Saat Hidup tidak lagi bersahabat dengan kita... Tetap lah "pegang erat Tangan Tuhan" Jangan pernah kau berpaling dari NYA, sebab TUHAN lah sumber pertolongan kita kemarin, hari ini , besok dan untuk selama-lama nya...

Senin, 05 September 2011

Pencurahan Roh Kudus

1. Peranan Roh Kudus dalam Hidup Kristiani
Meskipun setiap hari kita membuat tanda salib sambil berkata, "Atas nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus", namun Roh Kudus yang setiap kali disebutkan tetap tidak begitu kita kenal. Kita memang mengenal gambaran Bapa lewat gambar-gambar atau lukisan-lukisan yang menggambarkan Bapa sebagai seorang bapak tua dengan wajah yang cerah dan penuh belas-kasih. Kita mengenal Putera melalui macam-macam lukisan, patung, ikon, dan sebagainya. Namun Roh Kudus? Roh Kudus tidak mempunyai wajah.

Dalam Kitab Suci memang tidak disebutkan bahwa Roh Kudus mempunyai wajah, bahkan tidak ada sebutan untuk-Nya yang mengungkapkan suatu rupa yang dapat dibandingkan dengan manusia. Dalam semua bahasa, nama-Nya merupakan suatu nama yang umum. Dalam Bahasa Ibrani, Ia disebut Ruah, dalam Bahasa Yunani disebut Pneuma, dan dalam Bahasa Latin disebut Spiritus. Semua nama atau sebutan ini dipinjam dari sebutan untuk unsur-unsur umum alamiah, yaitu: angin, napas, dan udara.

Roh Kudus memang merupakan suatu pribadi yang misterius, yang membingungkan; kita mendengar suara-Nya, tahu bahwa Ia telah lewat karena tanda-tanda ajaib yang ditinggalkan-Nya, tetapi kita tidak tahu dari mana datang-Nya atau ke mana pergi-Nya (bdk. Yoh 3:8). Oleh karena itu, Roh Kudus tidak pernah dapat kita jangkau dengan pikiran kita dan karya-karya-Nya selalu melampaui segala pengertian kita. Walaupun demikian, dengan jelas dinyatakan peranan-Nya yang menentukan dalam hidup kita:

“Tidak ada seorangpun, yang dapat mengaku: “Yesus adalah Tuhan”, selain oleh Roh Kudus” (1 Kor 12 :3)
Kita tak tahu bagaimana harus berdoa, tetapi Roh membantu kelemahan kita dan Dia yang berdoa di dalam diri kita (bdk. Rm 8:26).
Sebelum naik ke surga Tuhan Yesus pun masih berpesan, “Tinggallah di dalam kota sampai kamu dibaptis dengan Roh Kudus dan kamu akan menerima kuasa ....” (Kis 1:4-8).

Untuk dapat mengenali-Nya dibutuhkan kerendahan hati serta iman yang hidup. Lagi pula, Roh inilah yang selalu menjiwai Gereja. Dialah yang membangun Gereja. Di mana ada Roh Kudus, di situlah Gereja terbentuk, didirikan, dan dibangun. Sebaliknya, di mana ada Gereja, di situ pula ada Roh Kudus. Dia pulalah yang menjadi penggerak setiap orang Kristen, dan melakukan karya-karya agung dalam dirinya. Bila Roh Kudus dicurahkan atas manusia, manusia dihidupkan kembali, walaupun sebelumnya ia telah mati dan mengering seperti tulang-tulang yang kering (bdk. Yeh 37). Oleh karena itu, Roh Kudus bertugas menghidupkan manusia, menghidupkan hatinya, melunakkan yang keras, meluruskan yang bengkok, menghangatkan yang dingin, dan mengubah hati dari “batu” serta menggantinya dengan hati yang dari daging, yang dapat merasa dan dapat mencinta (bdk. Yeh 36:26).

Roh Kudus selalu berkarya di dalam Gereja dan melalui anggota-anggotanya. Ia senantiasa berkarya melalui seseorang: menguasai serta mengubahnya. Memang Ia juga menyatakan kehadiran-Nya melalui tanda-tanda yang mengherankan, tetapi segala karya-Nya selalu bertolak dari kedalaman batin manusia. Di situ pula orang mengenal-Nya. "Kamu mengenal-Nya, karena Ia tinggal dalam kamu" (Yoh 14:17). Lambang-lambang yang dipakai untuk Roh Kudus (api, air, angin) termasuk unsur-unsur alamiah, unsur-unsur alam semesta, dan tidak mempunyai wajah tertentu. Semuanya ini menyatakan suatu kehadiran yang meresapi segala sesuatu, yang memenuhi segalanya dan selalu berkembang ke dalam.

2. Hidup dalam Roh
Bila Roh Kudus merupakan kehadiran yang meresapi segala sesuatu, bahkan hadir sebagai Pribadi dalam diri kita, seharusnya kita mengenal-Nya, seperti yang diungkapkan dalam Injil Yohanes tadi, "Kamu mengenal-Nya, karena Ia tinggal dalam kamu" (Yoh 14:17).

Santo Paulus menyadari hal ini sedalam-dalamnya. Ia sadar bahwa Roh Kudus harus berkarya dalam diri kita dan bahwa hanya dengan demikian saja kita dapat menjadi orang-orang Kristen yang sejati, yakni bila dibimbing oleh Roh Allah sendiri. Karenanya, tak cukuplah bagi kita untuk sekedar tahu bahwa Roh Kudus hadir, namun kita harus menyerahkan diri kepada-Nya supaya Ia berkarya dalam diri kita. Bila Ia sungguh-sungguh berkarya, kita akan mengalaminya.

Bagi orang-orang Kristen purba, pengalaman Roh Kudus ini merupakan hal yang wajar. Bagi mereka, Roh Kudus pertama-tama merupakan suatu pengalaman, baru kemudian suatu ajaran, namun bagi kita yang sering terjadi justru sebaliknya. Roh Kudus lebih merupakan suatu pengertian belaka, yang tidak pernah kita alami karya maupun kehadiran-Nya. Maka, tak mengherankan bila hidup banyak orang Kristen seolah-olah tidak mempunyai daya atau kekuatan.

Dalam kehidupan orang-orang Kristen pertama, mengalami kehadiran serta karya Roh Kudus adalah hal yang normal. Ketika orang-orang Kristen di Yerusalem berdoa minta keberanian, "goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani" (Kis 4:31).

Beberapa contoh:
Untuk menyatakan kesucian Stefanus, Kitab Suci mengatakan bahwa ia "seorang yang penuh iman dan Roh Kudus" (Kis 6:5). Roh Kudus inilah yang memberikan banyak karunia dan kuasa kepadanya, sehingga ia mampu mengadakan tanda-tanda (bdk. Kis 6:8). Ia juga dipenuhi hikmat, sehingga orang Yahudi "tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara" (Kis 6:10).

Filipus disuruh Roh Kudus untuk mendekati kereta orang Etiopia, “Lalu kata Roh kepada Filipus: ‘Pergilah ke situ dan dekatilah kereta itu!’” (Kis 8:29).

Paulus dan Barnabas disendirikan Roh Kudus: “Pada suatu hari ketika mereka beribadah kepada Tuhan dan berpuasa, berkatalah Roh Kudus: ‘Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka’" (Kis 13:2).

Mungkin bagi kebanyakan dari kita, contoh-contoh tadi kedengarannya seperti dongeng saja, namun dewasa ini sudah banyak orang, yang mengerti dan terbuka terhadap karya Roh Kudus, mengalami hal-hal seperti itu.

Dari contoh ini kiranya jelas, bahwa banyak hal yang dikerjakan Roh Kudus pada orang-orang Kristen pertama dan dengan perantaraan mereka melalui karunia-karunia-Nya. Karunia Roh Kudus itu bermacam-macam dan jumlahnya juga tidak terbatas, sebagaimana Roh sendiri tidak membatasi manifestasinya. Santo Paulus dalam suratnya kepada umat di Korintus menyebutkan adanya pelbagai karunia Roh Kudus (bdk. 1Kor 12:7-11). Akan tetapi, masih banyak lagi karunia Roh Kudus yang tidak dituliskan oleh Santo Paulus. Namun karunia yang terbesar ialah mengalami cintakasih Allah sendiri, yang dinyatakan melalui pelbagai karunia tersebut atau dengan cara lain.

Bila Roh Kudus hadir dan bekerja secara aktif dalam diri seseorang, boleh dikatakan bahwa orang itu hidup dalam Roh. Jadi, kita sungguh-sungguh hidup dalam Roh bila kita mengalami, bahwa Roh Kudus bekerja secara aktif dalam diri kita, seperti yang dikatakan Santo Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma 8:14, “Anak-anak Allah ialah mereka yang digerakkan oleh Roh Allah." Sesungguhnya, semuanya ini merupakan sesuatu yang wajar dan normal bagi orang-orang Kristen purba.

Namun dewasa ini kebanyakan orang Kristen belum hidup dalam Roh. Kita sering diajar dan barangkali juga mengajar tentang Kristus, tentang kewajiban-kewajiban Kristen kita. Kita berniat melakukannya, namun banyak yang tidak mempunyai daya dan kekuatan untuk sungguh-sungguh melakukannya, banyak yang tidak mampu menghayati cita-cita Kristen itu. Banyak pula yang tidak memiliki hubungan yang nyata dengan Kristus, atau mengalami kehadiran serta karya-Nya. Kita sering mendengar tentang kasih Allah bagi kita, namun tidak mengalaminya. Hal ini sama seperti seorang yang lapar mendengar cerita-cerita tentang makanan yang lezat dan berlimpah-limpah, tetapi tidak dapat menikmatinya.

Akan tetapi, bila seseorang sungguh-sungguh hidup dalam Roh maka hidupnya akan berbeda. Ia menjadi tahu dan mengalami bahwa Roh Kudus ada dalam dirinya. Ia tidak hanya mendengar dan percaya akan cinta Allah, namun ia juga mengalaminya, biarpun semuanya itu terjadi dalam iman. Ia tidak hanya mendengar dan melihat makanan yang lezat-lezat namun boleh ikut menikmatinya pula. Bila demikian halnya, hidup kita akan mengalami perubahan yang cukup mendalam: kita akan sungguh-sungguh dapat memuji Allah dengan bebas; Kitab Suci pun semakin hidup bagi kita; Yesus menjadi semakin nyata; damai dan kegembiraan menjadi mendalam; kita menjadi bahagia; dan doa pun akan menjadi semakin mendalam. Bila demikian, hidup akan menjadi lebih berarti, penyakit batin dan jiwa akan lenyap.

Hidup seperti ini seharusnya menjadi sesuatu yang normal, yang biasa, bagi orang Kristen. Tidak berarti bahwa semua mengalami, namun harus menjadi norma atau ukuran hidup kristiani. Memang banyak yang ingin hidup dalam Roh, tetapi tidak tahu caranya. Bagaimana menemukan kontak atau relasi yang hidup dengan Roh Kudus yang memungkinkan mereka mengala­­mi kehadiran-Nya?

Barangkali ada yang bertanya dalam hatinya, “Apakah pengalaman seperti itu atau hidup seperti itu mungkin bagi kita yang hidup sekarang ini? Apakah kemungkinan itu juga terbuka bagi kita yang biasanya amat sibuk, yang ditimpa macam-macam persoalan?” Tanpa ragu-ragu sedikitpun semuanya itu dapat dijawab secara positif, bahwa bagi kita semua itu mungkin. Juga, bagi kita sekarang ini, bagi Anda yang membaca ini, kemungkinan tersebut terbuka.

Dan hidup dalam Roh ini akan mulai bila kita menerima pencurahan Roh Kudus atau mengalami pencurahan Roh Kudus.

Memang pencurahan Roh Kudus atau dibaptis dalam Roh ini erat hubungannya dengan Pembaruan Karismatik. Namun, di sini kita perlu membedakan Pembaruan Karismatik dilihat dari segi sosiologis dan dari segi teologisnya. Dari segi sosiologisnya Pembaruan itu memang sangat terbatas, dikenal sebagai Persekutuan Doa (PD) dengan gayanya yang khas, banyak ributnya, dan itu bukan untuk semua orang. Jadi, tidak semua orang harus ikut PD. Dilihat dari segi teologisnya Pembaruan itu bukan lain daripada Pembaruan yang berasal dari Roh Kudus, yang mau menyadarkan kita, bahwa seluruh hidup kita tergantung dari Dia dan supaya kita semua terbuka terhadap karya-Nya dan seluruh karunia-Nya. Keterbukaan akan Roh Kudus dan segala karunia-Nya ini penting dan perlu untuk semua orang Kristen. Oleh karena itu, untuk yang terakhir ini saya lebih suka menyebutnya dengan istilah Pembaruan Hidup dalam Roh, sebab istilah itu lebih menekankan pembaruan hidup daripada hanya karisma-karisma belaka, walaupun karisma itu juga penting.

3. Mengalami Pencurahan Roh Kudus
Untuk mengerti apa yang dimaksudkan dengan Pencurahan Roh Kudus kita dapat melihat apa yang terjadi pada orang-orang yang mengalami pencurahan Roh Kudus ini. Kitab Suci juga memberikan beberapa contoh tentang hal ini, misalnya, ketika Paulus tiba di Efesus dan bertemu dengan beberapa murid. Setelah berbicara dengan mereka, barangkali Paulus merasa bahwa masih ada kekurangan sesuatu pada mereka maka ia pun bertanya, "Adakah kamu telah menerima Roh Kudus ketika percaya?" Dari jawaban mereka itu, Paulus tahu bahwa mereka belum menerima Roh Kudus, bahwa mereka belum menjadi orang Kristen yang penuh maka ia pun mulai berbicara tentang hal ini, "Ketika mendengar ini, mereka pun dibaptis dalam nama Tuhan Yesus dan ketika Paulus menumpangkan tangan atas mereka, Roh Kudus turun atas mereka dan mulailah mereka berbicara dalam bahasa roh serta bernubuat" (Kis 19:1-6).

Pada waktu itu mereka tahu bahwa mereka menerima Roh Kudus dan Paulus serta para pengikutnya pun tahu. Hal yang sama kita jumpai pada peristiwa Kornelius (Kis 10:44-48), juga pada orang di Samaria (lih. Kis 8:18). Maka, bila seseorang mengalami pencurahan Roh Kudus, orang akan tahu hal itu. Dewasa ini banyak orang yang mengalami hal serupa.

Jadi, apakah sesungguhnya arti pencurahan Roh Kudus ini? Sebenarnya ini bukan lain daripada pengaktifan dan aktualisasi buah-buah Sakramen Pembaptisan dan Krisma, yang seringkali kurang efektif dalam hidup banyak orang. Pembaptisan Roh Kudus ini bukan suatu sakramen, hanya semacam doa permohonan untuk mengaktifkan rahmat pembaptisan.

Bila rahmat pembaptisan tadi sungguh-sungguh diaktifkan, orang akan mengalami kehadiran Roh Kudus yang sungguh-sungguh berkarya dalam dirinya. Dan ini dapat merupakan titik tolak suatu hidup baru. Jadi sesungguhnya jelas bahwa pengalaman semacam itu sudah ada sejak semula dalam Gereja, hanya saja banyak orang yang melupakannya. Dewasa ini hal tersebut ditemukan kembali oleh Pembaruan Hidup dalam Roh dengan suatu dimensi yang baru, yaitu dengan suatu kesadaran yang mendalam bahwa hal ini pun terbuka bagi semua orang Kristen yang sungguh-sungguh percaya.

Jadi, kiranya dapatlah dikatakan bahwa pencurahan Roh Kudus ini merupakan pelepasan kuasa Roh Kudus yang sudah kita terima dalam Sakramen Pembaptisan dan khususnya dalam Sakramen Krisma. Ini bukan lain dari pengaktifan rahmat pembaptisan.

Apa yang dialami orang pada waktu mengalami pencurahan Roh Kudus cukup berbeda-beda. Ada yang mengalami banyak sekali, ada pula yang sedikit. Yang satu merasakan tersentuh dalam sekali, yang lain hampir tidak mengalami apa-apa. Kebanyakan hanya mengalami damai yang mendalam saja serta kasih Allah yang besar. Pengalaman pada waktu itu bukanlah yang terpenting, biarpun dapat menjadi modal yang baik untuk suatu hidup yang baru. Yang terpenting ialah perubahan yang dialami orang itu karena kehadiran Roh Kudus dalam dirinya secara baru. Karena kehadiran baru Roh Kudus ini, terjalinlah suatu hubungan yang baru antara dia dengan Tuhan.

Bila seseorang menerima pencurahan Roh Kudus, Roh Kudus menimbulkan perubahan besar dalam dirinya, yang satu lebih daripada yang lain. Hidupnya menjadi berbeda, karena hubungannya dengan Allah juga berubah. Ia memasuki suatu hubungan baru dengan Allah, mengalami kehadiran-Nya yang baru pula. Ia juga akan mengalami Roh Kudus yang berkarya dalam dirinya. Perubahan-perubahan ini dapat berupa:


Pembebasan dari segala macam ikatan dosa dan kelemahan-kelemahan.

Penyembuhan dari segala macam tekanan batin, ketakutan, dan kekuatiran.

Kekuatan baru untuk menghayati hidup sebagai orang Kristen, sehingga kebajikan-kebajikan akan berkembang dalam dirinya.

Kekuatan baru untuk mengatasi bermacam-macam godaan dan kelemahan yang sampai saat itu tidak dapat diatasi.
Gairah hidup yang lebih besar, menemukan arti hidup yang sesungguhnya.
Kebahagiaan yang mendalam dan sukacita yang besar.
Kesadaran bahwa dirinya benar-benar dicintai Allah dan bahwa Allah itu sungguh-sungguh hidup serta dekat dengannya.
Kitab Suci juga menjadi lebih hidup, lebih menarik, sehingga gairah untuk membaca Kitab Suci bertambah.
Dari kesadaran akan semuanya ini timbullah suatu dorongan untuk memuji Allah secara spontan.
Dan akhirnya makin hari akan makin tampak buah-buah Roh Kudus dalam hidup kita, yakni: kebaikan hati, kesabaran, cintakasih, kelembutan hati, penguasaan diri, kerendahan hati, dan sebagainya (bdk. Gal 5:23; 1Kor 13:4-7).

Dengan kata lain, menerima pencurahan Roh Kudus adalah langkah pertama suatu hidup baru, hidup dalam Roh, hidup dalam pelayanan yang penuh kuasa. Ini hanya permulaannya saja, bukan puncaknya. Yang memungkinkan seseorang hidup dan berkarya dalam Roh ini ialah kehadiran Roh secara baru itu, yang mengerjakan segala sesuatu dalam diri kita. Dialah yang melaksanakan apa yang tidak dapat kita laksanakan sendiri.
Jadi, menerima pencurahan Roh Kudus tidaklah menunjukkan suatu kesucian, melainkan hanya permulaan kesucian saja, suatu jalan baru menuju kesucian. Ini juga merupakan suatu permulaan hidup baru yang berpusat pada Kristus, dalam kekuatan Roh Kudus, suatu hidup yang lebih bahagia, lebih damai, lebih harmonis, lebih suci. Ini juga merupakan suatu karya yang bersandar pada Roh Kudus dan kuasa-Nya, maka biasanya juga menghasilkan lebih banyak buah.

Karenanya, orang yang hidup dan berkarya dalam Roh akan makin cepat berkembang dalam cintakasih dan karyanya untuk membangun Kerajaan Allah di dunia ini juga semakin efektif. Mereka itu dapat melakukan banyak hal yang tidak dapat dilakukan oleh orang lain yang kurang terbuka terhadap Roh Kudus.

Perkembangan ini pun mengikuti pola-pola yang berbeda-beda pula. Yang seorang mengalami perubahan yang cepat sampai kepada suatu titik tertentu. Orang ini mengalami apa yang disebut pengalaman puncak atau pengalaman kritis, artinya suatu pengalaman yang cukup mendalam yang mengubah arah hidupnya seketika itu juga. Perubahan ini memang terjadi cepat sekali sampai suatu saat tertentu, tetapi kemudian mengikuti hukum pertumbuhan yang biasa, yang diikuti pasang dan surut, terang dan gelap. Bagi yang lain mungkin perubahan dan perkembangannya lebih bertahap, tidak ada perubahan yang mengejutkan, namun lebih konstan, lebih tetap. Saya kira dalam hal ini masing-masing harus mengikuti jalannya sendiri, serta menyerahkan diri ke dalam bimbingan Tuhan, yang tahu mana yang baik bagi kita masing-masing.
Bagaimana kita dapat memperolehnya? Untuk ini dibutuhkan beberapa syarat tertentu:

Kita harus bertobat, harus mau berubah sungguh-sungguh, mau menempuh hidup baru, yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Kita harus rela mengubah arah hidup kita, meninggalkan segala sesuatu yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Pendek kata, meninggalkan segala dosa.

Percaya bahwa hal ini sungguh-sungguh mungkin, bahwa Tuhan dapat melepaskan kuasa Roh Kudus dalam diri kita.

Percaya bahwa Tuhan telah menjanjikannya, dan sesungguhnya Tuhan rindu sekali memberikan Roh-Nya kepada kita (bdk. Luk 11:9-13).

Percaya bahwa ini hanya karunia semata-mata, tidak diberikan karena jasa-jasa seseorang atau karena ia pantas menerimanya, dan karenanya tidak dapat diperoleh karena jasa-jasa kita.

Namun, walaupun demikian percaya dan yakin, bahwa ini akan dikaruniakan Allah kepada siapa saja yang percaya serta memohon kepada-Nya.

Biarpun secara teoritis orang dapat menerima pencurahan Roh Kudus bila ia minta secara langsung kepada Tuhan, dan memang kadang-kadang terjadi demikian, namun dalam kenyataannya jarang kita jumpai orang yang punya iman yang sedemikian hidupnya itu, sehingga sebagian besar menerima pencurahan Roh Kudus karena bantuan orang lain, atau dalam konteks suatu retret. Karenanya Retret Awal adalah salah satu sarana untuk mempersiapkan diri serta memperoleh pencurahan Roh Kudus.





Ditulis oleh Rm. Yohanes Indrakusuma



Sumber: http://www.carmelia.net



oleh Hidup Baru pada 07 Juni 2011 jam 4:34

Tidak ada komentar:

Posting Komentar