oleh Silvinus Sapomo pada 22 September 2011 jam 19:38
What do you think about Jesus in your life?
Who do the crowds say I am?
And then he continues, who do you say I am?
By these questions He challenges the basic of our faith.
Jesus wanted to know what opinion his disciples have formed about him
after having spent about the years with him.
To his apostles He challenged them to know him deeper.
If they fail to recognize his identity,
Jesus would consider his ministry as a failure so far.
After hearing the opinion of others,
Jesus challenges them to share their personal opinion
as a more responsible and difficult task.
Peter as always was quick to response to the question
posed and professed what the spirit revealed to him:
“You are the Christ of God.”
But Jesus insisted that his disciples be silent about his identity as the son of God
because the time had not come yet
and the disciples were not fully prepared to carry out the mission.
That is why Jesus said to them about his mission.
He had to suffer and die to liberate us
from the slavery of sin and death in order to bring us eternal life.
Today we should respond to Jesus’ question with a total surrender to him
by taking up our daily cross and follow the Christ of God
wherever the holy spirit leads us to do his will in our life.
Siapa Yesus bagiku?
Bagaimana pengenalan, pemahaman dan pengalamanku akan Dia?
Pengenalanku akan Dia menentukan relasiku denganNya.
Pemahamanku tentang Dia menentukan kualitas pengetahuanku tentangNya.
Pengalamanku bersamaNya menentukan seberapa dalam imanku kepadaNya.
Setiap orang boleh dan bisa berpendapat secara berbeda.
Setiap orang memiliki kapasitas pemahaman yang tak sama.
Setiap orang mengenalNya dari sudut pandang yang berbeda.
Setiap pribadi mengalamiNya dalam cara yang unik pula.
Namun pada akhirnya ada satu yang sama.
Bahwa kita diajak untuk mengenalnya dalam perutusan yang sama di dalam dunia.
Bahwa kita harus rela menderita dan menanggung salib bersamaNya.
Bahwa kita diutus seperti domba yang tulus ke tengah serigala yang buas, yakni dunia.
Jika kita bertahan, kita ambil bagian dalam kemuliaan bersamaNya.
Jika kita kuat, kita akan sukses memanggul salib yang berat bersamaNya.
Jika kita setia, kita berhasil mengenal, memahami dan mengalami Dia seutuhnya.
Kita bisa saja mengenal dan mengalami Tuhan secara berbeda.
Tapi soal salib dan derita, kita punya persepsi yang sama karenaNya.
Spmcm
Jumat, 23 September 2011
Tentang penulis Silvinus Sapomo :
Seorang pastor yang melayani pelayanan di Kiunga itu adalah ibu kota western province di negara Papua New Guinea. itu negara tetangg indonesia, di sebelah timur irian jaya. propinsi ini berbatasan langsung dengan merauke, tapi keadaannya lebih buruk dr merauke. berada di sini seperti berada di indonesia tahun 70an.
Jujur saja, saya berharap ada banyak Silvius Sapomo lain yang mau menjalani pelayanan di daerah2 terpencil di pelosok wilayah Indonesia. Kalo di negara sendiri terdapat begitu banyak tempat yang harus di layani, mengapa harus melakukan karya misionari di luar negri....
fb : http://facebook.com/sapomo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar