisau yang ada di pinggangnya. Kini ia tampak tergantung terbalik di dinding yang terjal itu. Pandangannya kabur, karena semuanya tampak memutih. Ia tak tahu dimana ia berada.

Sang pendaki begitu cemas, lalu ia berkomat-kamit, memohon doa kepada Tuhan agar diselamatkan dari bencana ini. Mulutnya terus bergumam, berharap ada pertolongan Tuhan datang padanya.

Suasana hening setelah badai. Di tengah kepanikan itu, tampak terdengar suara dari hati kecilnya yang menyuruhnya melakukan sesuatu. "Potong tali itu.... potong tali itu."

Terdengar senyap melintasi telinganya. Sang pendaki bingung, apakah ini perintah dari Tuhan? Apakah suara ini adalah pertolongan dari Tuhan? Tapi bagaimana mungkin, memotong tali yang telah menyelamatkannya, sementara dinding ini begitu terjal? Pandanganku terhalang oleh salju ini, bagaimana aku bisa tahu? Banyak sekali pertanyaan dalam dirinya. Lama ia merenungi keputusan ini, dan ia tak mengambil keputusan apa-apa...

Beberapa minggu kemudian, seorang pendaki menemukan ada tubuh yang tergantung terbalik di sebuah dinding terjal. Tubuh itu tampak membeku,dan tampak telah meninggal karena kedinginan. Sementara itu, batas tubuh itu dengan tanah, hanya berjarak 1 meter saja.



sumber: unknown


oleh Hidup Baru pada 06 Juni 2011 jam 4:38

Pencurahan Roh Kudus

1. Peranan Roh Kudus dalam Hidup Kristiani
Meskipun setiap hari kita membuat tanda salib sambil berkata, "Atas nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus", namun Roh Kudus yang setiap kali disebutkan tetap tidak begitu kita kenal. Kita memang mengenal gambaran Bapa lewat gambar-gambar atau lukisan-lukisan yang menggambarkan Bapa sebagai seorang bapak tua dengan wajah yang cerah dan penuh belas-kasih. Kita mengenal Putera melalui macam-macam lukisan, patung, ikon, dan sebagainya. Namun Roh Kudus? Roh Kudus tidak mempunyai wajah.

Dalam Kitab Suci memang tidak disebutkan bahwa Roh Kudus mempunyai wajah, bahkan tidak ada sebutan untuk-Nya yang mengungkapkan suatu rupa yang dapat dibandingkan dengan manusia. Dalam semua bahasa, nama-Nya merupakan suatu nama yang umum. Dalam Bahasa Ibrani, Ia disebut Ruah, dalam Bahasa Yunani disebut Pneuma, dan dalam Bahasa Latin disebut Spiritus. Semua nama atau sebutan ini dipinjam dari sebutan untuk unsur-unsur umum alamiah, yaitu: angin, napas, dan udara.

Roh Kudus memang merupakan suatu pribadi yang misterius, yang membingungkan; kita mendengar suara-Nya, tahu bahwa Ia telah lewat karena tanda-tanda ajaib yang ditinggalkan-Nya, tetapi kita tidak tahu dari mana datang-Nya atau ke mana pergi-Nya (bdk. Yoh 3:8). Oleh karena itu, Roh Kudus tidak pernah dapat kita jangkau dengan pikiran kita dan karya-karya-Nya selalu melampaui segala pengertian kita. Walaupun demikian, dengan jelas dinyatakan peranan-Nya yang menentukan dalam hidup kita:

“Tidak ada seorangpun, yang dapat mengaku: “Yesus adalah Tuhan”, selain oleh Roh Kudus” (1 Kor 12 :3)
Kita tak tahu bagaimana harus berdoa, tetapi Roh membantu kelemahan kita dan Dia yang berdoa di dalam diri kita (bdk. Rm 8:26).
Sebelum naik ke surga Tuhan Yesus pun masih berpesan, “Tinggallah di dalam kota sampai kamu dibaptis dengan Roh Kudus dan kamu akan menerima kuasa ....” (Kis 1:4-8).

Untuk dapat mengenali-Nya dibutuhkan kerendahan hati serta iman yang hidup. Lagi pula, Roh inilah yang selalu menjiwai Gereja. Dialah yang membangun Gereja. Di mana ada Roh Kudus, di situlah Gereja terbentuk, didirikan, dan dibangun. Sebaliknya, di mana ada Gereja, di situ pula ada Roh Kudus. Dia pulalah yang menjadi penggerak setiap orang Kristen, dan melakukan karya-karya agung dalam dirinya. Bila Roh Kudus dicurahkan atas manusia, manusia dihidupkan kembali, walaupun sebelumnya ia telah mati dan mengering seperti tulang-tulang yang kering (bdk. Yeh 37). Oleh karena itu, Roh Kudus bertugas menghidupkan manusia, menghidupkan hatinya, melunakkan yang keras, meluruskan yang bengkok, menghangatkan yang dingin, dan mengubah hati dari “batu” serta menggantinya dengan hati yang dari daging, yang dapat merasa dan dapat mencinta (bdk. Yeh 36:26).

Roh Kudus selalu berkarya di dalam Gereja dan melalui anggota-anggotanya. Ia senantiasa berkarya melalui seseorang: menguasai serta mengubahnya. Memang Ia juga menyatakan kehadiran-Nya melalui tanda-tanda yang mengherankan, tetapi segala karya-Nya selalu bertolak dari kedalaman batin manusia. Di situ pula orang mengenal-Nya. "Kamu mengenal-Nya, karena Ia tinggal dalam kamu" (Yoh 14:17). Lambang-lambang yang dipakai untuk Roh Kudus (api, air, angin) termasuk unsur-unsur alamiah, unsur-unsur alam semesta, dan tidak mempunyai wajah tertentu. Semuanya ini menyatakan suatu kehadiran yang meresapi segala sesuatu, yang memenuhi segalanya dan selalu berkembang ke dalam.

2. Hidup dalam Roh
Bila Roh Kudus merupakan kehadiran yang meresapi segala sesuatu, bahkan hadir sebagai Pribadi dalam diri kita, seharusnya kita mengenal-Nya, seperti yang diungkapkan dalam Injil Yohanes tadi, "Kamu mengenal-Nya, karena Ia tinggal dalam kamu" (Yoh 14:17).

Santo Paulus menyadari hal ini sedalam-dalamnya. Ia sadar bahwa Roh Kudus harus berkarya dalam diri kita dan bahwa hanya dengan demikian saja kita dapat menjadi orang-orang Kristen yang sejati, yakni bila dibimbing oleh Roh Allah sendiri. Karenanya, tak cukuplah bagi kita untuk sekedar tahu bahwa Roh Kudus hadir, namun kita harus menyerahkan diri kepada-Nya supaya Ia berkarya dalam diri kita. Bila Ia sungguh-sungguh berkarya, kita akan mengalaminya.

Bagi orang-orang Kristen purba, pengalaman Roh Kudus ini merupakan hal yang wajar. Bagi mereka, Roh Kudus pertama-tama merupakan suatu pengalaman, baru kemudian suatu ajaran, namun bagi kita yang sering terjadi justru sebaliknya. Roh Kudus lebih merupakan suatu pengertian belaka, yang tidak pernah kita alami karya maupun kehadiran-Nya. Maka, tak mengherankan bila hidup banyak orang Kristen seolah-olah tidak mempunyai daya atau kekuatan.

Dalam kehidupan orang-orang Kristen pertama, mengalami kehadiran serta karya Roh Kudus adalah hal yang normal. Ketika orang-orang Kristen di Yerusalem berdoa minta keberanian, "goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani" (Kis 4:31).

Beberapa contoh:
Untuk menyatakan kesucian Stefanus, Kitab Suci mengatakan bahwa ia "seorang yang penuh iman dan Roh Kudus" (Kis 6:5). Roh Kudus inilah yang memberikan banyak karunia dan kuasa kepadanya, sehingga ia mampu mengadakan tanda-tanda (bdk. Kis 6:8). Ia juga dipenuhi hikmat, sehingga orang Yahudi "tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara" (Kis 6:10).

Filipus disuruh Roh Kudus untuk mendekati kereta orang Etiopia, “Lalu kata Roh kepada Filipus: ‘Pergilah ke situ dan dekatilah kereta itu!’” (Kis 8:29).

Paulus dan Barnabas disendirikan Roh Kudus: “Pada suatu hari ketika mereka beribadah kepada Tuhan dan berpuasa, berkatalah Roh Kudus: ‘Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka’" (Kis 13:2).

Mungkin bagi kebanyakan dari kita, contoh-contoh tadi kedengarannya seperti dongeng saja, namun dewasa ini sudah banyak orang, yang mengerti dan terbuka terhadap karya Roh Kudus, mengalami hal-hal seperti itu.

Dari contoh ini kiranya jelas, bahwa banyak hal yang dikerjakan Roh Kudus pada orang-orang Kristen pertama dan dengan perantaraan mereka melalui karunia-karunia-Nya. Karunia Roh Kudus itu bermacam-macam dan jumlahnya juga tidak terbatas, sebagaimana Roh sendiri tidak membatasi manifestasinya. Santo Paulus dalam suratnya kepada umat di Korintus menyebutkan adanya pelbagai karunia Roh Kudus (bdk. 1Kor 12:7-11). Akan tetapi, masih banyak lagi karunia Roh Kudus yang tidak dituliskan oleh Santo Paulus. Namun karunia yang terbesar ialah mengalami cintakasih Allah sendiri, yang dinyatakan melalui pelbagai karunia tersebut atau dengan cara lain.

Bila Roh Kudus hadir dan bekerja secara aktif dalam diri seseorang, boleh dikatakan bahwa orang itu hidup dalam Roh. Jadi, kita sungguh-sungguh hidup dalam Roh bila kita mengalami, bahwa Roh Kudus bekerja secara aktif dalam diri kita, seperti yang dikatakan Santo Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma 8:14, “Anak-anak Allah ialah mereka yang digerakkan oleh Roh Allah." Sesungguhnya, semuanya ini merupakan sesuatu yang wajar dan normal bagi orang-orang Kristen purba.

Namun dewasa ini kebanyakan orang Kristen belum hidup dalam Roh. Kita sering diajar dan barangkali juga mengajar tentang Kristus, tentang kewajiban-kewajiban Kristen kita. Kita berniat melakukannya, namun banyak yang tidak mempunyai daya dan kekuatan untuk sungguh-sungguh melakukannya, banyak yang tidak mampu menghayati cita-cita Kristen itu. Banyak pula yang tidak memiliki hubungan yang nyata dengan Kristus, atau mengalami kehadiran serta karya-Nya. Kita sering mendengar tentang kasih Allah bagi kita, namun tidak mengalaminya. Hal ini sama seperti seorang yang lapar mendengar cerita-cerita tentang makanan yang lezat dan berlimpah-limpah, tetapi tidak dapat menikmatinya.

Akan tetapi, bila seseorang sungguh-sungguh hidup dalam Roh maka hidupnya akan berbeda. Ia menjadi tahu dan mengalami bahwa Roh Kudus ada dalam dirinya. Ia tidak hanya mendengar dan percaya akan cinta Allah, namun ia juga mengalaminya, biarpun semuanya itu terjadi dalam iman. Ia tidak hanya mendengar dan melihat makanan yang lezat-lezat namun boleh ikut menikmatinya pula. Bila demikian halnya, hidup kita akan mengalami perubahan yang cukup mendalam: kita akan sungguh-sungguh dapat memuji Allah dengan bebas; Kitab Suci pun semakin hidup bagi kita; Yesus menjadi semakin nyata; damai dan kegembiraan menjadi mendalam; kita menjadi bahagia; dan doa pun akan menjadi semakin mendalam. Bila demikian, hidup akan menjadi lebih berarti, penyakit batin dan jiwa akan lenyap.

Hidup seperti ini seharusnya menjadi sesuatu yang normal, yang biasa, bagi orang Kristen. Tidak berarti bahwa semua mengalami, namun harus menjadi norma atau ukuran hidup kristiani. Memang banyak yang ingin hidup dalam Roh, tetapi tidak tahu caranya. Bagaimana menemukan kontak atau relasi yang hidup dengan Roh Kudus yang memungkinkan mereka mengala­­mi kehadiran-Nya?

Barangkali ada yang bertanya dalam hatinya, “Apakah pengalaman seperti itu atau hidup seperti itu mungkin bagi kita yang hidup sekarang ini? Apakah kemungkinan itu juga terbuka bagi kita yang biasanya amat sibuk, yang ditimpa macam-macam persoalan?” Tanpa ragu-ragu sedikitpun semuanya itu dapat dijawab secara positif, bahwa bagi kita semua itu mungkin. Juga, bagi kita sekarang ini, bagi Anda yang membaca ini, kemungkinan tersebut terbuka.

Dan hidup dalam Roh ini akan mulai bila kita menerima pencurahan Roh Kudus atau mengalami pencurahan Roh Kudus.

Memang pencurahan Roh Kudus atau dibaptis dalam Roh ini erat hubungannya dengan Pembaruan Karismatik. Namun, di sini kita perlu membedakan Pembaruan Karismatik dilihat dari segi sosiologis dan dari segi teologisnya. Dari segi sosiologisnya Pembaruan itu memang sangat terbatas, dikenal sebagai Persekutuan Doa (PD) dengan gayanya yang khas, banyak ributnya, dan itu bukan untuk semua orang. Jadi, tidak semua orang harus ikut PD. Dilihat dari segi teologisnya Pembaruan itu bukan lain daripada Pembaruan yang berasal dari Roh Kudus, yang mau menyadarkan kita, bahwa seluruh hidup kita tergantung dari Dia dan supaya kita semua terbuka terhadap karya-Nya dan seluruh karunia-Nya. Keterbukaan akan Roh Kudus dan segala karunia-Nya ini penting dan perlu untuk semua orang Kristen. Oleh karena itu, untuk yang terakhir ini saya lebih suka menyebutnya dengan istilah Pembaruan Hidup dalam Roh, sebab istilah itu lebih menekankan pembaruan hidup daripada hanya karisma-karisma belaka, walaupun karisma itu juga penting.

3. Mengalami Pencurahan Roh Kudus
Untuk mengerti apa yang dimaksudkan dengan Pencurahan Roh Kudus kita dapat melihat apa yang terjadi pada orang-orang yang mengalami pencurahan Roh Kudus ini. Kitab Suci juga memberikan beberapa contoh tentang hal ini, misalnya, ketika Paulus tiba di Efesus dan bertemu dengan beberapa murid. Setelah berbicara dengan mereka, barangkali Paulus merasa bahwa masih ada kekurangan sesuatu pada mereka maka ia pun bertanya, "Adakah kamu telah menerima Roh Kudus ketika percaya?" Dari jawaban mereka itu, Paulus tahu bahwa mereka belum menerima Roh Kudus, bahwa mereka belum menjadi orang Kristen yang penuh maka ia pun mulai berbicara tentang hal ini, "Ketika mendengar ini, mereka pun dibaptis dalam nama Tuhan Yesus dan ketika Paulus menumpangkan tangan atas mereka, Roh Kudus turun atas mereka dan mulailah mereka berbicara dalam bahasa roh serta bernubuat" (Kis 19:1-6).

Pada waktu itu mereka tahu bahwa mereka menerima Roh Kudus dan Paulus serta para pengikutnya pun tahu. Hal yang sama kita jumpai pada peristiwa Kornelius (Kis 10:44-48), juga pada orang di Samaria (lih. Kis 8:18). Maka, bila seseorang mengalami pencurahan Roh Kudus, orang akan tahu hal itu. Dewasa ini banyak orang yang mengalami hal serupa.

Jadi, apakah sesungguhnya arti pencurahan Roh Kudus ini? Sebenarnya ini bukan lain daripada pengaktifan dan aktualisasi buah-buah Sakramen Pembaptisan dan Krisma, yang seringkali kurang efektif dalam hidup banyak orang. Pembaptisan Roh Kudus ini bukan suatu sakramen, hanya semacam doa permohonan untuk mengaktifkan rahmat pembaptisan.

Bila rahmat pembaptisan tadi sungguh-sungguh diaktifkan, orang akan mengalami kehadiran Roh Kudus yang sungguh-sungguh berkarya dalam dirinya. Dan ini dapat merupakan titik tolak suatu hidup baru. Jadi sesungguhnya jelas bahwa pengalaman semacam itu sudah ada sejak semula dalam Gereja, hanya saja banyak orang yang melupakannya. Dewasa ini hal tersebut ditemukan kembali oleh Pembaruan Hidup dalam Roh dengan suatu dimensi yang baru, yaitu dengan suatu kesadaran yang mendalam bahwa hal ini pun terbuka bagi semua orang Kristen yang sungguh-sungguh percaya.

Jadi, kiranya dapatlah dikatakan bahwa pencurahan Roh Kudus ini merupakan pelepasan kuasa Roh Kudus yang sudah kita terima dalam Sakramen Pembaptisan dan khususnya dalam Sakramen Krisma. Ini bukan lain dari pengaktifan rahmat pembaptisan.

Apa yang dialami orang pada waktu mengalami pencurahan Roh Kudus cukup berbeda-beda. Ada yang mengalami banyak sekali, ada pula yang sedikit. Yang satu merasakan tersentuh dalam sekali, yang lain hampir tidak mengalami apa-apa. Kebanyakan hanya mengalami damai yang mendalam saja serta kasih Allah yang besar. Pengalaman pada waktu itu bukanlah yang terpenting, biarpun dapat menjadi modal yang baik untuk suatu hidup yang baru. Yang terpenting ialah perubahan yang dialami orang itu karena kehadiran Roh Kudus dalam dirinya secara baru. Karena kehadiran baru Roh Kudus ini, terjalinlah suatu hubungan yang baru antara dia dengan Tuhan.

Bila seseorang menerima pencurahan Roh Kudus, Roh Kudus menimbulkan perubahan besar dalam dirinya, yang satu lebih daripada yang lain. Hidupnya menjadi berbeda, karena hubungannya dengan Allah juga berubah. Ia memasuki suatu hubungan baru dengan Allah, mengalami kehadiran-Nya yang baru pula. Ia juga akan mengalami Roh Kudus yang berkarya dalam dirinya. Perubahan-perubahan ini dapat berupa:


Pembebasan dari segala macam ikatan dosa dan kelemahan-kelemahan.

Penyembuhan dari segala macam tekanan batin, ketakutan, dan kekuatiran.

Kekuatan baru untuk menghayati hidup sebagai orang Kristen, sehingga kebajikan-kebajikan akan berkembang dalam dirinya.

Kekuatan baru untuk mengatasi bermacam-macam godaan dan kelemahan yang sampai saat itu tidak dapat diatasi.
Gairah hidup yang lebih besar, menemukan arti hidup yang sesungguhnya.
Kebahagiaan yang mendalam dan sukacita yang besar.
Kesadaran bahwa dirinya benar-benar dicintai Allah dan bahwa Allah itu sungguh-sungguh hidup serta dekat dengannya.
Kitab Suci juga menjadi lebih hidup, lebih menarik, sehingga gairah untuk membaca Kitab Suci bertambah.
Dari kesadaran akan semuanya ini timbullah suatu dorongan untuk memuji Allah secara spontan.
Dan akhirnya makin hari akan makin tampak buah-buah Roh Kudus dalam hidup kita, yakni: kebaikan hati, kesabaran, cintakasih, kelembutan hati, penguasaan diri, kerendahan hati, dan sebagainya (bdk. Gal 5:23; 1Kor 13:4-7).

Dengan kata lain, menerima pencurahan Roh Kudus adalah langkah pertama suatu hidup baru, hidup dalam Roh, hidup dalam pelayanan yang penuh kuasa. Ini hanya permulaannya saja, bukan puncaknya. Yang memungkinkan seseorang hidup dan berkarya dalam Roh ini ialah kehadiran Roh secara baru itu, yang mengerjakan segala sesuatu dalam diri kita. Dialah yang melaksanakan apa yang tidak dapat kita laksanakan sendiri.
Jadi, menerima pencurahan Roh Kudus tidaklah menunjukkan suatu kesucian, melainkan hanya permulaan kesucian saja, suatu jalan baru menuju kesucian. Ini juga merupakan suatu permulaan hidup baru yang berpusat pada Kristus, dalam kekuatan Roh Kudus, suatu hidup yang lebih bahagia, lebih damai, lebih harmonis, lebih suci. Ini juga merupakan suatu karya yang bersandar pada Roh Kudus dan kuasa-Nya, maka biasanya juga menghasilkan lebih banyak buah.

Karenanya, orang yang hidup dan berkarya dalam Roh akan makin cepat berkembang dalam cintakasih dan karyanya untuk membangun Kerajaan Allah di dunia ini juga semakin efektif. Mereka itu dapat melakukan banyak hal yang tidak dapat dilakukan oleh orang lain yang kurang terbuka terhadap Roh Kudus.

Perkembangan ini pun mengikuti pola-pola yang berbeda-beda pula. Yang seorang mengalami perubahan yang cepat sampai kepada suatu titik tertentu. Orang ini mengalami apa yang disebut pengalaman puncak atau pengalaman kritis, artinya suatu pengalaman yang cukup mendalam yang mengubah arah hidupnya seketika itu juga. Perubahan ini memang terjadi cepat sekali sampai suatu saat tertentu, tetapi kemudian mengikuti hukum pertumbuhan yang biasa, yang diikuti pasang dan surut, terang dan gelap. Bagi yang lain mungkin perubahan dan perkembangannya lebih bertahap, tidak ada perubahan yang mengejutkan, namun lebih konstan, lebih tetap. Saya kira dalam hal ini masing-masing harus mengikuti jalannya sendiri, serta menyerahkan diri ke dalam bimbingan Tuhan, yang tahu mana yang baik bagi kita masing-masing.
Bagaimana kita dapat memperolehnya? Untuk ini dibutuhkan beberapa syarat tertentu:

Kita harus bertobat, harus mau berubah sungguh-sungguh, mau menempuh hidup baru, yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Kita harus rela mengubah arah hidup kita, meninggalkan segala sesuatu yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Pendek kata, meninggalkan segala dosa.

Percaya bahwa hal ini sungguh-sungguh mungkin, bahwa Tuhan dapat melepaskan kuasa Roh Kudus dalam diri kita.

Percaya bahwa Tuhan telah menjanjikannya, dan sesungguhnya Tuhan rindu sekali memberikan Roh-Nya kepada kita (bdk. Luk 11:9-13).

Percaya bahwa ini hanya karunia semata-mata, tidak diberikan karena jasa-jasa seseorang atau karena ia pantas menerimanya, dan karenanya tidak dapat diperoleh karena jasa-jasa kita.

Namun, walaupun demikian percaya dan yakin, bahwa ini akan dikaruniakan Allah kepada siapa saja yang percaya serta memohon kepada-Nya.

Biarpun secara teoritis orang dapat menerima pencurahan Roh Kudus bila ia minta secara langsung kepada Tuhan, dan memang kadang-kadang terjadi demikian, namun dalam kenyataannya jarang kita jumpai orang yang punya iman yang sedemikian hidupnya itu, sehingga sebagian besar menerima pencurahan Roh Kudus karena bantuan orang lain, atau dalam konteks suatu retret. Karenanya Retret Awal adalah salah satu sarana untuk mempersiapkan diri serta memperoleh pencurahan Roh Kudus.





Ditulis oleh Rm. Yohanes Indrakusuma



Sumber: http://www.carmelia.net



oleh Hidup Baru pada 07 Juni 2011 jam 4:34

Pentakosta di Jantung Gereja

KEHADIRAN BARU ROH KUDUS DALAM GEREJA

Roh Kudus berkarya di seluruh dunia. Pencurahan Roh Kudus di mana-mana, suatu Pentakosta baru sedang berlangsung di seluruh Gereja. Lewat pencurahan Roh Kudus orang mengalami karya dan kuasa-Nya. Kepenuhan Roh Kudus dapat dimohon oleh setiap orang yang mendambakan dan menyiapkan diri untuk itu, bahkan juga oleh orang yang belum kristen (bdk. Kornelius, Kis 10:44).

Pencurahan Roh Kudus ini merupakan bagian dari rencana keselamatan Allah untuk Gereja dan dunia dewasa ini. Dewasa ini pencurahan Roh Kudus itu terjadi pada umumnya lewat Pembaruan Hidup dalam Roh, atau Pembaruan Karismatik. Pembaruan ini merupakan jawaban atas doa Paus Yohanes XIII yang mengundang Konsili Vatikan II dan sebagai persiapan Konsili mengajak seluruh umat untuk berdoa bagi Pembaruan seluruh Gereja: “Perbaruilah ya Tuhan, Gereja-Mu saat ini sebagai suatu Pentakosta Baru.” Sebagai jawaban atas doa itu Tuhan mulai mencurahkan Roh-Nya secara berlimpah ke dalam Gereja. Dan Pembaruan Karismatik yang lahir pada tahun 1965-1967, itu merupakan bagian dari rahmat Pembaruan itu.

Mula-mula rahmat dan karunia-karunia Roh Kudus dialami dalam Persekutuan Doa dan Komunitas Karismatik, namun Roh Kudus tidak dimaksudkan hanya untuk Persekutuan Doa atau Pembaruan Karismatik saja, melainkan untuk seluruh Gereja. Pembaruan Karismatik bukanlah suatu organisasi, tetapi pencurahan istimewa rahmat Roh Kudus; bukan organisasi, tetapi mengalirnya rahmat baru yang istimewa. Pada dasarnya, merupakan rahmat baru untuk memperbaharui dan mengubah cara berpikir dan cara kerja Gereja, rahmat yang membawa pengertian dan kesadaran baru yang menekankan, bahwa manusia bukanlah pelaksana hakiki tugas Gereja. Dari sikap: Tuhan, aku mau melakukan ini dan itu untukmu, berubah menjadi: “Roh Allah, pakailah aku seturut kehendak-Mu.” Perubahan sikap yang mendasar ini telah mengalirkan kuasa Allah yang besar dalam Gereja.

Pencurahan Roh Kudus itu merupakan revitalisasi doa: ‘Veni Creator Spiritus- Datanglah ya Roh Pencipta.’ Pencurahan Roh Kudus itu telah menimbulkan suatu cara berpikir dan bekerja yang baru, yang tidak lagi berpusat pada kemampuan manusia dan prakarsa manusiawi, melainkan bertolak dari rencana Allah. Hal itu membutuhkan langkah-langkah berikut:

Pertama-tama kita membutuhkan discernment untuk mengetahui apa rencana dan kehendak Tuhan untuk kita.
Mengenali semua karunia evangelis dan apostolik dan setiap karunia pelayanan sebagai karunia Roh Kudus.
Menyadari bahwa hanya Roh Kudus saja yang dapat berbicara kepada hati manusia dan memampukan untuk mendengar sabda Allah.
Menyadari bahwa Roh Kudus adalah kuasa Allah, kuasa yang harus berkarya melalui kita dewasa ini, bahkan dengan tanda-tanda dan mukjizat, untuk meluaskan Kerajaan Allah di dunia ini dan dalam perjuangan kita melawan si jahat.
Menyerahkan diri kepada Roh Kudus supaya dapat dipakai sebagai alat-Nya serta melakukan segala sesuatu hanya untuk kemuliaan Allah saja.

Tujuan dari Pembaruan itu bukanlah untuk mencari karunia-karunia Roh Kudus (1 Kor 12:7-12) demi karunia itu sendiri, tetapi suatu penyadaran, bahwa karya Allah hanya dapat dilakukan oleh Allah sendiri lewat karunia-karunia Roh Kudus yang diberikan kepada kita. Dalam hal ini, Allahlah pelaku utama karya tersebut. Jadi kita memang memerlukan karunia-karunia itu, tetapi bukan sebagai tujuan, melainkan sebagai senjata dalam perjuangan kita untuk meluaskan Kerajaan Allah di dunia dan dalam menghadapi kuasa-kuasa destruktif dari si jahat. Hanya kuasa Roh Kudus saja yang dapat mengalahkan kuasa-kuasa kegelapan.

Allah lah yang melakukan segala-galanya. Bila kita menyerahkan diri kita tanpa syarat, Ia akan memakai kita sebagai alat-Nya untuk melaksanakan karya-Nya. Dari sini dapat disimpulkan sebagai berikut:

Roh Kudus termasuk struktur hakiki Gereja. Rahmat Pentakosta yang dialami dalam Pembaruan Karismatik harus mengalir ke dalam seluruh Tubuh Gereja, serta menyegarkan setiap fungsi dan struktur Gereja.

Pembaruan Karismatik harus berintegrasi ke dalam Gereja tanpa kehilangan vitalitasnya, tanpa “dijinakkan,” dan tanpa kehilangan dayanya yang besar, khususnya tanpa kehilangan karunia-karunia Roh Kudus.

Kita harus berusaha, supaya pencurahan Roh Kudus mengalir ke dalam seluruh tubuh Gereja dan strukturnya, ke dalam seluruh jajaran hirarki dalam Gereja. Pada saat ini yang sesungguhnya sangat membutuhkan Roh Kudus justeru adalah para pemimpin Gereja sendiri.

ROH KUDUS MEMPERBAHARUI GEREJA
Pencurahan Roh Kudus itu tidak dimaksudkan hanya untuk persekutuan doa saja, atau untuk mengembangkan persekutuan doa saja, melainkan mempunyai sasaran dan jangkauan yang jauh lebih luas: Pembaruan seluruh Gereja dan Evangelisasi Baru bangsa-bangsa. Ia dimaksudkan untuk mengalirkan darah segar kepada Gereja yang sedang mengalami anemia itu, “untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan bagi pembangunan tubuh Kristus” (Ef 4:12), bahkan lebih dari itu yakni, untuk mewartakan Injil kepada bangsa-bangsa dengan penuh keyakinan dan kuasa. Panggilan untuk Pembaruan ini memang unik dalam sejarah: Pembaruan tidak hanya untuk kelompok tertentu seperti pada zaman Santo Fransiskus Asisi, melainkan untuk seluruh umat Allah, untuk seluruh Gereja. Karenanya, Pembaruan itu harus selalu tinggal di jantung Gereja.

Pembaruan ini juga menuntut adanya suatu paradigma baru dalam karya pastoral kita. Karya pastoral yang tradisional sesungguhnya sudah tidak memadai lagi, perlu ditemukan suatu pola baru dalam karya pastoral kita. Pola baru itu mengandaikan unsur-unsur pokok berikut:

Pengalaman Roh Kudus dan kuasa-Nya, sebab tanpa pengalaman akan kuasa Roh Kudus ini kita tidak akan mampu melakukan tugas kita. Lagipula tanpa pengalaman Roh Kudus itu kita kehilangan suatu unsur pokok yang memberikan dinamisme besar dalam hidup dan karya kita. Hidup kita sendiri harus diperbaharui lebih dahulu sebelum kita dapat membawakan Pembaruan kepada orang lain.

Dalam paroki-paroki dan stasi-stasi tidak hanya ada institusi, tetapi juga persaudaraan dan komunitas-komunitas dasar dengan bentuk yang efektif. Pelayanan kepada umat tidak lagi akan ditanggung oleh para pastornya saja, melainkan akan dilaksanakan oleh banyak anggota umat dan bahkan oleh seluruh umat yang tergabung dalam komunitas-komunitas itu.

Komunitas yang besar akan terdiri dari banyak komunitas-komunitas kecil.
Dewasa ini, rahmat Roh Kudus sedang dicurahkan secara berlimpah-limpah ke dalam Gereja. Kesadaran akan apa yang sedang dikerjakan Allah saat ini, menyadarkan kita, bahwa kita sedang menghadapi suatu masa rahmat baru dalam Gereja. Di tengah segala krisis yang ada, di tengah segala kegelapan dosa yang merajalela, di tengah kebutaan yang mengerikan, di tengah merajalelanya kuasa-kuasa kegelapan, kita harus memiliki keyakinan iman yang mendalam, bahwa Allah lebih besar dari segalanya itu dan Dia akan menyelesaikan karya-Nya dengan memakai kita-kita ini sebagai alat-alat-Nya. Seperti yang telah dicetuskan Paus Yohanes Paulus II pada hari Pentakosta 1998 di Roma di hadapan wakil-wakil komunitas awam, yang kebanyakan berasal dari pembaruan karismatik: “Sekarang ini Gereja sedang memasuki suatu musim semi baru, tanda-tandanya sudah kelihatan. Saya bahkan berani berkata, bahwa tidak lama lagi musim panen raya akan datang bagi Gereja.” Tetapi pertanyaannya ialah: “Siapkah kita menghadapi panen raya itu? Mampukah kita menghadapinya?” Inilah pertanyaan yang menantang kita.

SUATU TANTANGAN
Menghadapi dan mengantisipasi panen raya itu, kita berhadapan dengan suatu tantangan:
Apakah kita yakin, bahwa diperlukan suatu pembaruan pribadi? Yakin akan perlunya suatu Pembaruan dalam hidup pribadi, dalam hidup Gereja. Mengubah suatu cara hidup yang terlalu nyaman, terlalu duniawi, suatu cara hidup yang tidak berpusat pada Allah, tetapi pada diri sendiri. Mengubah suatu cara hidup yang lebih dikuasai oleh nilai-nilai duniawi daripada nilai-nilai Injil.

Apakah dalam segala aktivitas dan karya kita, kita sungguh-sungguh bersandar pada Allah dan kuasa Roh Kudus, dan bukan pada kemampuan, kekuatan atau kepandaian sendiri?

Apakah dalam segala sesuatu yang kita kerjakan, kita melaksanakan rencana sendiri, ataukah rencana Allah? Apakah sebelum memulai sesuatu yang penting kita sempat bertanya: Apakah yang menjadi rencana-Mu, Tuhan? Apakah itu sesuai dengan rencana-Mu, Tuhan? Ataukah sebaliknya kita sama sekali tidak berpikir tentang hal itu? Apakah kita berusaha mengadakan suatu discernment untuk mengenali kehendak Allah, atau tidak?

Dewasa ini masih banyak sekali orang yang bersikap: Do it yourself: kerjakan itu sendiri. Mereka bersikap seolah-olah: asal saja kita berusaha, segala sesuatu dapat diselesaikan, lupa akan apa yang disabdakan Tuhan: “Tanpa Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh 15:5) atau apa yang dikatakan Santo Paulus: “Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya” (Flp 2:13). Karena itu kita sungguh-sungguh membutuhkan Roh Kudus, sebab :

Tanpa Roh Kudus, diosis atau paroki hanyalah organisasi belaka dengan motivasi dan tujuan manusiawi, dengan segala kepicikan dan kerapuhannya. Sebaliknya, dengan Roh Kudus diosis atau paroki adalah Tubuh Kristus, saudara-saudari yang dipersatukan dalam Kristus, yang melayani dan memberikan kesaksian dalam kuasa Roh Kudus.

Tanpa Roh Kudus, katolisisme hanyalah salah satu agama saja, mungkin lebih baik daripada yang lain, tetapi tidak lebih daripada itu. Dengan Roh Kudus katolisisme adalah wahyu Allah yang sempurna tentang dirinya sendiri kepada manusia: Bapa, Allah yang Mahakuasa dan Maharahim; Yesus, Putera-Nya, Tuhan dan Penyelamat kita; Roh Kudus pemberi segala hidup dan wahyu itu menjadi benar-benar ‘Kabar Gembira’.

Tanpa Roh Kudus evangelisasi tidak perlu, karena agama-agama lain juga baik dan Allah dipandang sebagai bersikap acuh tak acuh terhadap dosa dan kejahatan. Karenanya pembangunan sosio-ekonomis lebih perlu daripada evangelisasi. Dengan Roh Kudus evangelisasi adalah perintah Allah, kerinduan terdalam hati Allah bagi umat-Nya dan juga berkat terbesar bagi mereka.

Tanpa Roh Kudus evangelisasi praktis tidak mungkin dan mustahil, nyata dari pengalaman. Dengan Roh Kudus evangelisasi benar-benar mungkin dan nyata: “Rahmat Allah yang menghancurkan segala rintangan yang masuk dalam hati manusia lewat pengampunan, penyembuhan, karunia-karunia iman, harapan, dan kasih.”

Ditulis oleh Rm. Yohanes Indrakusuma

Sumber: http://www.carmelia.net




oleh Hidup Baru pada 09 Juni 2011 jam 7:38

Kerikil Kecil

Kerikil kecil kadang tidak memiliki arti apa-apa dalam kehidupan kita.

Namun, jika kerikil kecil itu ada didalam sepatu kita dan kita mengenakan sepatu itu maka akan ada rasa sakit disana, bahkan kalau dibiarkan rasa sakit itu akan menjadi-jadi dan membuat tidak nyaman seluruh hidup kita. Maka, kita harus membuang kerikil kecil itu dari dalam sepatu kita agar kita bisa nyaman dalam perjalanan hidup kita.

Demikian juga rasa amarah, kekesalan dan dendam dalam diri kita. Pertama-tama tidak akan begitu berpengaruh namun jika dibiarkan akan sangat membuat tidak nyaman bahkan kita akan sakit karenanya.

Buang dendam, amarah dan kekesalan dalam hidup kita dan jangan biarkan kerikil kecil itu dalam diri kita.

Hidup tergantung pada Anda dan hanya anda yang bisa membuat nyaman diri Anda.

Semoga kita selalu berani membuka sepatu dan membuang kerikil hidup kita yang seringkali ada disana.



Petrusp

oleh Hidup Baru pada 11 Juni 2011 jam 19:22

Lepaskan Tambatan Tali itu

Suatu saat aku sedang menikmati senja dalam perahu keselamatanku yang sedang berlabuh. Kulihat Tuhan di ruang pengemudi, Ia menatapku dan berkata, “Lepaskanlah tambatan tali itu, dan biarlah Aku membawa engkau ke seberang. Sebab bukan rancangan-Ku engkau tertambat disini…”

Gelisah dan kuatir aku menjawab, “Tuhan, bukankah lebih baik aku tetap disini? Aku tdk akan melihat taufan dan badai dan aku dapat kembali ke darat kapan pun aku mau.”

Dengan lembut, Ia memegangku, menatap mataku dan berkata, “Jika engkau tidak mengalami taufan dan badai, engkau tidak akan pernah melihat, bahwa Aku berkuasa atas semua itu.”

Dalam pergumulanku, aku memandangi tali yang mengikat perahu. Di tali itu, ku lihat ada rasa kuatir akan keuangan, pekerjaan, kehidupan dan Masa Depan.

Dalam hatiku aku bertanya, “Tahukah Ia apa yang aku inginkan?? Mengertikah Ia apa yang aku rindukan??? “

Tuhan memelukku dan berkata lembut, “Memang tidak semuanya akan sesuai dengan apa yang kau inginkan, bahkan mungkin kebalikannya yang akan engkau dapatkan. Tapi, maukah kau percaya, bahwa rancangan-Ku adalah rancangan damai sejahtera dan masa depanmu adalah masa depan yang penuh harapan?” Ia memeluk dan menangis bersamaku.

Lalu dengan berat aku melepas tali perahuku…,

Kulepaskan semua rasa kuatir itu dari hatiku…,

Ku taruh hak atas masa depanku ditangan-Nya,

Aku tidak tau bagaimana nanti masa depanku,

tapi aku percaya Ia sudah ada disana…



Sambil menangis aku menatap-Nya dan berkata :

“Jadilah nahkoda dalam hidupku & marilah kita berlayar bersama.”

sumber: unknown

oleh Hidup Baru pada 13 Juni 2011 jam 0:15

St Antonius dari Padua

Antonius dilahirkan pada tahun 1195 di Lisbon, Portugis dengan nama Fernando. Ia adalah putera tunggal pasangan Martin dan Maria Bulhom, keluarga terpandang di kotanya. Fernando seorang anak yang cerdas, hatinya lurus tetapi keras. Orangtuanya sangat ingin agar kelak anaknya menjadi orang terkenal. Pada usia 11 tahun kedua orangtuanya meninggal dunia sehingga Fernando menjadi yatim piatu. Ia diasuh oleh pamannya yang sangat memanjakannya.

Pada usia 15 tahun, Fernando merasa terpanggil untuk menjadi seorang imam. Meskipun pamannya menentang dengan keras keinginannya, toh pada akhirnya Fernando diijinkan juga masuk biara St. Agustinus di Lisbon. Dua tahun kemudian Fernando ditugaskan belajar di Coimbra. Sembilan tahun di Universitas Coimbra, Fernando belajar dengan tekun. Ia menjalin persahabatan dengan para pengikut St. Fransiskus dari Asisi.

Jenazah lima martir dari Ordo Fransiskus dikirim dari Maroko untuk disemayamkan di biaranya. Kelima imam Ordo Fransiskus itu: St. Berard, Otto, Petrus, Akursio dan Ainto, yang dengan gigih mewartakan Injil sehingga mereka didera dan dipenggal di Maroko. Jiwa muda Fernando bergolak. Tiba-tiba ia bangkit. Buku yang tengah dipelajarinya itu ditutupnya seraya berkata, "Teman-temanku telah mati demi Tuhan. Apakah aku akan duduk-duduk terus mempelajari buku?" Kemudian Fernando memutuskan untuk bergabung dengan Ordo Fransiskus Asisi (OFM = Ordo Saudara-saudara Dina) dengan tujuan agar dapat segera ditugaskan ke Maroko, supaya ia pun juga dapat menjadi saksi sekaligus martir Kristus. Fernando diterima di Ordo Fransiskus dengan nama Antonius. Sayang sekali, begitu tiba di Maroko, Antonius jatuh sakit sehingga terpaksa pulang kembali.

Sembilan tahun lamanya Antonius berkhotbah, mempertobatkan banyak orang dan melakukan banyak mukjizat di Perancis, Sisilia serta Italia. Ia seorang pengkhotbah yang ulung. Kemana pun ia pergi orang banyak datang berduyun-duyun untuk mendengarkan khotbahnya. Menurut legenda, bahkan ikan-ikan di danau pun bersembulan keluar untuk mendengarkan khotbahnya.

Antonius begitu bersemangat dalam mewartakan Injil, sehingga ia sering lupa makan dan kurang istirahat. Karena itu ia jatuh sakit dan meninggal dunia di Arcella, dekat Padua, pada tanggal 13 Juni 1231, dalam usia 36 tahun. Jenazahnya disemayamkan di gereja Santa Perawan Maria di Padua. Setahun kemudian, ia dimaklumkan sebagai santo oleh Paus Gregorius IX. Pesta St. Antonius dirayakan tanggal 13 Juni.

Mengapa St. Antonius digambarkan memeluk Kanak-kanak Yesus?

Pada suatu hari St. Antonius bermalam di rumah seorang temannya, Lord of Chatenauneuf. St. Antonius berdoa dengan khusuk hingga larut malam. Tiba-tiba ruangan kamarnya dipenuhi oleh sinar yang sangat terang, lebih terang dari sinar matahari. Kemudian Yesus menampakkan diri kepada St. Antonius dalam rupa seorang anak kecil. Chatenauneuf melihat sinar cemerlang keluar dari celah bawah pintu kamar Antonius. Merasa heran, temannya itu mengintip melalui lubang kunci. Ia melihat seorang anak kecil yang elok parasnya sedang berdiri di atas buku sambil memeluk leher St. Antonius dengan kedua belah tangannya. Ketika St. Antonius membuka pintu kamar dan mendapati Chatenauneuf, ia berpesan agar temannya itu tidak menceritakan apa yang dilihatnya kepada siapa pun juga selama ia masih hidup.

Mengapa St. Antonius digambarkan memeluk Kitab Suci?

St Antonius mengenal, mencintai dan mewartakan Sabda Allah dengan begitu baik. Sesungguhnya, St Antonius begitu terdidik dan ahli dalam Kitab Suci hingga Paus Pius XII memaklumkannya sebagai “Doktor Evangelis,” atau “Doktor Kitab Suci”.

Mengapa St. Antonius dimohon pertolongannya menemukan barang-barang yang hilang?

Pernahkah kamu kehilangan barang-barang yang mempunyai nilai sentimentil, seperti misalnya cincin, mainan kesayangan, gelang, atau bahkan binatang peliharaanmu? Sudahkah kamu mencarinya kemana-mana dan tidak dapat menemukannya kembali? Ya, kalau begitu kamu mohon pertolongan St Antonius dari Padua, santo pelindung barang-barang yang hilang atau dicuri.

Santo Antonius diangkat menjadi santo pelindung barang-barang yang hilang atau pun dicuri karena pengalaman hidupnya. St. Antonius mempunyai sebuah buku Mazmur yang sangat berarti baginya. Dalam buku Mazmurnya itulah ia mencoretkan catatan-catatan atau komentar-komentar yang dipergunakannya untuk mengajar murid-muridnya di Ordo Fransiskus. Seorang novis (yaitu seorang biarawan yang sedang menjalani masa percobaan) mulai bosan dengan kehidupan religius biara, karenanya ia memutuskan untuk melarikan diri. Ia pergi dengan membawa serta buku Mazmur St. Antonius! Ketika St. Antonius menyadari bahwa bukunya telah hilang, ia menjadi sangat sedih. St. Antonius berdoa dengan sangat agar buku Mazmurnya segera diketemukan atau dikembalikan kepadanya. Tuhan menjawab doa St. Antonius. Novis yang telah mencuri bukunya itu merasa tidak tenang jiwanya, sehingga akhirnya ia mengembalikan buku Mazmur itu kepada St. Antonius. St. Antonius memaafkan segala perbuatannya. Novis itu bahkan diterima kembali di biara.

Jadi, mulai sekarang kalau kamu kehilangan sesuatu, mintalah bantuan St. Antonius dari Padua, dan tunggu apa yang akan terjadi.

“disarikan dan diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya”Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan



oleh Hidup Baru pada 13 Juni 2011 jam 17:24

Terjadilah kehendak-Mu, bukan kehendakku

“Kesulitan terbesar bagi keluarga masa kini bukan finansial, tetapi menemukan waktu bersama dengan anak-anak. Anak-anak akhirnya tumbuh sendirian tanpa penyertaan orang tua.“

Kita seringkali sudah mengajukan pertanyaan-pertanyaan ketika baru membuka mata di pagi hari, “Mana aktivitas yang hendaknya kudahulukan, siapa yang akan saya jumpai hari ini, ke restoran mana saya akan makan bersama dengan rekan-rekan saya?“

Ada bahaya bahwa kesibukan dengan aktivitas atau orang akhirnya menguasai diri kita. Keletihan, kelesuan, dan depresi adalah tanda-tanda negatif dari aktivitas yang telah mengontrol dan merusak diri kita. Dan dalam situasi ini, kita harus berani menyerahkan agenda kehidupan kita kepada penyelenggaraan Allah. Kita semakin mendaraskan refrain kitab suci, “Terjadilah kehendak-Mu, bukan kehendakku.“

Kita menolak untuk menjadi korban waktu jam, melainkan hidup menurut waktu Allah.

Hari indah buatmu semua. GBU all

Rm YusTL pr

oleh Hidup Baru pada 13 Juni 2011 jam 20:13

Doa : Perjalanan ke Dalam Batin

"Apabila kamu berdoa, masuklah ke kamar, tutuplah pintu, dan berdoalah kepada Bapa-MU yang tidak kelihatan"(Mat 6:6). Anda mungkin memahami secara berbeda kata-kata Yesus ini, namun bagi saya, kata-kata Tuhan ini mengingatkan saya, bahwa ada saat-saat dalam kehidupan ini, dalam kesibukan harian kita, kita perlu menyiapkan waktu khusus untuk berdialog, berbicara dengan DIA, dan siap untuk melepaskan diri dari dari ikatan waktu, aktivitas dan kesibukan harian kita, dan masuk dalam kesendirian bersama Yesus. Dalam doa kita bergerak menuju tempat yang lebih dalam menuju pusat dan jantung keberadaan kita di mana kita menemukan PRIBADI yang sedang menunggu kita, seorang PRIBADI yang menjadi sumber keberadaan dan pemberi makna kehidupan kita yakni Yesus Kristus. Di sana kita akan berlabuh, membenamkan dan menyatukan diri kita bersama-NYA.

Di perjalanan ini kita akan merasakan bahwa DIA hadir merangkul kita dan mengairi keberadaan kita dengan cinta-NYA, membaharui diri kita dengan kekuatan Roh-NYA. Kita tidak pernah merasa sendiri karena IA selalu hadir bersama dengan kita, dan menempatkan hati kita pada-NYA dan mengadakan perjalanan ke dalam diri bersama-NYA. Ini adalah suatu perjalanan menuju pada pikiran, perasaan dan hati Kristus, suatu perjalanan menuju kepada kebenaran, yang bebas dari pertimbangan-pertimbangan untung rugi. Di dalam perjalanan batin ini kita terus menerus diingatkan bahwa menjadi murid-NYA, kita harus mengenakan pikiran dan hati-NYA, mengasihi seperti DIA mengashi kita.

Namun, perjalanan ke dalam ini haruslah diikuti dengan perjalanan keluar diri. Artinya, perjalanan ke dalam diri harus membawa kita keluar, kembali kepada kehidupan nyata dunia ini, kembali membawa kasih dan damai dari Allah kepada sesama, mengasihi sesama seperti DIA mengasihi kita. Di perjalanan ini, kita mungkin banyak akan menghadapi persoalan-persoalan yang menghadang kita setiap hari, setelah kita bertemu dengan Allah, – tapi dalam situasi demikian, kita harus terus bergerak maju dengan suatu visi dan tujuan yang baru, serta dengan suatu komitmen yang besar untuk membangun dunia yang lebih baik, dan dyakinla bahwa Allah hadir selalu hadir menyertai, mencintiai dan memberkati kita.



Salam dan doaku serta.



Rm YusTL pr
oleh Hidup Baru pada 14 Juni 2011 jam 19:10

Kisah Sebuah Ember

Seorang pemikul air di India memiliki 2 buah ember. Masing-masing ember tergantung di ujung pikulan yang ia pikul dengan bahunya. Salah satu ember dalam keadaan bocor, sedang ember yang satunya lagi sempurna. Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh dari sumber air ke rumah tuannya, ternyata air ember yang bocor tinggal setengahnya, sedang di ember yang satu lagi tetap penuh. Ember yang bocor merasa malu dengan ketidak sempurnaannya krn ia hanya mampu membawa setengah dari yang diharapkan. Ember yang sempurna merasa bangga dengan prestasinya karena seluruh kewajibannya dapat diselesaikan.

Setelah 2 tahun berjalan, ember yang bocor tidak tahan lagi dan ia pun berkata kepada tuannya,”Aku merasa malu sekali dan ingin meminta maaf atas ketidak mampuanku.”
“Mengapa engkau harus malu?” tanya pemikul air itu.

“Karena selama 2 tahun ini, aku tidak mampu melakukan tugas dengan sempurna, aku hanya bisa menyelesaikan setengah dari kewajibanku, padahal engkau telah bersusah payah membawaku. Lubang pada tubuhku ini menyebabkan air bocor sepanjang jalan” jawab sang ember.

Si pemikul air berkata, “Apakah kamu memperhatikan bahwa di sepanjang jalan, pada sisi kamu berada penuh dengan bunga yang indah, sedang di sisi lain tidak?”

“Memang benar, aku telah memperhatikannya,” kata sang ember.

Kemudian si pemikul air itu melanjutkan, “Itu terjadi karena aku tahu kekuranganmu dan aku memanfaatkan kelemahanmu. Aku telah menabur bunga di sepanjang sisimu dan kamu telah menyiramnya setiap hari. Dan hasilnya? Setiap hari selama 2 tahun ini aku dapat menghias meja tuanku dengan bunga-bunga yang indah, yang kamu sirami setiap hari”.

Ketahuilah, bahwa memang kita semua memiliki kekurangan, namun bila kita mau, TUHAN dapat menggunakan kekurangan itu untuk menghias meja BAPA di surga dan memuliakanNYA. Jangan kuatir dengan kekurangan kita, karena pada kelemahan dapat kita temukan kekuatan! Terkadang apa yang menjadi kekurangan kita, justru bisa menjadi kelebihan kita



sumber: unknown



oleh Hidup Baru pada 15 Juni 2011 jam 1:32

Film Kehidupan

Rasanya jarang orang yang tidak suka menonton film. Mungkin genre film yang digemari bisa berbeda, tapi tiap orang cenderung suka bahkan berlama-lama menghabiskan waktu di depan televisi/bioskop untuk menonton film.

Mulai dari film detektif, horor, drama, komedi, dan selanjutnya. Idola tiap orang pun macam-macam. Dulu saat di Asia film Hongkong berjaya, tentunya banyak orang kenal Jacky Chen. Sekarang, saat Korean Drama menjadi buah bibir di mana-mana, para bintang filmnya pun punya penggemar di seluruh dunia.

Film yang bagaimana yang kita sukai? Mungkin film-film yang menyedihkan, menegangkan, atau banyak konfliknya sehingga menjadikan film-film itu seru untuk dilihat. Semakin banyak masalah, konflik, perseteruan, kita makin suka karena menganggap itu adalah film yang seru.

Jika hidup kita diibaratkan adalah sebuah film yang memuat kehidupan kita dari lahir sampai akhir hayat nanti, akan jadi film seperti apakah hidup kita itu? Mengapa kalau ada sedikit masalah, persoalan, hal-hal yang kurang menyenangkan, kita begitu mudah patah semangat dan putus asa? Bukankah kita mengerti pula konsep sebuah film yang seru, yang apabila diterapkan dalam kehidupan kita berarti kita sudah harus bersiap untuk menerima permasalahan dan pernak-pernik kehidupan yang mungkin sama sekali berbeda dengan harapan kita?

Sehingga suatu saat nanti, ketika film kehidupan kita diputar…Akan jadi hal yang membanggakan untuk ditonton dunia. Karena film kehidupan kita itu ternyata memang cukup seru dengan segala konfliknya. Tetapi puji Tuhan, bahwa semua itu bisa dilewati dengan campur tangan-Nya, dalam pelukan kasih-Nya, bersama Dia senantiasa.

So, haruskah kita takut, cemas, dan kuatir? Tentu kita semua sudah tahu jawabannya bukan? Karena kita punya Tuhan, Sang Sutradara film kehidupan kita yang tahu semua adegan dan episode di dalamnya.

Tugas kita hanyalah memainkan peran yang sudah diberikan-Nya dengan sebaik-baiknya. Camera…” Action!” :)



oleh Hidup Baru pada 15 Juni 2011 jam 21:45

Kebahagiaan yang sejati

Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.
Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.
Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.
Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.
Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.
Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.
Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.

Matius 5:3-12

oleh Hidup Baru pada 17 Juni 2011 jam 18:15

Rayakan kehidupan bersama dengan yang lain

Akhir pekan hendaklah menjadi saat indah untuk merayakan kehidupan ini dan bersyukur pada Tuhan atas semua berkat dan pengalaman yang dialami selama sepekan yang lalu. Suatu perayaan adalah saat kepenuhan kegembiraan, saat yang amat manusiawi. Dalam kesempatan itu kita bersyukur kepada Tuhan yang telah membawa kita keluar dari jurang kesepian, masuk ke dalam kebersamaan; persekutuan, pesahabatan dan kekeluargaan yang setia. Kita seharusnya merayakan ikatan kita. Kita saling menyatakan bahwa kita masing-masing berarti dan penting. Pada moment ini kita saling merayakan dan memperdalam kasih dan relasi. Dengan itu, kita menghayati hari-hari khusus ini sebagai saat Allah, Sang sumber kasih dan kegembiraan hadir bagi kita memanggil kita untuk berkembang dalam harapan akan kasih-NYA. Kita semua diciptakan untuk bergembira dan merasakan kegembiraan yang penuh, di sini dan sekarang ini juga. Persoalanya adalah apakah kita mau meluangkan waktu di tengah kesibukan kita untuk bersama orang-orang yang kita cintai, merayakan kehidupan ini . Moga akhir pekan yang indah buatmu semua..



GBU all



Rm YusTL pr

oleh Hidup Baru pada 18 Juni 2011 jam 0:23

Hari Raya Tritunggal Mahakudus

Seorang nenek sementara mengasuh cucu kecilnya yang tak henti-hentinya bertanya, "Nek, mengapa daun-daun berjatuhan?" Sang nenek menjawab, "Untuk diganti dengan daun yang lebih muda." Cucunya bertanya, "Dari mana daun itu muncul?" Nenek dengan sabar menjawab, "Ibu bumi menyediakan" Cucu tadi melihat ke langit dan bertanya lagi, "Nek, lihat! Langit biru seperti danau, awan-awan seperti perahu-perahu. Mereka menuju kemana Nek?" Nenek menjawab dengan sabar, "Oh mungkin ada pertemuan para awan." Sang cucu melihat ke arah nenek dan bertanya lagi, "Mengapa awan-awan perlu pertemuan?" Sang nenek memeluk cucunya dan berkata, "Rupanya bumi sudah membutuhkan hujan." Sang anak tadi berkata, "Tuhan hebat ya nek, Tuhan memikirkan segalanya!"

Para saudara, berhadapan dengan misteri Tritunggal Mahakudus, kita seperti anak kecil itu. Bertanya dan tidak mendapatkan penjelasan yang memadai. Mungkin cara yang paling baik adalah dengan mendengarkan pengalaman. Kadang kita begitu terpesona dengan keindahan alam. Kita pun bertanya, "Siapa yang menyelenggarakan semua ini?" Itulah pengalaman akan Allah Bapa. Allah yang menciptakan dan menyelenggarakan kehidupan. Kita juga bersentuhan dengan Pribadi yang bernama Yesus. Ia yang lahir sebagai manusia, mengajar, menderita, wafat dan bangkit. Allah yang membumi itu kita sebut sebagai Allah Putra. Kadangkala pula, kita mengalami kesulitan. Kita seperti merasakan ada yang menuntun langkah kita dengan inspirasiNya yang kudus. Itulah Allah Roh Kudus.

Para saudara, misteri dalam bahasa teologi artinya rencana keputusan Allah untuk menyelamatkan manusia. Allah memikirkan dan melakukan segala sesuatu agar kita bisa selamat. Ia menciptakan, tinggal bersama kita dan memberi inspirasi. Kita perlu membuka hati agar Allah Tritunggal Mahakudus meraja dalam diri kita. Kita tidak akan pernah mengerti tapi mengalaminya. Amin

Disalin dari Renungan Harian dan Pendalaman Iman "Percikan Hati"

NB:
Untuk berlangganan buku renungan "Percikan Hati" ini bisa melalui:
sms ke 0811-433290 (di luar Jakarta) dan 0816-1964317 (Jakarta) atau
telp di 0431-824451 (di luar Jakarta) dan 021-92709857 (Ibu Santi - Jakarta)



oleh Hidup Baru pada 19 Juni 2011 jam 2:26

Misteri Allah Tritunggal Mahakudus

Di dalam iman Kristen, kita mengenal Allah sebagai Tritunggal yang Mahakudus, bahwa Allah itu satu sekaligus tiga pribadi. Dari situ kita dapat mengerti mengapa ketika Santo Yohanes merumuskan mengenai siapakah Allah itu, dia tidak mengatakan Allah itu keindahan, kebijaksanaan, pengetahuan atau yang lainnya, tetapi ia mengatakan bahwa Allah itu adalah kasih. Dan kalau kasih tentu saja tidak bisa sendiri, karena kasih itu terungkap keluar. Maka kita mengerti bahwa Allah ini sebenarnya adalah Tritunggal Mahakudus.

Pertama kita tahu bahwa misteri Tritunggal Mahakudus ini adalah misteri dasar agama Kristen. Misteri yang disebut misteri yang sesungguhnya, artinya bahwa adanya Tritunggal Mahakudus hanya bisa diketahui oleh wahyu, kita tak akan pernah sampai pada misteri Tritunggal kalau tidak diwahyukan oleh Allah sendiri. Agama-agama besar di dunia mencoba mendekati misteri Allah, dan mereka sampai pada kesimpulan tentang Allah yang tunggal tetapi tidak pernah sampai kepada Allah yang Tritunggal. Misalnya kita melihat dalam Perjanjian Lama di mana dikatakan Roh Allah berkali-kali berhembus dan menghidupkan tulang-tulang yang kering kerontang seperti pada Yehezkiel. Jadi itu suatu rujukan kepada Roh Allah, tetapi bagi orang Israel pada waktu itu Roh Allah adalah Allah sendiri, jadi bukan pribadi yang berbeda. Lalu dalam kitab Kebijaksanaan, ada pujian kepada kebijaksanaan sebagai suatu pribadi tetapi di situ kita lihat bukan pribadi yang sesungguhnya melainkan suatu personifikasi. Jadi kebijaksanaan itu dipribadikan, namun bagi kita yang melihatnya di situ sudah ada wahyu Allah yang tersembunyi. Orang-orang dalam Perjanjian Lama sendiri tidak pernah melihatnya sebagai pribadi, sehingga bagi orang Yahudi ketika Yesus mengatakan bahwa Ia adalah Anak Allah itu rupanya merupakan suatu hujatan.

Dari agama lain kita lihat misalnya dalam agama Hindu, mereka sebetulnya menghasilkan banyak mistici besar, mereka itu boleh dikatakan juga mendekati misteri Allah. Bagi mereka Allah atau yang juga disebut Brahma mempunyai 3 sifat hakiki, dan 3 sifat hakiki itu mendekati pengertian Tritunggal Yang Mahakudus. Brahma itu disebut ‘zat’ artinya ada, ia ada sejak semula. Sifat kedua yaitu ‘sit’ artinya kebijaksanaan. Sifat ketiga yaitu ‘ananda’ artinya kebahagiaan. Karena itu kemudian Tritunggal Mahakudus bagi orang Kristen di India diterjemahkan dengan ‘Saccidananda’. Mereka sampai kepada pengertian yang begitu dekat, tetapi bagi mereka sebetulnya Allah itu hanya satu.

Dan memang benar Allah itu adalah satu tetapi sekaligus tiga pribadi ini. Dan inilah misteri dasar seluruh iman Kristen kita dalam arti yang sesungguhnya, eksistensinya tidak pernah dapat diduga oleh manusia dan setelah diwahyukan eksistensinya, manusia atau akal budi manusia juga tidak mampu menyelami sesungguhnya. Karena itu melampaui pengertian, maka tanpa rahmat Allah, tanpa karunia iman yang diberikan kepada kita, misteri Tritunggal Mahakudus itu adalah suatu kebodohan. Maka dikatakan juga oleh Santo Paulus ketika ia mewartakan Kristus yang disalibkan, batu sandungan bagi orang Yahudi dan kebodohan bagi orang Yunani, karena bagaimana mungkin Allah bisa disalibkan. Oleh karena itu, kita lihat di sini misteri ini merupakan suatu misteri yang melampaui akal budi manusia. Karena itu di luar iman Kristen, orang tidak mampu mengertinya. Ini suatu yang melampaui pengertian manusia.

Lalu bagaimana kita mencoba untuk mengerti? Memang kita tidak akan pernah bisa mengerti seluruhnya, tetapi walaupun demikian ada sedikit usaha untuk menerangkan misteri itu walaupun itu tidak mengungkapkan seluruhnya. Dan keterangan ini antara lain yang terkenal berasal dari Santo Agustinus. Ia mencoba menerangkan itu dan inilah yang diberikannya:

“Karena Allah Maha Sempurna, Dia mengenal diri-Nya sendiri dalam sesaat, sekejap secara langsung mengenal diri sendiri seutuh-utuhnya, seluruhnya, dan pengenalan akan diri sendiri itu kemudian menjadi begitu sempurna sehingga seolah-olah keluar dari diri-Nya sendiri menjadi pribadi lain yang kita sebut Sang Putera.”

Oleh Karena itu Putera adalah pancaran Allah sendiri, maka Santo Paulus mengatakan bahwa Putera adalah gambaran Allah yang sempurna. Jadi ibaratnya seperti kalau orang bercermin, dia melihat gambarnya sendiri secara sempurna. Akan tetapi, tentu saja Allah tidak bercermin pada sesuatu lain di luar diri-Nya, Dia mengenal diri-Nya secara sempurna dan pengenalan ini kemudian seolah-olah lahir dari diri-Nya menjadi pribadi, tetapi tentu saja ini terjadi dari kekal, karena bagi Allah tidak ada waktu. Dan Allah itu melihat diri-Nya begitu sempurna dan Dia memberikan seluruh ada-Nya seluruh kebijaksanaan-Nya, seluruh apa yang ada pada diri-Nya diberikan pada gambar tadi yaitu Putera-Nya. Maka kita dapat mengetahui bagaimana Yesus mengatakan bahwa Putera tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Nya sendiri, tetapi apa yang diterima-Nya dari Bapa itu yang dilakukan.

Putera menerima segala sesuatu dari Bapa, yaitu seluruh ada-Nya, seluruh kebijaksanaan-Nya, seluruh kasih-Nya dan karena Dia pribadi yang sempurna, kemudian Dia adalah gambar Allah yang sempurna, dan Dia menjadi pribadi, Dia mengembalikan seluruhnya itu, apa yang diterima-Nya kepada Bapa. Dan Bapa tentu saja memberikan semuanya itu di dalam kasih yang sempurna, dan Putera juga menerima itu dan memberikan kembali segala sesuatu yang diterima-Nya itu kepada Bapa dalam suatu aliran kasih yang sempurna.

Aliran kasih yang sempurna inilah Roh Kudus. Karena itu kita tahu bahwa Roh Kudus itu keluar dari Bapa dan Putera. Roh Kudus tidak dilahirkan tetapi keluar, karena itu Dia merupakan kesatuan antara Bapa dan Putera, kasih yang mengalir secara sempurna kepada Putera dan kemudian dari Putera mengalir kembali kepada Bapa dalam suatu aliran yang terus menerus sejak kekal sampai kekal. Oleh karena itu, Roh Kudus disebut juga Roh Cinta Kasih, dan misteri besar yaitu bahwa oleh Roh kita diikutsertakan dalam aliran kasih itu, sehingga kita sebagai manusia mengambil bagian pada kodrat Allah sendiri.

Santo Petrus dalam suratnya mengatakan, “kita ini mengambil bagian pada kodrat Allah.” Itulah martabat kita yang begitu indah, begitu luhur. Dengan mengambil bagian pada kodrat Allah, kita juga disebut ilahi. Maka Santo Yohanes Salib dalam karyanya ketika mengatakan pengilahian manusia bahwa manusia oleh rahmat Allah dijadikan ilahi, disentuh oleh sentuhan-sentuhan rahmat Allah sehingga menjadi ilahi. Oleh karena itu Santo Yohanes Salib dapat berkata “jiwa itu tampaknya lebih Allah daripada manusia, ya bahkan dia adalah Allah karena partisipasi.”

Itu suatu istilah teologi yang dipakai oleh Santo Thomas. Bahwa manusia itu adalah Allah karena partisipasi, artinya di situlah manusia betul-betul diilahikan sehingga kita akan dimuliakan dan bersinar-sinar karena kita diberi bagian pada kodrat Allah dan itulah arti kata bahwa kita ini ‘anak-anak Allah’. Kalau kita anak Allah, maka kita juga mengambil bagian dari kodrat Allah ini. Sebetulnya keluarga manusia di dunia ini merupakan pancaran dari gambaran Tritunggal Mahakudus sendiri. Karena itu kalau pria dan wanita saling mengasihi, lalu dari buah kasih itu lahirlah anak, itu sebetulnya merupakan pancaran yang samar-samar dari Tritunggal Mahakudus. Sebenarnya bila mereka hidup sungguh-sungguh kudus dan benar, maka itu merupakan gambaran dari Tritunggal Mahakudus itu.

Di dalam Gereja ada pertentangan cukup besar dan berlangsung berabad-abad lamanya antara Gereja Barat dan Gereja Timur mengenai soal ‘filio quod’ sebab kalau dikatakan dalam bahasa Latin ‘spiritus sancti’ itu ‘proceded de Patri filio que’ à maksudnya keluar, tidak dipakai istilah dilahirkan. Dalam syahadat panjang dikatakan bahwa Putera dilahirkan oleh Allah. Itu dikatakan ‘mengenai Yesus, Ia lahir dari Bapa sebelum segala abad’. Lalu di sana dikatakan juga ‘aku percaya akan Roh Kudus, Ia Tuhan yang menghidupkan, Ia berasal dari Bapa dan Putera.’ Maka kalau Putera tadi dilahirkan, tentang Roh Kudus dikatakan Ia berasal dari Bapa dan Putera. Keluar dalam bahasa Latin dipakai istilah ‘proceded de Patri filio quom’. Karena itu istilah ‘filio quom’ menjadi pertentangan hebat.

Dalam gereja barat dikatakan bahwa Roh kudus itu keluar dari Bapa dan Putera, sedangkan Gereja Timur mengatakan Ia keluar dari Bapa melalui Putera. Jadi antara yang satu ‘keluar dari Bapa dan Putera’, yang satunya ‘keluar dari Bapa melalui Putera’ ini menjadi pertentangan yang cukup serius selama berabad-abad lamanya antara Gereja Barat dan Timur. Itu soal rumusan iman yang begitu sulit, dan kalau rumusan itu keliru bisa berakibat fatal. Tetapi kemudian dewasa ini dengan adanya dialog dan pendekatan, akhirnya memang dua rumusan itu ternyata saling melengkapi, bahwa Roh kudus itu keluar dari Putera tetapi Putera itu tidak dari diri-Nya sendiri, tetapi diberi oleh Bapa menjadi prinsip keluarnya Roh Kudus. Maka dari situ ada pendekatan antara Gereja Barat dan Timur.

Tetapi, misteri Tritunggal ini merupakan misteri kasih yang begitu mendalam, dan kalau kita bayangkan itu seperti aliran kasih yang terus menerus, Bapa yang setiap saat memberikan diri seutuh-utuhnya, karena itu kita bisa mengatakan bahwa kasih atau mengasihi berarti memberikan diri, mengosongkan diri. Bapa memberikan seluruh diri-Nya kepada Putera. Sebaliknya Putera tidak menerima itu begitu saja, tetapi dikembalikan lagi kepada Bapa, maka ada aliran terus menerus yang abadi. Dan bagi kita yang sungguh indah dan luar biasa yaitu bahwa kita diberi bagian di dalam hidup Allah ini. Kita mengambil bagian dalam kehidupan Allah ini, demikian juga para malaikat di surga diberi bagian dalam kehidupan Allah. Oleh karena itu kita diilahikan. Dalam Gereja Latin disebut dengan istilah ‘divinus’ artinya diilahikan, sedangkan dalam Gereja Timur lebih sering menggunakan istilah ‘devicatio’ artinya di-Allahkan.

Ungkapan-ungkapan yang sangat berani dari Bapa gereja Timur misalnya oleh Santo Irenius, “Allah menjadi manusia supaya manusia diilahikan.” Maka itulah yang disebut ‘pertukaran suci’. Allah Putera menjadi manusia, dan Dia kemudian mau supaya manusia diilahikan. Tetapi Santo Atanasius memakai ungkapan yang lebih berani lagi, “Allah telah menjadi manusia supaya manusia menjadi Allah.” Tentu saja kalau dikatakan manusia menjadi Allah, dalam agama-agama tertentu dikatakan kita ini adalah percikan Allah, yang biasa disebut ‘panteisme’. Namun dalam pengertian St.Athanasius ini terjadi karena partisipasi, artinya bukan dari kodratnya sendiri tetapi karena diberi bagian oleh Allah. Memang itu suatu yang rumit, tetapi sebetulnya kalau kita bisa meraba sedikit, kita akan melihat keindahannya, bahwa kita ini mempunyai panggilan yang luhur.

Jika Allah melihat kita sekarang ini, bukan melihat keadaan kita saat ini yang masih luka-luka. Akan tetapi melihat bagaimana pada akhirnya setelah kita sempurna diilahikan. Tentu saja pengambilan bagian ini berbeda-beda satu dengan yang lain. Yang satu boleh dikata lebih intensif sehingga dapat dikatakan semua seperti bintang-bintang di langit, semua berkilauan. Namun yang satu lebih terang dari yang lain. Tentu saja kalau kita lihat, nanti di surga kita seperti itu memancar berkilau-kilau, tetapi yang satu berbeda dengan yang lain, sesuai dengan rahmat dan panggilan Allah, juga sesuai dengan kerelaan kita melaksanakan kehendak Allah. Kalau di dunia ini kita sudah dimurnikan dan mau bekerja sama dengan rahmat Allah, maka pemurnian-pemurnian di sini dapat dikatakan sekaligus pemurnian yang membawakan jasa, sehingga kemuliaan kita setiap kali akan bertambah. Akan tetapi kalau pemurnian di api penyucian, penuh penderitaan namun tanpa jasa. Jadi masing-masing jiwa di surga akan berbeda satu dengan yang lainnya. Jadi di sinilah keindahan kita. Kita mempunyai tujuan hidup yang luhur yang disediakan oleh Allah.

Jadi segala penderitaan dan salib-salib tidak ada artinya, jika dibandingkan dengan kemuliaan yang disediakan Tuhan bagi kita. Seperti yang dikatakan oleh Santo Paulus bahwa pengenalan akan Yesus Kristus yang lebih mulia itu menjadikan segala sesuatu yang lain kelihatan seperti sampah. Maka kita juga tidak akan mengejar-ngejar kemuliaan, kehormatan, kedudukan di dunia ini, tetapi dari pihak lain kita mau berkarya untuk mengambil bagian dalam karya keselamatan.

Karya kita yaitu supaya setelah kita sendiri mengenal Allah, setelah kita sendiri boleh mengalami kasih-Nya, kita mau supaya orang lain juga yang dikasihi Allah ini boleh mengenal dan mengasihi Dia dan mengambil bagian dalam keselamatan serta hidup abadi itu. Cara yang terbaik dan berkenan pada Allah yaitu bila kita dapat menjadi alat-alat di tangan Tuhan untuk membawa banyak jiwa kepadaNya. Kita berharga bagi Allah, maka betapa rindunya Tuhan supaya semakin banyak jiwa yang diselamatkan.

Untuk memuliakan Tuhan yang paling baik adalah mewartakan kasih Allah kepada orang lain, menyatakan namaNya, mewartakan kerahiman-Nya kepada dunia. Seluruh hidup kita harus diarahkan untuk memuliakan Allah. Oleh rahmat Tuhan kita diselamatkan dan juga kita diberi bagian di dalam karya penyelamatan. Itulah yang disebut imamat orang beriman, kita dapat mengambil bagian dalam karya Kristus bagi keselamatan dunia. Jika kita harus menanggung salib dan penderitaan, kita dapat mempersembahkannya untuk keselamatan banyak jiwa.

Karena Allah begitu mengasihi kita maka Dia mau menjadi manusia, dan di antara ketiga pribadi yang dapat menjadi manusia hanyalah Putera, tidak mungkin Roh Kudus atau Bapa yang menjelma menjadi manusia. Karena itu Santo Paulus mengatakan bahwa kita ini dijadikan anak-anak Allah di dalam Sang Putera oleh kuasa Roh Kudus. Jadi selalu setiap perbuatan ilahi adalah perbuatan Bapa, Putera dan Roh Kudus. Oleh karena itu karya keselamatan adalah karya Tritunggal Mahakudus, tetapi ada semacam apropriasi yaitu dikatakan bahwa Putera yang menebus manusia sebetulnya ialah Allah sendiri, tetapi ada apropriasi yang seolah-olah itu bagian Putera, ini bagian Roh Kudus, dan semua menuju kembali kepada Bapa sumber segala sesuatu.

Begitu luhur dan indah rahmat kehidupan kita. Oleh karena itu, jika menyadari semua ini kita juga dengan rela mau menanggung beban-beban dalam hidup ini. Kalau semua kita tanggung bersama Kristus, betapapun beratnya beban itu maka akan menjadi ringan. Oleh karena itu, kita mau menyerahkan semua bersama dengan Kristus, karenanya semua beban kalau kita terima dengan rela hati dan kita persembahkan, ini sebetulnya yang disebut kebijaksanaan para kudus. Mempersembahkan semua beban dan penderitaan kepada Tuhan demi keselamatan jiwa-jiwa. Ini mempunyai dua keuntungan. Dengan kurban-kurban yang kelihatannya tidak berarti kita bisa menyelamatkan orang lain. Kedua jika kita bisa mempersembahkan beban-beban dan kesukaran kepada Tuhan, maka kita tidak akan merasakan beban itu dan bahkan yang dulunya menekan justru akan menimbulkan sukacita kalau kita persembahkan kepada Tuhan. Kalau kita mengeluh maka bebannya menjadi semakin berat, tetapi apabila beban berat itu dipersembahkan akan menjadi ringan. Jadi karena itu baiklah kita selalu hidup di dalam iman. Iman mampu melihat apa yang tidak dapat dilihat oleh akal budi biasa.

Maka demikianlah hidup kita dan jangan lupa bahwa hidup kita di dunia ini hanya sebentar saja. Oleh karena itu, marilah kita bersyukur kepada Tuhan untuk rahmat besar, pengertian dan tujuan yang begitu indah yang ditawarkan Tuhan kepada kita.

Ditulis oleh Rm. Yohanes Indrakusuma



Sumber: http://www.carmelia.net/

oleh Hidup Baru pada 19 Juni 2011 jam 6:02

Home Run to Jesus

Tim Tuhan melawan tim Setan, tim Tuhan mendapat giliran memukul. Score masih kosong-kosong padahal waktu hampir berakhir. Pertandingan berlangsung ketat.

Pemain yang bernama "KASIH" mendapat giliran memukul bola dan berhasil mencapai perhentian (base) pertama, karena "KASIH" tak pernah gagal.

Kemudian giliran "IMAN" yang juga berhasil, karena "IMAN" bekerja bersama-sama "KASIH".

Setelah itu, giliran "HIKMAT ALLAH" dan ia pun berhasil memukul bola dan lari ke 'base'.

Namun ketiganya belumlah kembali ke homebase. Kemudian Tuhan pun mengatakan kepada Pelatih, "keluarkan pemain bintang kita."

Dan masuklah "ANUGERAH" ke lapangan untuk memukul bola.
Setan berkata "Tampangnya tak terlihat hebat." Tim Setan meremehkannya.
Maka bola pun di lemparkan, "Buuukkkkkkkkk ! O la la, "ANUGERAH" memukul bola lebih keras dari pemain-pemain sebelumnya. "ANUGERAH" memukul bola dengan kerasnya sampai-sampai bola melambung tinggi sekali dan tak terjangkau oleh pemain tim Setan... sampai akhirnya... 'home run' !!!

Tim Tuhan menang.

Kemudian Tuhan bertanya kepada Pelatih, sekiranya dia tahu mengapa IMAN, HIKMAT ALLAH dan KASIH dapat mencapai base, namun tidak dapat memenangkan game dan malah ANUGERAH yang melakukannya.

Pelatih menggeleng tidak tahu. Tuhan pun lalu menjelaskan, "Jika kasihmu, imanmu, dan hikmat Allah yang ada padamu berhasil memenangkan pertandingan, maka kau akan berpikir bahwa itu semua karena hasil usahamu sendiri. Kasih, iman dan hikmat Allah mampu membawamu ke base, tapi tidak mampu membawamu pulang (home run), hanya anugerah-Ku yang mampu melakukannya. Hanya anugerah-Ku yang tidak dapat iblis curi".

Semoga, anugerah Allah melingkupi hari-harimu kawanku... seperti telah senantiasa melingkupi ku... God Bless us all my friends..



Sumber: Unknown



oleh Hidup Baru pada 19 Juni 2011 jam 20:37

Arti Mengasihi Yesus dan Yesus Mengasihi Kita

Kita pernah melihat pasangan muda-mudi yang sedang berpacaran. Mereka berjalan amat mesra dan saling mengasihi. Sang pemuda mengasihi pujaan hatinya dan si pemudi mengasihi sang pangeran. Mengasihi itu susah-susah gampang! Karena, bila kita bertemu dengan pasangan yang pas, cocok dan aduhai pasti langgeng terus. Namun, jika kita bertemu dengan kekasih yang berbeda kepribadiannya dengan kita, tentu suatu perjuangan tersendiri. Tetapi, inilah seni dalam mengasihi, butuh perjuangan dan kerendahan hati. Demikian juga dalam mengasihi Yesus. Untuk apa mengasihi Yesus? Dengan apa kita dapat mengasihi Dia? Dengan masuk ke dalam dan bersama Yesus.

Para murid harus mengasihi Yesus.
Apa maksud dari pernyataan di atas? Mengapa para murid harus mengasihi Yesus? Bagaimana cara yang benar dan tepat untuk mengasihi-Nya? Dengan mentaati perintah-Nya. Inilah undangan Tuhan Yesus dalam Injil yang kita dengar pada hari ini. Tuhan Yesus meminta para murid untuk mengasihi Yesus. Mari kita perhatikan sungguh-sungguh ajakan Tuhan Yesus ini. Apakah kita telah mengasihi Yesus? Mana buktinya? Ternyata ajaran Tuhan Yesus untuk mengasihi Dia tidak mudah. Sesungguhnya kasih kepada Yesus harus dibuktikan dengan ketaatan kepada firman-Nya. Apa artinya bagi kita? Kasih bukanlah perkara perasaan sentimentil belaka, melainkan seseorang mau bersatu dalam pikiran dan kehendak dengan orang yang kita kasihi. Dengan demikian kasih akan membuahkan sukacita dan kedamaian. Lalu bagaimana kita dapat mengasihi Dia bila kita sedang sedih, marah, depresi atau ketika kita berbeban berat? Lantas apa yang harus kita lakukan? Supaya kita dapat mengasihi Yesus dan mentaati perintah-Nya, kita perlu belajar dari apa yang dikatakan oleh orang bijak. Pertama, “percaya” bahwa firman Tuhan adalah roh yang memberikan kehidupan (Yoh 6:63). Kedua, “mendengarkan” sabda Allah supaya kita memperoleh hidup (Yoh 5:40). Ketiga, kerinduan hati untuk “mengangkat suara” kepada firman Allah (bdk. Mzm 119:105). Keempat, “menyimpan Sabda Tuhan” dan merenungkannya dalam hati (bdk. Luk. 2:19). Kelima, “melaksanakan sabda Allah” supaya firman-Nya masuk dan tinggal dalam hati kita (bdk. 2 Kor 3:3). Hanya orang yang hidup di dalam dan bersama Yesus akan mampu mengasihi Dia.

Yesus akan datang mengasihi para murid

Oleh sebab itu, Yesus akan datang mengasihi para murid. Untuk apa Yesus mengasihi para murid? Bagaimana Dia mengasihi kita? Dengan menyatakan diri-Nya kepada para murid. Itulah karunia amat berharga yang dijanjikan Yesus kepada kita. Tuhan Yesus akan datang mengasihi dan menyatakan diri-Nya kepada orang yang mengasihi Dia. Apa maksud pernyataan ini? Bagaimana Yesus menyatakan diri-Nya kepada para murid? Apa dan bagaimana Yesus menyatakan diri-Nya tidak dikatakan, tetapi kiranya tidak jauh berbeda dengan apa yang dikatakan oleh Lukas tentang apa yang dilakukan Yesus pada hari kebangkitan-Nya: “Lalu Ia membuka pikiran mereka sehingga mereka mengerti Kitab Suci” (Luk 24:45). Oleh sebab itu, supaya kita mampu menerima kasih Yesus yang demikian besar kepada kita, yaitu persatuan cinta kasih dengan Dia, kita perlu mengikuti nasehat atau petunjuk dari seorang Pujangga Gereja, yaitu S. Yohanes dari Salib. Orang kudus dari Spanyol ini berkata: “Ambillah keputusan yang tetap untuk mengikuti Kristus dalam segala tindakanmu dengan menyesuaikan hidupmu dengan hidup-Nya. Karena itu, engkau harus mempelajari hidup-Nya, supaya engkau tahu bagaimana caranya mengikuti Dia dan dalam segala peristiwa bertindak dan bersikap seperti yang akan dilakukan-Nya”. Ini berarti kita perlu memiliki tiga hal yang patut diperhatikan yaitu komitmen yang teguh untuk mengikuti Kristus, mempelajari dan merenungkan kehidupan-Nya, serta menyesuaikan hidup kita dengan hidup-Nya. Hanya dengan iman yang teguh, pengertian yang benar dan kerelaan untuk melaksanakan kehendak-Nya, kita akan sampai pada apa yang dijanjikan Yesus kepada kita. Inilah bukti kasih Yesus, yaitu pernyataan diri-Nya kepada kita.

Penutup
Mengasihi Yesus memang tidak mudah, sebab kasih kepada Yesus harus dibuktikan dengan mentaati perintah-Nya. Hanya orang yang masuk ke dalam dan bersama Yesus akan mampu mengasihi Dia dan mentaati perintah-Nya. Dengan demikian, Yesus akan datang mengasihi kita dan menyatakan diri-Nya kepada kita. Apabila kita sungguh percaya kepada Yesus, mempelajari dan merenungkan hidup-Nya serta melaksanakan sabda-Nya akan sampai pada apa yang dijanjikan Yesus. Inilah kasih itu bahwa Allah mengasihi kita anak-anak-Nya



Ditulis oleh fr Serafim Maria CSE

NB: Silakan share dengan tetap mencantumkan nama penulis dan sumbernya. Gbu

oleh Hidup Baru pada 20 Juni 2011 jam 18:15

Lowongan kerja: Petugas Telegram

Dahulu sekali, sebelum ada internet, telepon, dan alat komunikasi lain, peran telegram sangat penting bagi kehidupan manusia.

Suatu saat pada zaman itu, perusahaan telegram sedang membutuhkan tambahan tenaga untuk operator telegraf. Mereka memberitakannya di seluruh sudut kota. Tentu saja, untuk menjadi operator mesin tersebut dibutuhkan kemahiran dalam menerima dan mengirimkan pesan dalam bentuk sandi morse.

Akhirnya hari wawancara pun tiba. Di perusahaan tersebut, terlihat sedikitnya ada 10 orang yang sedang menunggu panggilan wawancara. Mereka datang pada pagi hari, mengisi formulir yang disediakan, menyerahkannya pada sekretaris, dan kemudian menunggu panggilan wawancara. Mereka menghabiskan waktu dengan berbincang-bincang satu sama lain, di tengah bunyi-bunyi mesin telegraf dng sandi morse-nya.

Pada siang hari, datanglah seorang pemuda. Ia berpakaian seperti layaknya para pelamar yg lain. Ia kemudian mengisi formulir yang disediakan, menyerahkannya pada sekretaris, dan kemudian duduk menunggu panggilan wawancara. Perbedaannya, ia tidak kemudian tenggelam dalam pembicaraan dengan pelamar lain, namun tetap fokus pada pikirannya sendiri.

Tak berapa lama, bangkitlah pemuda ini dari duduknya, dan tanpa ragu langsung memasuki ruangan wawancara, meninggalkan para pelamar lain yang heran melihat aksinya.

"Apa-apaan dia? Bahkan kita yang datang lebih awal belum berani untuk masuk." Kata seorang pelamar. "Tidak ada panggilan apa-apa. Kenapa ia nekat masuk?" Kata yg lain. "Ya sudah. Biarkan saja. Toh pewawancara akan memarahinya karena kelancangannya, dan berkuranglah satu kompetitor kita." Kata seorang pelamar, dan pelamar yg lain pun setuju atas pendapatnya. Mereka pun tak lagi mengacuhkan si pemuda.

Tiba-tiba pintu ruang wawancara terbuka. Keluarlah si pemuda diikuti pewawancara. Pewawancara kemudian berkata : "tuan-tuan yang terhormat, terima kasih telah datang dan menunggu untuk wawancara. Namun tampaknya saya harus memberitahukan bahwa pekerjaan tersebut tidak lagi kosong, karena pemuda inilah yang akan mengisinya..."

Spontan seluruh pelamar yang lain menggerutu dan protes...
"Tunggu sebentar... Kami sudah ada di sini lebih lama dari pemuda ini. Kami sudah menunggu lebih lama darinya. Dan kami juga tidak selancang dia yang tiba-tiba masuk tanpa adanya pemberitahuan apapun dari sekretaris anda. Dan bahkan, kami tidak diberi kesempatan untuk diwawancara?? Tolong beri penjelasan, dan kami butuh itu!"

Pewawancara dengan tenang menjelaskan.. "Tahukah tuan-tuan, bahwa sejak pagi tuan-tuan ada di ruang tunggu ini, saya sudah memberikan pengumuman, 'kepada siapa saja yang mau ikut wawancara, silakan masuk ke ruang wawancara'? Namun, tentu saja saya mengirimnya DENGAN SANDI MORSE, karena untuk itulah anda berada di sini... Namun sayangnya tuan-tuan tidak mendengarkan secara seksama. Hanya pemuda inilah yang cukup jeli mendengarkan panggilan wawancara tersebut, dan karena itulah ia diterima."

Saudaraku, cerita diatas menggambarkan hidup kita. Terkadang, kita memang mengharapkan suara Tuhan. Kita memang membuka telinga kita dan menunggu Tuhan berbicara...

Namun, kita hanya mengharapkan, Tuhan berbicara lewat suatu yang spektakuler. mengharapkan Tuhan berbicara lewat semak yang terbakar, lewat air bah yang meluluhlantakkan bumi, lewat mukjizat, lewat gempa, dan banyak hal dahsyat lainnya.

Tapi jangan lupa, bahwa Tuhan juga bicara di dalam angin sepoi-sepoi basa. Tuhan juga bisa pakai atasan kita, kolega kita, bahkan bawahan kita untuk menegur kita. Tuhan juga bisa pakai hal-hal kecil yang terjadi dalam hidup kita, untuk mengingatkan kita akan kasihNya yang tak berkesudahan. Tuhan bisa pakai apapun.

Yang kita perlukan hanyalah tetap fokus padaNya. Jangan biarkan pikiran kita tenggelam dalam perbincangan duniawi di ruang tunggu. Biarlah mata dan hati kita hanya tertuju padaNya, biar kita dapat mendengar suaraNya, di tengah kebisingan suara dunia...

Tuhan Memberkati



sumber : tak diketahui
oleh Hidup Baru pada 21 Juni 2011 jam 20:41